Aktivitas duo-A Hafizhah |
Setelah
menikah, kerapian rumah hanya terjaga di awal kehidupan rumah tangga yang masih diisi
oleh saya dan suami. Tapi, setelah kehadiran Asma', kemudian disusul oleh
'Aisyah, membuat saya dan suami semakin mengerti bahwa kenyamanan itu tidak datang dari
rumah yang selalu rapi. Menjaga tetap bersih, iya. Namun, berharap setiap ruang
dengan tanpa dijejali mainan berhamburan,
lembaran-lembaran kertas berserak, bahkan buku-buku yang jadi bacaan favorit
lecek sampai tak utuh itu, m u s t a h i
l.
Alhamdulillaah bi ni'matihii tatimmush shaalihaat.
Entah kesyukuran apa lagi yang harus kami
panjatkan, karena rumah yang kami anggap kapal pecah itu menjadi sebab adanya kehidupan. Tentang tangis yang tak pernah absen, hadir secara bergantian bahkan hampir bersamaan. Tentang rival siblings pun bisa membuat nada-nada kami khilaf, merubah menjadi melengking. *Astaghfirullaah..* Tentang kertas-kertas yang seringnya menghujani hampir seisi rumah dalam keadaan tak lagi utuh, menjadi hal menarik yang justru diminati. Tentang mainan berserakan menjadikan kaki perih ketika tanpa sengaja menginjak. Dan tentang berhiasnya senyum tawa selalu menjadi penyejuk, penghapus lelah yang tak berkesudahan.
Berbenah sebelum meninggalkan rumah |
Kesyukuran ini semakin bertambah ketika duo-A hafizhah tetap dalam fitrah anak sesungguhnya. Tanpa harus
melibatkan gadget dan TV yang membuat
kami seringnya menahan tak ber-gadget ria di hadapan mereka. Tujuannya agar
koordinasi tangan dan mata berkembang dengan baik. Motorik halus dan kasar
terasah, imajinasi yang terarah. Daya ingat yang menajam tanpa dijejalkan pada
hal-hal yang tak semestinya.
Di usianya
yang beranjak batita dan balita, duo-A
hafizhah secara perlahan mulai kami
libatkan dalam hal membereskan mainan misalnya. Asma’(3y11m) terbiasa tanpa
kami pinta turut membantu adiknya. ‘Aisyah (2y2m) yang ingin minum, mengambilkan dan membantunya menuang. Ketika mendapati lantai basah karena
tumpahan minum/makan, kakak Asma’ dengan sigap segera mengambil lap yang memang
kami sudah siapkan untuk anak-anak bisa dijangkau. Di jelang bepergian misalnya, atau di sebelum makan dan tidur
malam mereka, kami mengajaknya untuk sama-sama membereskan mainan dan buku-bukunya
untuk dikembalikan di tempatnya. Masyaa Allah wal hamdulillaah. Perlunya bermula dari memberikan teladan, menyampaikan, lalu mengajak, dan mengingatkan agar fitrah itu tetap hadir.
Kondisi Kamar duo-A Hafizhah |
Dari
kesemuanya, kemandirian yang kami ajarkan bukan menjadi tuntutan yang berujung mengancam. Tetap pada porsi mereka di usia yang masih tak seberapa. Setiap usahanya tetap kami sambut dibarengi ucapan terima kasih. Agar mereka mengerti akan tanggung jawab tentang apa-apa yang mereka
lakukan.
Lagi-lagi, kalaulah keinginan rapi terpelihara, cukuplah ‘rapi’ itu saat anak telah tertidur pulas. Ketika bangun tidur pun kami
tetap mengizinkan rumah ini berantakan. Sebab, kami sadar
sesadar-sadarnya, betapa nikmat sehat, aktif, dan rasa ingin tahunya yang tinggi, mahal harganya.
Sebab pula tak
sebanding dengan gadget yang kebanyakan menjadi senjata paling ampuh untuk penenang
buah hati. Pun hiburan tv yang sejak awal memang sengaja kami tiadakan di rumah.
Walau 'mungkin' hal tsb akan terlihat kalian lebih tenang, rumah tak akan
seperti kapal pecah, dan mungkin tak ada lagi drama rebutan mainan antar
saudara yang disertai dengan isak tangis.
Barakallaahu fiikunna, duo-A hafizhah kami.. Jazaakunallaahu khaer.
#BasmahThariq
#Day1
#GameLevel2
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst