30 Maret 2010

Renungan di Hari Ultah

Posted by bianglalabasmah at 3/30/2010 12:31:00 PM 0 comments

Bismillah
Marilah kita merungkan arti dari hari yang selalu di agung-agungkan dalam kehidupan anak manusia didunia ini.
Entahlah apa mereka lupa akan makna hari itu ataukah mereka terlalu senang dengan hari itu?
apa yang sebenarnya mereka rasakan?bersyukur? atau malah saling berdoa agar dipanjangkan umurnya?
Pada hari ulang tahun yang tak lain adalah jatah hidup kita sudah dikurangin oleh sang Pemilik ruh dan raga ini.jatah oksigen dikurangin dan semuanya juga sudah berkurang. Ini berarti kita semakin dekat dengan kematian dan calon mayit..iya...kita semakin dekat dengan alam barzah.
Banyak orang yang sebenarnya tau akan makna hari itu,tapi karena dunia adalah segalanya baginya maka dia lupa klo dia sebentar lagi akan "pulang kampung" halaman yang sesungguhnya.Bukankah klo pulang kampung kita harus ada bekal?
apakah kita sudah mempersiapkannya?
ada sebagian orang yang sudah mempersiapkan hal ini jauh-jauh hari agar mereka tidak ketinggaln kereta dan tidak menyesal dikemudian hari yang dimana pada saat itu tidak ada lagi kesempatan untuk kedua kalinya.
Bukankah kita harus bersyukur dengan adanya ultah kita jd semakin dekat dengan mati? dan dengan adanya ULTAH berarti Allah udah ngasi kita kesempatan sampai saat ini? tapi apakah kita sudah memamfaatkannya? apakah kita sudah mempersembahkan yang terbaik? sudahkah?apakah kita akan selalu minta dipanjangkan umur?Padahal umur kita sudah ditetapkan dan tidak akan diundur-undur lagi?

lagi pula untuk apa umur panjang klo hanya diisi dengan kemaksiatan dan dosa? bukankah itu hanya menambah beban?dan bukankah kita tidak pernah tau sampai kapan kita akan hidup..?apa kita tidak pernah bosan dan jenuh dengan semua maksiat yang telah kita lakukan?kapan kita akan siap menuju ke alam abadi?klo tidak dari sekarang kita mempersiapkannya,kapan lagi?

Ibarat orang yang merantau masak pulang tidak membawa hasil?apakah kita akan diterima jika kita tidak membawa hasil dari perantauan kita di dunia ini?
marilah kita merenungkan semua ini...apakah kita sudah siap untuk mati?

Hanya orang-orang yg cinta dunia yang takut mati..karena dia takut kalo mati dia akan kehilangan segalanya....benarkah???..THING....dan sesungguhnya dunia ini adalah syurga bagi orang-orang yang kafir kepada Allah dan merupakan penjara bagi orang-orang yang beriman kepada Allah...

Termasuk dimanakah kita sekarang ini?apakah kita merasa di syurga dunia ataukah kita merasa di penjara sehingga kita akan berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari penjara itu?

Wallahu a`lam..
[ Read More ]

26 Maret 2010

Refleksi Usai UN

Posted by bianglalabasmah at 3/26/2010 08:40:00 AM 0 comments

"Brum... Brumm... Brummm..." Sekelompok pengendara bermotor memecahkan keheningan siang. Udara siang hari yang terasa panas, masih ditingkahi suara knalpot yang memekakkan telinga. Kebisingan tengah memporak-porandakan warga sekitarnya yang tengah menikmati aktivitas di siang hari.

Siang itu, sekelompok pelajar yang bersepeda motor tersebut dengan balutan putih abu-abu yang sedikit berbeda dari biasanya tengah beraksi. Baju putihnya telah divariasikan. Hitam, merah, kuning, hijau, biru menghiasi baju putih mereka. Tampak semrawut! Hasil karya yang tak pernah dibanggakan oleh siapapun justru diabaikan oleh mereka yang mengenakannya. Bahkan dengan rona kegembiraan, mereka begitu pede-nya berkeliling sepanjang jalan. Sebagiannya melakukan gerakan zigzag. Ada yang nekat jumping, layaknya seorang crosser. Meski ruang dan waktu tidak memenuhi kriteria untuk melakukan itu. Karena ruang itu merupakan jalan umum, untuk berkendaraan orang banyak, bukan tempat balapan dan cross-crossan. Dan waktu itu digunakan untuk istirahat atau untuk pulang dari aktivitasnya.

Lantas, apa yang tengah merasuki pikiran mereka? Meski ada beberapa polisi berkendaraan memacu motornya dengan kencang. Membuyarkan gerombolan anak-anak sekolah yang juga berupaya menyelamatkan diri dari kejaran polisi. Ada yang dengan cekatan segera menyelinap masuk ke gang sempit. Ada yang naik ke koridor alun-alun di samping jalan. Dan ada yang harus bernasib tak beruntung, saat upayanya gagal karena menabrak trotoar yang memang cukup tinggi pondasinya. Dan langkah selanjutnya, pasti menjadi korban untuk digiring oleh polisi.

Inilah salah satu potret yang telah intens terjadi di sekitar kita.
Perayaan pasca UN yang dinodai banyak hal menciptakan keresahan bagi warga sendiri. Meski pengumuman belum terdeklamasikan, tapi perayaan ini selalu saja hadir di tiap tahunnya. Entahlah, mungkin sebagian kalangan pelajar memaknai sebagai langkah awal untuk menempuh pendidikan selanjutnya tanpa embel-embel peraturan yang pernah mengikatnya selama 12 tahun. Atau ada makna lain yang membuat mereka tampak bangga meski hasil UN belum terbaca.
Tapi, bagaimanapun memaknai sebuah arti pasca UN, hendaknya setiap kita menimbang manfaat dan tidaknya. Berkonvoi, hura-hura, dan menggeber gas dengan knalpot terbuka, apakah termasuk merugikan atau tidak? Mencorat-coret baju seragam dengan warna-warni semprotan (baca: pilox), bermanfaat atau tidak?
Jika menilik benda-benda yang kita kenakan itu tentu benda netral. Bisa digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan memberi manfaat. Motor bisa digunakan untuk hal yang baik. Mengantar atau menjemput, ke tempat tarbiyah, atau majelis ilmu lainnya yang lebih bermanfaat. Begitupula baju seragam. masih banyak orang terhambat karena mereka tak punya. Sementara diri ini begitu angkuh terhadap kehidupan. Hingga lupa dalam tiap pencapaian terkadang ada sesuatu yang mengabur dalam kepekaan jiwa.
[ Read More ]

19 Maret 2010

Di Tengah Badai Berhembus

Posted by bianglalabasmah at 3/19/2010 09:40:00 PM 0 comments

Kini semua hanya menjadi kenangan yang tersimpan dalam hati-hati yang melakoninya. Mungkin sekali-kali akan kuurai menjadi kisah penyemangat perjalanan hidup.

Pada teman-teman tempat membangun semangat dan menguatkan tekad..
Masih lekat dalam ingatan tentang banyaknya asa yang ingin digapai. Jelas aku adalah orang yang sangat bangga tentang asa yang sama-sama kita ukir. Karena inilah cita-cita agung, misi hidup kita. Hingga terkadang ku tak hiraukan kata-kata menghujam atau onak yang menghadang. Meski sebagian mata mereka mulai memicingkan pandangan. Bagiku, semuanya indah, indah pada semua sisi. Meski juga sering mendapati diri-diri ini jatuh bangun. Tapi, apa yang aku suka padamu, teman-teman? Semangat tak pernah meluluh lantahkan langkah-langkah kita.

Pertemuan-pertemuan kita gelar dalam rangkaian episode. Ada banyak naskah-naskah remedial yang sering digulirkan yang sudah menjadi santapan. Semoga segala perjuangan yang kita rangkai bersama, tidak menjadikan diri-diri ini congkak di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala. Melainkan menjadikan kita semakin merendah di hadapanNya. Karena perjuangan ini atas izinNya yang belum sebanding dengan para nabi dan rasul dalam menegakkan dienNya.

Dan bagiku, ini menjadi penyemangat dan bahan pembelajaran untuk mengawali langkah selanjutnya. Meski pernah ada kekecewaan karena harapan tak bersambut. Bukankah ini semua sesuai dengan porsi dalam kesanggupan manusia?

Akhir cerita ini bukanlah akhir kisah pengorbanan kita. Karena tantangan lain masih akan menjemput.

Yah, banyak kenangan yang aku simpan. Tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai menjadi baik, dan sampai kapanpun tak boleh merasa cukup dengan apa yang telah kita capai.

Semoga kita semua tetap istiqamah di jalanNya, meski kita tak tahu dimana nanti kita kan tertanam.

[episode Kurma17]
Kukenang kalian yang tak pernah lelah dalam menjalankan visi kita.
Ayo, gebyarkan dakwah sekolah!!

Ahlan wa Sahlan di sekolah baru, SMK TELKOM..
Semangat, Basmah..
[ Read More ]

16 Maret 2010

Jeda Sejenak

Posted by bianglalabasmah at 3/16/2010 01:54:00 PM 0 comments


"Tak sepantasnya seseorang berucap keluh dikala nikmatNya begitu berhamburan di bumiNya." Seuntai nasehat di sebuah majelis ilmu yang tergelar beberapa waktu yang lalu memberikan efek di hari ini.

Yah, saat-saat seseorang sudah berada pada titik jenuh, karena pergolakan hati yang senantiasa mengalami pergesekan emosi, jiwa yang penat dan tak lagi terbendung, hingga saya tertohok pada kalimat tersebut.

Seiring bergulirnya waktu, beban yang dipikul pun terkadang melahirkan keluh kesah yang tak terduga.
"Rasanya pengen nangis.." Keluhku spontan. Kata-kata ini lebih sering terucap akhir-akhir ini saat seringnya mengalami kekecewaan yang berkepanjangan oleh banyak hal dalam memainkan peran hidup. Tentang kuliah yang tak pernah usai memberikan ruang dan waktu untuk jeda, pun dengan kejaran deadline pada beberapa proyek yang bertarung untuk diselesaikan segera. Ditambah kondisi saya yang sering terjatuh bangun. Hingga saya ingin jeda sejenak. Jeda menatapi hari-hari yang pernah saya telusuri.

"Kenapa jadi bertolak dari biasanya, ukhti? Bukankah ukhti yang biasanya punya 1001 cara untuk membangkitkan semangat adik-adik di sekolah? Juga dengan teman-teman lainnya?" Seseorang menimpali keluhan saya.

Sepanjang perjalanan hidup, beberapa nama mempercayakan kisah mereka pada saya. Mungkin pada situasi ini, saya menampakkan kedewasaan saya. Tapi, saya ingin menasehati diri. Jangan-jangan, tanpa sadar selama ini saya telah membuat diri ini terlihat sempurna. Tak punya celah dan selalu nasehat atau solusi yang keluar dari mulut. Menampakkan diri orang yang paling tegar yang tak pernah terlihat rapuh. Apalagi keluhan.

Siapakah diri ini yang tak berdaya? Karena diri ini tetaplah manusia. Bukan malaikat.
[ Read More ]

10 Maret 2010

Kesedihan Dunia

Posted by bianglalabasmah at 3/10/2010 03:37:00 PM 0 comments

Oleh

Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim

‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu menulis surat kepada ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu yang isinya, “Amma ba’du. Sesungguhnya seseorang merasa rugi dengan sesuatu yang hilang darinya, padahal hal itu tidak akan bisa ia dapatkan dan merasa bahagia dengan mendapatkan sesuatu yang pasti ia dapatkan. Maka berbahagialah dengan apa-apa yang aku ucapkan dari urusan akhirat dan menyesallah dari sesuatu yang hilang darimu akan urusan akhirat, janganlah terlalu bahagia dengan apa yang engkau dapatkan dari urusan dunia. Dan jadikanlah semua fikiranmu tertuju kepada sesuatu yang terjadi setelah kematian. ”

Aku melihat pencari dunia, walaupun umurnya panjang,

dan mendapatkan kebahagiaan, juga kenikmatan darinya.

Bagaikan seorang tukang bangunan yang membangun,

setelah bangunan yang ia buat berdiri tegak, maka bangunan itu roboh. [1]

Saudaraku tercinta…

Sebab kegalauan hidup itu ada lima macam dan seyogyanya seseorang merasakan kegalauan karena kelima macam tersebut:

Pertama : Kegalauan karena dosa pada masa lampau, karena dia telah melakukan sebuah perbuatan dosa sedangkan dia tidak tahu apakah dosa tersebut diampuni atau tidak? Dalam keadaan tersebut dia harus selalu merasakan kegalauan dan sibuk karenanya.

Kedua : Dia telah melakukan kebaikan, tetapi dia tidak tahu apakah kebaikan tersebut diterima atau tidak.

Ketiga : Dia mengetahui kehidupannya yang telah lalu dan apa yang terjadi kepadanya, tetapi dia tidak mengetahui apa yang akan menimpanya pada masa mendatang.

Keempat : Dia mengetahui bahwa Allah menyiapkan dua tempat untuk manusia pada hari Kiamat, tetapi dia tidak mengetahui ke manakah dia akan kembali (apakah ke Surga atau ke Neraka)?

Kelima : Dia tidak tahu apakah Allah ridha kepadanya atau membencinya?

Siapa yang merasa galau dengan lima hal di atas dalam kehidupannya, maka tidak ada kesempatan baginya untuk tertawa. [2]

Ibrahim at-Taimi rahimahullah berkata, “Berapa jarak antara kalian dengan mereka (orang-orang shalih)? Dunia datang kepada mereka, tetapi mereka meninggalkannya, dan dunia meninggalkan kalian, tetapi kalian terus mengejarnya.” [3]

Seakan-akan engkau tidak mendengar berita orang-orang terdahulu, dan tidak melihat apa yang dilakukan oleh zaman terhadap mereka yang ada.

Jika engkau tidak tahu, maka itu semua adalah rumah-rumah mereka,

yang dihancurkan oleh angin dan hujan.

Demikianlah mereka semua telah berlalu dan orang yang ada sekarang ini,

berlalu sehingga mereka semua kelak dikumpulkan.

Sampai kapan engkau tidak bangkit sedangkan waktu yang ditentukan telah dekat dan sampai kapan bendungan di dalam hatimu tidak terbelah.

Sungguh engkau akan bangkit ketika semua penutup telah terbuka dan engkau akan mengingat kata-kataku ketika tidak bermanfaat lagi apa yang engkau ingat.

Abu Dzarr al-Ghifari Radhiyallahu ‘anhu berdiri di dekat Ka’bah dan berkata, “Wahai manusia, aku adalah Jundub al-Ghifari, marilah kita menuju saudara kita yang selalu memberikan nasihat.” Lalu yang lainnya berkerumun mengelilinginya, beliau berkata, “Bagaimana pendapat kalian jika hendak melakukan perjalanan, bukankah dia akan menyiapkan perbekalan dan segala sesuatu yang dibutuhkannya?” Mereka semua menjawab, “Tentu saja.” Lalu dia berkata lagi, “Sesungguhnya perjalanan menuju akhirat adalah lebih jauh, maka ambillah segala sesuatu yang kalian butuhkan!” Mereka semua bertanya, “Apa yang kami butuhkan itu?” Beliau berkata, “Lakukanlah haji sebagai persiapan untuk masalah-masalah yang sangat besar. Berpuasalah pada suatu hari yang sangat panas sebagai bekal untuk hari di mana semua manusia dikumpulkan. Lakukanlah shalat dua raka’at di malam yang gelap sebagai persiapan bagi ketakutan di dalam kubur, sebuah kalimat yang baik engkau katakan atau diam untuk tidak mengungkapkan kata-kata yang jelek sebagai bekal bagi hari yang sangat agung, bershadaqahlah dengan hartamu agar engkau selamat pada hari yang penuh dengan kesulitan, jadikanlah dunia menjadi dua majelis: satu majelis untuk mencari yang halal (rizki) dan satu majelis untuk mencari kebahagiaan di akhirat, sedangkan yang ketiganya akan mencelakakanmu dan tidak bermanfaat bagimu. Bagilah harta itu menjadi dua dirham, satu dirham dinafkahkan untuk keluarga dan satu dirham lainnya engkau persembahkan untuk akhirat.”

Saudaraku semuslim…

Lihatlah orang yang mendapatkan dunia dan per-hiasannya,

apakah dia pergi dengan membawa selain amal dan kafan.

Al-Hasan al-Bashri, kehidupannya sangat berbeda dengan kehidupan kita, beliau rahimahullah berkata, “Aku mendapati suatu kaum (para Sahabat Nabi) dan bersanding dengan beberapa orang dari mereka, mereka sama sekali tidak merasa senang dengan dunia yang didapatkan dan sama sekali tidak mengejar dunia yang lari dari mereka. Dunia di mata mereka lebih hina daripada tanah, bahkan salah satu di antara me-reka hidup selama lima puluh tahun atau enam puluh tahun. Akan tetapi ia tidak pernah memiliki pakaian yang cukup dan tidak pernah memiliki tungku yang baik, ia sama sekali tidak membuat penghalang antara tanah dengan dirinya dan tidak pernah memerintahkan orang yang ada di rumahnya untuk membuat sebuah makanan baginya. Tetapi ketika malam tiba, mereka menancapkan kedua kaki dengan berdiri dan menghamparkan wajah-wajah mereka untuk bersujud, air mata berlinang, mengalir di garis wajah mereka dengan bermunajat kepada Rabb dalam kebebasan mereka. Jika mereka melakukan suatu kebaikan, maka mereka selalu mensyukurinya dan memohon kepada Allah agar amal itu diterima. Dan jika mereka melakukan kejelekan, maka perasaan sedih selalu menghantui dan mereka pun terus memohon kepada Allah agar diampuni. Demi Allah, mereka sama sekali tidak akan selamat dari dosa kecuali dengan ampunan Allah sebagai kasih-sayang dan karunia bagi mereka.”[4]

Saudaraku tercinta, di manakah kita di antara mereka?!

Engkau menyambungkan dosa dengan dosa dan berharap mendapatkan,

Surga dan kebahagiaan ahli ibadah dengannya.

Dan engkau lupa sesungguhnya Allah mengeluarkan Adam,

darinya menuju dunia hanya karena satu kesalahan (dosa).

Kita -wahai saudaraku- mencari kenikmatan dan kebahagiaan dengan menjauhi segala kekeruhan.

Inilah keadaan kita, adapun keadaan Abud Darda’ sebagaimana yang digambarkan oleh beliau dalam ungkapannya, “Aku mencintai kefakiran karena kerendahan hatiku kepada Allah, aku mencintai kematian karena kerinduanku kepada-Nya, dan aku mencintai kondisiku dalam keadaan sakit sebagai penghapus atas dosa-dosaku.”[5]

Manusia memiliki ketamakan terhadap dunia dengan rencananya,

sedangkan kejernihannya telah tercampur dengan kekeruhan.

Setelah dunia itu dibagikan, sebenarnya mereka sama sekali tidak dikaruniai rizki karena akal mereka, akan tetapi mereka dikaruniai dengan takdir Allah.

Berapa banyak orang yang beradab lagi cerdas tetapi dunia tidak memihak kepadanya

dan berapa banyak orang bodoh yang mendapatkan dunia hanya dengan kelalaian.

Seandainya dunia itu didapatkan dengan kekuatan atau dengan menggulingkan,

niscaya elang akan terbang dengan membawa makanan burung pipit. [6]

Dunia walaupun dia adalah sesuatu yang sangat hina, hanya saja dia adalah sebuah lorong perjalanan menuju akhirat dan sebuah jembatan menuju dua tempat, Surga atau Neraka. Marilah kita melihat satu lorong yang mengantarkan seseorang menuju Surga, yaitu amal (shalih) di dunia.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Seseorang dari kalangan sebelum kalian dihisab akan tetapi tidak didapat darinya satu kebaikan pun hanya saja dia adalah orang yang selalu bergaul dengan selainnya yang ada dalam keadaan sulit, dia memerintahkan anak mudanya untuk membayarkan hutang orang yang sulit tadi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Aku sebenarnya lebih berhak untuk melakukannya, maka ampunilah ia.’” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dengan lafazh milik Muslim]

Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Amal yang paling sulit adalah tiga macam: berderma dalam keadaan sulit, wara’ dalam keadaan menyendiri dan sebuah ungkapan yang hak di hadapan orang yang diharapkan dan orang yang ditakuti.”[7]

Al-Hasan rahimahullah berkata, “Esok hari setiap orang sesuai dengan apa yang menjadi beban fikirannya dan setiap orang yang memikirkan sesuatu, maka dia akan banyak mengingatnya. Sesungguhnya tidak ada dunia bagi orang yang tidak memikirkan akhirat. Dan siapa saja yang lebih mementingkan dunia daripada akhirat, maka dia tidak akan mendapatkan dunia dan akhirat.”[8]

[Disalin dari kitab Ad-Dun-yaa Zhillun Zaa-il, Penulis ‘Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim, Edisi Indonesia Menyikapi Kehidupan Dunia Negeri Ujian Penuh Cobaan, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
[ Read More ]

8 Maret 2010

Hidup Itu..

Posted by bianglalabasmah at 3/08/2010 07:12:00 AM 0 comments

Ketika kehidupan memberi seribu alasan untuk menangis, tunjukkan bahwa kita mempunyai sejuta alasan untuk tersenyum.

Nikmati setiap detik waktu dan akhiri kelelahan hari ini dengan keikhlasan.

Indahnya hidup bukan karena seberapa banyak orang mengenal kita, namun seberapa banyak orang bahagia mengenal kita.
[ Read More ]

6 Maret 2010

Di Batas Akhir

Posted by bianglalabasmah at 3/06/2010 05:50:00 AM 0 comments

Malam semakin larut. Aku keluar untuk mengambil air wudhu. Kusempatkan wajahku tengadah ke arah langit, menangkap kilauan ribuan bintang dengan mataku. Beningnya langit tanpa mendung itu membuatku bergumam, Allahu Akbar. Ah, serasa tak sabar menanti esok.

Di batas akhir pertiga malam..

Dalam malam yang belum hilang
dalam kabut yang teramat sejuk
ada sepenggal malam yang tak pernah berakhir
ada sepotong kata yang tak sampai kuucapkan
sebelum malam itu berakhir

di bawah bulan yang merindukan masih
sembahyang dua rakaat kekhusukan itu lenyap
pada istikharahMu pertiga malam
lalu menangkupkan tangan mengucap doa
atau apa saja yang bisa mengisyaratkan waktu
walaupun langit berurai air mata

satu asa yang kuminta dalam doa
ada hamparan sajadah searah kiblat, menangis
dalam ketermenungan tanpa bayangan dan ragu-ragu
karena rindu kami untuk melihat cintaMu
yang tanpa sengaja atau diam-diam
barangkali akan segera runtuh, meski semestinya
takkan berakhir

Rabbi, sisakan kecantikan dunia dengan keindahan
kami yakin, ada yang luar biasa sesungguhnya di balik
kejernihan wajahMu..
[ Read More ]

5 Maret 2010

Aku Kehilangan Dia..

Posted by bianglalabasmah at 3/05/2010 10:09:00 PM 0 comments

Apa yang membuat diri ini begitu lumpuh terhadap keadaan?

Aku kehilangan dia, kata-kata..

Saat penaku patah tak kuasa menoreh kisah hidup. Mungkin penaku sedang kehabisan tinta. Sedang jemari ini kaku untuk menari-nari mengukir dia.

Kata-kata,
temani aku untuk menyusuri hari yang penuh tanya dan tak berjumpa pada jawaban.
[ Read More ]

4 Maret 2010

Ucapkanlah Salam, Jawablah Salam

Posted by bianglalabasmah at 3/04/2010 10:38:00 PM 0 comments

Muraja’ah: Ustadz Aris Munandar

Saudariku, betapa banyaknya umat muslim yang berpaling dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kemudian menggantinya dengan kebiasaan orang-orang kafir. Lihatlah bagaimana kebiasaan mereka dalam berpakaian, berkata, tata cara makan, dan pola pikir yang sangat jauh dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam namun mirip kebiasaan orang-orang kafir.

Pembaca yang budiman, tidakkah kita pernah mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dalam golongan kaum tersebut.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Maka kita semestinya bersemangat dalam melakukan kebaikan dan menghidupkan serta menyuburkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saudariku seakidah, menebar salam antar umat muslim adalah salah satu sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hendaknya setiap diri menumbuhkan kebiasaan yag mulia ini pada diri sendiri dan lingkungannya.

Dalam Shahih Muslim (54) disebutkan: Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling mencintai. Salah satu bentuk kecintaan adalah menebar salam antar sesama muslim.”

Di dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan diantara syarat masuk surga adalah keimanan kemudian menggantungkan keimanan dengan saling cinta-mencintai sesama muslim, dan itu semua tidak akan terwujud kecuali dengan salah satu caranya, yaitu menebarkan salam antara sesama muslim.

Definisi Salam

Ulama berbeda pendapat akan makna salam dalam kaliamat ‘Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuhu’. Berkata sebagian ulama bahwasanya salam adalah salah satu nama dari nama-nama Allah sehingga kalimat ‘Assalaamu ‘alaik’ berarti Allah bersamamu atau dengan kata lain engkau dalam penjagaan Allah. Sebagian lagi berpendapat bahwa makna salam adalah keselamatan sehingga maknanya ‘Keselamatan selalu menyertaimu’. Yang benar, keduanya adalah benar sehingga maknanya semoga Allah bersamamu sehingga keselamatan selalu menyertaimu.

Wajibnya Menjawab Salam

Saudariku seiman, jika ada yang mengucapkan salam kepada kita sedang kita dalam kondisi sendiri, maka kita wajib menjawabnya karena menjawab salam dalam kondisi tersebut hukumnya adalah fardu ‘ain. Sedang jika salam diucapkan pada suatu rombongan atau kelompok, maka hukum menjawabnya adalah fardu kifayah. Jika salah satu dari kelompok tersebut telah menjawab salam yang diucapkan kepada mereka, maka sudah cukup. Sedang hukum memulai salam adalah sunnah (dianjurkan) namun untuk kelompok hukumnya sunnah kifayah, jika sudah ada yang mengucapkan maka sudah cukup.

Dari Ali bin Abi Thalib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sudah mencukupi untuk suatu rombongan jika melewati seseorang, salah satu darinya mengucapkan salam.” (HR. Ahmad dan Baihaqi)

Adab Mengucapkan Salam

1. Mengucapkannya Dengan Sempurna

Pembaca, semoga Allah merahmatiku dan merahmati kalian semua, sangat dianjurkan bagi kita untuk mengucapkan salam dengan sempurna, yaitu dengan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu.”

Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Imran bin Hushain radiallau ‘anhu, ia berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan , ‘Assalaamu’alaikum’. Maka dijawab oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian ia duduk, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sepuluh’. Kemudian datang lagi orang yang kedua, memberi salam, ‘Assalaamu’alaikum wa Rahmatullaah.’ Setelah dijawab oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ia pun duduk, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Dua puluh’. Kemudian datang orang ketiga dan mengucapkan salam: ‘Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa baraakaatuh’. Maka dijawab oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian ia pun duduk dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tiga puluh’.” (Hadits Riwayat Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 986, Abu Dawud no. 5195, dan At-Tirmidzi no. 2689 dan beliau meng-hasankannya).

2. Memulai Salam Terlebih Dahulu

Saudariku di jalan Allah, memulai mengucapkan salam kepada orang lain adalah sangat dianjurkan. Hendaknya yang lebih muda mengucapkan salam kepada yang lebih tua, yang lewat memberi salam kepada yang sedang duduk, dan yang sedikit mengucapkan salam kepada yang banyak, serta yang berkendaraan mengucapkan salam kepada yang berjalan. Hal tersebut sejalan dengan hadist dari Abu Hurairah. Pengucapan salam yang berkendaraan kepada yang berjalan adalah sebagai bentuk syukur dan salah satu keutamaannya adalah agar menghilangkan kesombongan.

Dalam hadits tersebut, bukan berarti bahwa apabila orang-orang yang diutamakan untuk memulai salam tidak melakukannya, kemudian gugurlah ucapan salam atas orang yang lebih kecil, atau yang tidak berkendaraan, dan semisalnya. Akan tetapi Islam tetap menganjurkan kaum muslimin mengucapkan salam kepada yang lainnya walaupun orang yang lebih dewasa kepada yang lebih muda atau pejalan kaki kepada orang yang berkendaraan, sebagaiman sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Yang lebih baik dari keduanya adalah yang memulai salam.” (HR. Bukhori: 6065, Muslim: 2559)

Salah satu upaya menyebarkan salam diantar kaum muslimin adalah mengucapkan salam kepada setiap muslim, walaupun kita tidak mengenalnya.

Hal ini didasari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Dari ‘Abdullah bin Amr bin Ash radiallahu ‘anhuma, ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Islam bagaimana yang bagus?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Engkau memberi makan ( kepada orang yang membutuhkan), mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.” (HR. Bukhori: 2636, Muslim: 39)

3. Mengulangi Salam Tatkala Berjumpa Lagi Walaupun Berselang Sesaat

Bagi seseorang yang telah mengucapkan salam kepada saudaranya, kemudian berpisah, lalu bertemu lagi walaupun perpisahan itu hanya sesaat, maka dianjurkan mengulang salamnya. Bahkan seandainya terpisah oleh suatu pohon lalu berjumpa lagi, maka dianjurkan mengucapkan salam, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Apabila di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah mengucapkan salam kepadanya. Apabila terhalang oleh pohon, dinding, atau batu (besar), kemudian dia berjumpa lagi, maka hendaklah dia mengucapkan salam (lagi).” (HR. Abu Dawud: 4200, dishohihkan oleh Al-Albani dalam Misykat al-Mashobih: 4650, dan lihat Silsilah Shohihah: 186)

4. Tidak Mengganggu Orang yang Tidur Dengan Salamnya

Dari Miqdad bin Aswad radiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Kami mengangkat jatah minuman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (karena beliau belum datang), kemudian beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam datang di malam hari, maka beliau mengucapkan salam dengan ucapan yang tidak sampai mengganggu/ membangunkan orang tidur dan dapat didengar orang yang tidak tidur, kemudian beliau masuk masjid dan sholat lalu datang (kepada kami) lalu beliau minum (minuman kami).” (HR. Timidzi: 2719 dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam Adab Az-Zifaf hal. 167-196 cet. terbaru)

5. Tidak Memulai Ucapan Salam Kepada Orang Yahudi dan Nasrani

Dari Ali bin Abi Thalib radiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mengucapkan salam lebih dahulu kepada Yahudi dan Nashrani, dan bila kalian bertemu mereka pada suatu jalan maka desaklah mereka ke sisi jalan yang sempit.”

Hadits ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mulia dan unggul dari yang lainnya. Jika mereka mengucapkan salam kepada kita, maka balaslah salamnya dengan ucapan ‘Wa ‘alaikum’.

6. Berusaha Membalas Salam Dengan yang Lebih Baik atau Semisalnya

Maksudnya, tidak layak kita membalas salam orang lain dengan salam yang lebih sedikit. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya:

“Apabila kalian diberi salam/penghormatan, maka balaslah dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.” (QS. An-Nisa’: 86)

Kebiasaan Para Sahabat Berjabat Tangan

Adalah kebiasaan para sahabat jika mereka berjumpa maka saling berjabat tangan antar satu dengan yang lain. Maka apabila kita bertemu dengan seorang teman, cukupkanlah dengan berjabat tangan disertai dengan ucapan salam (Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa baraakaatuh) tanpa berpelukan kecuali ketika menyambut kedatangannya dari bepergian, karena memeluknya pada saat tersebut sangat dianjurkan. Hal ini berdasarkan hadits Anas bin Malik radiallahu ‘anhu, ia berkata:

“Apabila sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saling berjumpa, maka mereka saling berjabat tangan dan apabila mereka datang dari bepergian, mereka saling berpelukan.” (HR. At-Tabrani dalam Al-Mu’jamul Ausath no. 97 dan Imam Al-Haitsami berkata dalam kitab Majma’uz Zawaa’id VIII/ 36, “Para perawinya adalah para perawi tsiqah.”)

Saudariku muslimah, yang berusaha meniti jalan kebenaran, hendaklah adab-adab di atas kita jaga. Kita berusaha untuk menanamkannya pada diri kita, memupuknya, memeliharanya serta mengajak orang lain kepadanya. Semoga Allah, Dzat yang membalas kebaikan sebesar dzarrah dengan kebaikan dan membalas keburukan sebesar dzarrah dengan keburukan memberikan kita keistiqamahan untuk senantiasa berjalan di atas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wa Allahu A’lam.

Maraji:

  1. Terjemah: Adab Harian Muslim Teladan. ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani. Pustaka Ibnu Katsir. Cetakan pertama. 2005.
  2. Majalah Al-Furqon Tahun 6 Edisi 7. Shofar 1428 H.
  3. Catatan Kajian ‘Kitabul Jami’ min Taudhiihul Ahkam min Buluughul Maraam’.

***

Artikel www.muslimah.or.id

[ Read More ]

3 Maret 2010

Rindu yang Tak Usai

Posted by bianglalabasmah at 3/03/2010 03:07:00 PM 0 comments


Saat ini, saya telah berlabel jadi anak kampus, di mana tempat inilah akan menyita banyak waktu ke depan, insya Allah. Bercerita tentang kampus, mungkin masih banyak yang harus dibenahi. Yah, tentang pembangunan yang semakin melejit, namun lupa akan sebuah bangunan yang agung, yang masih alpa di tengah persaingan bangunan lain yang telah berdiri kokoh. Mesjid, namanya. Sehingga, tak heran banyak mahasiswa yang menunaikan panggilanNya di masjid yang alhamdulillah ia berada dalam posisi dekat dengan kampus.
Untuk saat ini, saya enggan menceritakan tentang kampus, karena kepadatan jadwal di luar lebih mendominasi hingga akhirnya kegiatan di kampus bukan hal yang begitu menyentuh dalam benak ini.
***
Seusai shalat dzuhur di sebuah masjid dekat kampus, saya masih terpaku dalam hening cipta. Masih dalam keteduhan yang sedang saya nikmati sesaat itu, meski mata mulai menjalar ke sekeliling ruang dimana saya benar-benar merindukan suasana keteduhan yang jarang saya rasakan akhir ini. Dan mata ini kembali menatap lekat pada sebuah hijab (baca: pembatas shalat antara ikhwan dan akhwat) yang tepat di depan saya. Pada hijab itu, kembali mengusik segenap imaji pada sebuah bab dalam kehidupan saya. Perkenalan dengan Kurma 17.

melayarkan masa lalu
untuk ditelusuri dan dibaca
yang bertabur dalam memori
menganga sepanjang jalan

Kali pertama saya diperkenalkan dengan kata “hijab”, saat saya memasuki dunia SMA. Saat seorang akhwat sekaligus seorang kakak kelas bertegur sapa dengan ramahnya, ia memanggilku pada sebuah kegiatan bernama musyawarah. Walau sebenarnya sejak awal masuk SMA, saya memang sudah men-tag ekskul Rohis (kerohanian Islam) yang akan saya geluti, tapi tak apalah jika saya harus lebih tahu banyak tentang kegiatan-kegiatan lainnya. Apalagi, rohis di sekolah saya di Jeddah tentu berbeda dengan Jubel.
Perkenalan saya dengan Kurma17 yang memiliki kepanjang Kerukunan Remaja Masjid 17 yang berkiprah di SMA Negeri 17 Makassar, tak lain dan tak lepas dari bentuk qadarallah, Allah ta’ala yang benar-benar mengantarkan saya. Siapa yang menyangka jika saya akan melewati sebuah langkah baru yang telah Allah skenariokan.
Seorang kakak kelas menyapa dengan ramahnya, mengajak saya pada sebuah musyawarah yang entah apa yang akan mereka lakukan. Saat itu, saya hanya mengiyakan akan menghadiri musyawarah tersebut. Kesan pertama yang saya tangkap dari sebuah musyawarah yang mereka gelar seusai sekolah adalah “aneh”. Aneh dengan cara mereka yang tidak seperti biasanya kebanyakan orang lakukan. Berbicara di depan sebuah pembatas di sebuah masjid sekolah, dengan nada yang sangat rendah. Itulah yang tertangkap oleh mata saya. Hati ini mulai menghimpun kata untuk melontarkan sebuah tanya pada kakak tersebut yang sekali-kali berbicara di depan hijab itu. Mungkin ekspresi saya langsung bisa terbaca oleh si kakak itu tanpa harus mengutarakan pertanyaan yang sempat saya ukir dalam hati.
“Jika kita ingin menegakkan syari’at Allah, maka terlebih dahulu kitalah yang memulai menjalankan syari’atNya. Inilah syari’at yang mengajarkan kita untuk menjaga pandangan. Apalagi kita harus berinteraksi dengan lawan jenis dalam ruang dan durasi yang cukup lama. Walaupun kita tak bisa memungkiri kita akan menjumpai non mahram dimanapun dan kapanpun. Tapi, kita harus memulai dari hal-hal yang kecil jika bisa diusahakan seperti musyawarah ini. ”
Mungkin itulah inti dari perkataan kakak itu utarakan pada saya. Tepatnya, saya merasa benar-benar dapat sebuah ilmu yang belum pernah saya dapat dari manapun dan mencoba belajar dari kalimat-kalimat  tersebut. Karena sekali lagi, saya bukanlah manusia yang telah terinstall selama 24 jam full dalam kebaikan. Dan ini membuat saya kembali mengklaim pada manusia terkhusus pada diri saya sebagai manusia yang lemah. Kalau boleh meminjam sebuah istilah atau semacamnya yaitu: “perasaan muncul dari mata turun ke hati”.
Saya semakin bisa mencerna apa yang si kakak tersebut utarakan. Yah, seringkali kita tertatih menata hidup untuk menjemput setiap perintahNya, tak selalu erat tangan menggenggam tiap hidayahNya. Namun, peristiwa ini hadir hanya sebuah reaksi yang sempat terkeluhkan beberapa saat yang lalu pada diri ini.
            Dan waktu kerap kali melangkah dengan cepat, segala puji hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala mengantarkan saya pada sebuah ekskul untuk mengemban amanah yang sangat besar. Padahal apa yang ada sesungguhnya kadang tak dapat digenggam dengan erat. Dan tidak dapat dipikul dengan benar. Tapi...
Saat itu, saya tidak seorang diri. Saya menjumpai banyak teman yang juga men-tag Kurma17 sebagai ekskul mereka. Karena sekolah kami mengharuskan tiap siswanya memiliki minimal satu ekskul. Walaupun, ekskul Kurma17 bukanlah ekskul yang dinomorsatukan oleh siapapun. Dengan kata lain, banyak yang memilih lebih satu ekskul, termasuk saya. Mungkin dari niat ingin mengenal Islam lebih dalam, juga sebagai pemersatu ikatan dari berbagai ekskul yang telah mendeklamasikan diri dalam Kurma17. Yah, entah dari PasQ17, Gema Suara17, PMR17, dan masih banyak lagi yang bergumul di Kurma17. Siapapun bisa masuk tanpa melihat dari sisi manapun. Walhasil, kami tidak ragu untuk memilih Kurma17 sebagai ekskul netral.
Terbiasa mengikuti musyawarah secara intens dalam tiap kepengurusan Kurma17 sebelumnya, maka tak asing lagi ketika dalam kepengurusan angkatan saya juga menjalankan berbagai musyawarah dengan kehadiran sebuah hijab. Walaupun, seharusnya berhijab tak hanya sekedar dalam musyawarah.
Pada saat itu, saya masih sangatlah minim dalam mengenal ilmu Islam ketika mendapat sebuah amanah di Kurma17. Terlebih dalam kepengurusan kami yang tak sepenuhnya paham tentang definisi hijab itu. Minimnya ilmu, membuat banyak orang bertanya dengan keluguan masing-masing. Namun, perlahan tapi pasti, kami mulai terbiasa dengan musyawarah dengan ala kami ber-“hijab” yang sering kepergok oleh orang-orang yang lalu lalang sekitar masjid dengan memandang heran dan penuh tanya.
Tak bisa dipungkiri pula, musyawarah yang sering kami gelar berhamburan. Misalnya, entah ketidaksengajaan kami menyebut nama orang, yang seharusnya hanya menyebut nama jabatan ke lawan bicara dibalik hijab. Atau jika kami tidak mengenal suara lawan bicara di balik hijab, maka kami akan bertanya pada teman segolongannya yang mengenalnya untuk mengetahui siapa yang sedang berbicara.
Tapi toh semua bisa berjalan lancar tanpa penghalang dan bisa berkoordinasi dengan baik dengan siapapun. Terbukti lewat beberapa proker (program kerja) yang alhamdulillah bisa terlaksana. Atau, jika ada sekelumit masalah, kita langsung bermusyawarah dengan lebih serius. Walau di saat tertentu, terkadang ada gelak tawa tertahan yang tercipta tanpa harus sungkan terhadap lawan bicara, atau rasa geram karena amarah atau kekecewaan yang tersembunyi, dan bahkan tentang air mata yang terkadang terurai jika masalah kembali mengguyur. Sekali lagi, semua tidak tampak, dan semua tidak perlu disembunyikan, karena sejak awal “hijab” itu telah ada. Setia menemani dalam persaksian bisu musyawarah. Setia menutupi segala sesuatu yang mungkin bisa jadi aib. Setia menghalangi pandangan yang terkadang begitu liar yang tidak bisa dinafikkan oleh hati.
***
Masih dalam kesunyian tempat saya usai shalat, kata-kata seorang akhwat itu terngiang, “Kutunggu Kau di Balik Hijab”. Saya pun tersadar untuk selanjutnya beranjak dari hening cipta dan bergegas pulang dan sekali lagi menatap sebuah hijab yang nyaris serupa dengan hijab di sekolah. Pada rindu yang menyesakkan...
[ Read More ]

2 Maret 2010

Hari Ini..

Posted by bianglalabasmah at 3/02/2010 08:23:00 PM 0 comments

"Kesibukan boleh saja menyapa diri ini dengan bersilih gantinya perjumpaan. Tapi, tak boleh menampik amanah-amanah yang baru saja kembali diemban. Karena kesibukan kampus mampu mengaburkan diri ini pada Allah. Hingga diri begitu larut pada kejenuhan.
Keep mujahadah, keep istiqamah.."

Puji syukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala, yang masih memberikan peluang dalam merasakan nikmatNya yang berhamburan di bumiNya. Sungguh, tak mampu diri yang begitu lemah ini untuk menampik apapun yang tengah ditanggalkan kecuali atas kehendakNya. Yah, hari ini dijadikanNya nikmat pada siapapun yang begitu meresapi 'indah'nya kehidupan, hari ini dijadikanNya semangat dalam melakoni peran dalam hidup, dan hari ini dijadikanNya pengingat bagi hamba-hambaNya tentang setiap hembusan nafasnya tak boleh tersia-siakan.

Bulan baru boleh saja datang dengan hari-harinya dipadati oleh skenario dari masing-masing peran pementas kehidupan. Seperti mengingat UN kembali akan menyambut adik-adik dalam balutan putih abu-abunya yang membuat detak jantung berpacu layaknya waktu yang terus bergerak maju dan kegiatan kampus yang belum lama menggelar semester baru dengan berbagai tuntutan di dalamnya. Rasanya sesak dengan kehingar-bingaran ruang dan waktu yang terlampau merebak di sisi dunia. Hingga amanah-amanah yang mulai ditancap kembali tersendat-sendat.

Meski hari ini mendapati kondisi saya yang pasang surut, tapi saya ingin selalu berhusnudzan pada Allah subhanahu wa ta'ala. Karena segala sesuatu yang Allah subhanahu wa ta'ala memposisikan saya dalam amanah-amanahNya sebagai wujud penjagaaNya pada saya. Dan Ia masih mempercayai saya, insya Allah. Allahumma amiin..

Untuk peserta UN (adik-adik di SMAN 17 Makassar), semoga Allah memudahkan semuanya, dan lulus 100%.

For all my friends at Orange Campus, yang tengah kembali mengenang masa SMA dalam balutan seragam Pramuka, tetap semangat..

Untuk proyek-proyekku, insya Allah akan selesai jelang musyker..
[ Read More ]

1 Maret 2010

An Insident

Posted by bianglalabasmah at 3/01/2010 09:19:00 AM 0 comments
Di suatu siang menjelang dzuhur, saya yang ditemani seorang teman saya mengurungkan niat pulang dari ngampus. Meski terbilang jam kuliah pada hari itu sudah berakhir sebelum dzuhur, maka kami pun membidik sebuah masjid yang berlokasi dekat kampus untuk jadi tempat peristirahatan sejenak menanti jam 3 untuk musyawarah (rapat-red).

Menanti jarum pendek menuju jam 3 itu sangatlah lama pada saat itu. Seusai shalat dzuhur, pun kami menghabiskan waktu dengan bertukar cerita. Maklum saja, kedekatan kami masih seumur jagung setelah kami sama-sama dinobatkan berada di bilingual class, PGSD.

Saking lamanya waktu yang bergulir pada saat itu, jika cerita kami dibukukan, mungkin cerita tersebut bisa mencetak beberapa buku tentang dua insan dalam pentas sandiwara. Tapi, siang yang membosankan seolah tak mengurangi semangat untuk bercerita. Mulai dari cerita sekolah, dakwah, kuliah, hingga menyerempet ke masalah nikah (?).
*
Akhirnya, jarum jam pun menunjukkan pada pukul 3 sore. Karena sebentar lagi waktu ashar akan menyambut, maka sepakatlah kami untuk tetap di masjid tersebut hingga shalat telah ditunaikan. Di sela-sela menanti kumandang iqamah, saya masih disibukkan dengan OL (coution: don't try this) via hp teman saya atas permintaannya untuk di-download sesuatu. Saat saya yang tengah bersiap-siap untuk shalat walau iqamah belum dikumandangkan, saya mendapati sesosok makhluk laki-laki berada di shaf perempuan paling belakang. Lelaki berkemeja yang sempat saya temui di kampus beberapa jam yang lalu itu sedang merogoh sesuatu. Yah, mata saya masih berusaha mendeteksi apa yang dia lakukan itu. Teman saya yang juga saudari saya itu menyadari hal yang sama dengan saya.
"Ukhti, itukan tasnya Ani. Ngapain orang itu di sana?" Tanyanya dengan ekspresi panik sambil terus melontarkan kata-kata yang sama.
Saya yang juga menyadari dan sempat terselip pikiran husnudzan terhadap lelaki berperawakan pegawai itu, akhirnya terkontaminasi juga. Melihat gelagat lelaki yang langsung sadar karena merasa terpantau oleh kami. Dengan ekspresi yang dibuat tenang untuk meyakinkan bahwa dirinya bukanlah apa yang kami pikirkan (mungkin).
Untuk apa lelaki itu di shaf perempuan, sedang qamat akan dikumandangkan? Bukannya bersegera untuk berwudhu dan menunaikan shalat, tapi malah melumurkan diri dengan dosa, di rumah Allah, dan di waktu shalat pula. Astaghfirullah. Buru-buru saya tepis tuduhan itu, sambil terus mengamati lelaki itu sampai ia telah kembali merapatkan shaf untuk shalat. Sedang kami? Saya masih berjaga-jaga walaupun shalat telah dimulai. Pun dengan teman saya yang langsung melesat ke tempat wudhu untuk memberitahukan kondisi tas pemiliknya.
Ditiap kesempatan, saya berani mengungkapkan sesuatu. Jika benar adanya. Tapi, kejadian ini benar-benar membuat saya benar-benar bungkam. Entah kenapa. Mungkin saya takut akan membuyarkan ke-khusyuk-an jama'ah yang hendak shalat. Alasan lainnya, imaji saya pada saat itu begitu liar hingga terlintas jika saya melakukan tindakan nekat ini, dan tiba-tiba ada wartawan yang kebetulah sedang mampir shalat di masjid tersebut, dan meliput kejadian ini. Sampai akhirnya, koran pagi memuat berita kami yang menggegerkan kampus, pun dengan warga sekitarnya dengan judul JILBABER, PAHLAWAN di Siang Bolong (baca: Lebay). Imaji liar itupun saya buang jauh-jauh dan berkonsentrasi untuk shalat.
Seusai shalat, saat saya masih terpaku dalam kesendirian, lelaki itu pun langsung meluncur ke tempat tadi untuk mengais rezeki yang tidak halal itu. Saya dan juga teman saya membiarkan lelaki itu bertebaran di belakang. Toh, tak ada tas yang tak bermajikan. Sebab, semua tas telah dievakuasi oleh pemilik masing-masing. Dan kami pun bersegera keluar dari masjid sebelum kami juga terancam dalam bahaya.
Yah, sangat miris. Inilah satu insiden yang kali pertama saya saksikan dalam hidup.
Mungkin ini jadi pelajaran buat saya, bahwa kejahatan bisa dilakukan bukan hanya niat tapi jika ada kesempatan (lha? Koq ngutip dari Bang Napi, ya?).
Yah, waspadalah di manapun kita berdoa. Jangan lupa berdoa plus dzikir pagi-petang, serta cuci kaki sebelum tidur (ha?)..

Makassar, 1 Nov 09.

Thanks to Ukh Insana Pertiwi yang menemani saya melihat insiden ini dengan penuh ketegangan dan ke-lebay-an dalam menyaksikannya.
[ Read More ]

Dari Akhwat Untuk Ikhwan

Posted by bianglalabasmah at 3/01/2010 09:18:00 AM 0 comments

Sebuah Pengakuan Yang Menyentuh
Assalamualaikum wr wb

Ini adalah kisah yang sudah sangat melegenda: tentang Julius Caesar, kaisar romawi yang rela kehilangan kehormatan, kesetiaan bahkan negaranya demi si-ratu penggoda, Cleopatra. Semua ia lakukan (kata ahli sejarah) …… atas nama cinta …..
Ini kisah tentang pemuda bernama Romeo, demi sang wanita ia rela kehilangan keluarga dan tentu saja nyawa, …… tetap saja atas nama cinta ….
Satu lagi seorang janda bernama Khadijah yang rela mengorbankan segalanya demi membela pemuda bernama Muhammad, yang dia yakini membawa risalah Tuhannya, …. Ini juga atas nama cinta ….

Kata Jalaludin Rumi, cinta akan membuat yang pahit menjadi manis dan dengan cinta tembaga menjadi emas, dengan cinta keruh menjadi jernih dan dengan cinta yang sakit menjadi obat, dengan cinta yang mati menjadi hidup dan cintalah yang menjadikan seorang raja menjadi hamba sahaya dan pengetahuanlah cinta seperti tumbuh.

Afwan, aku bukan pujangga yang hendak membahas tentang cinta. Aku juga tidak sedang mencampuri urusan orang lain. (Aku hanya ingin memposisikan diri sebagai seorang saudara… yang wajib hukumnya untuk mengingatkan saudaranya yang mungkin…. salah langkah). Bila aku sudah, atau….. artikel ini tak berkenan, mohon ma’af. Itu saatnya aku untuk dikomentari atau dikritik…..Aku ingin bicara atas nama wanita, terlebih Akhwat (Kalau boleh sih).

Tolong para Ikhwan (yang merasa sebagai muslim), wanita adalah makhluk yang sempit akal dan mudah terbawa emosi. Terlepas bahwa aku TIDAK SUKA pernyataan tersebut, tetapi itu fakta.
Sangat mudah membuat wanita bermimpi. Tolong, berhentilah memberi angan-angan kepada kami! Mungkin kami melengos kalau disapa…atau….membuang muka kalau dipuji. Tapi, jujur ada perasaan bangga, bukan suka pada Antum (mungkin), tapi suka karena diperhatikan “lebih”.
Diantara kami ada golongan Maryam yang pandai menjaga diri. Tetapi, tidak semua kami mepunyai hati suci. Janganlah antum tawarkan sebuah ikatan ta’aruf. Sebuah ikatan ilegal yang bisa jadi berumur cuma dalam hitungan bulan, tetapi menginjak usia tahun, tanpa kepastian kapan di ilegalkan.
Tolong pahami arti cinta seperti pemahaman UMAR AL FARUQ, seperti induk kuda yang melangkah hati-hati karena takut menginjak anaknya (Afwan, benar ini riwayatnya ? ). Bukan mengajak kami kebibir neraka dengan sms –sms mesra, telepon sayang, hadiah-hadiah ungkapan cinta dan kunjungan pemantapan yang dibungkus sebuah label: TA’ARUF.

Tolong kami hanya ingin menjaga diri, menjaga agar amal kami tetap tertuju pada-Nya. Karena janji Allah itu pasti “Bahwa wanita baik hanya diperuntukkan laki-laki baik.”

Jangan ajak mata kami berzina dengan memandangmu.
Jangan ajak telinga kami berzina dengan mendengar pujianmu.
Jangan ajak tangan kami berzina dengan menerima hadiah kasih sayangmu.
Jangan ajak kaki kami berzina dengan mendatangimu.
Jangan ajak hati kami berzina dengan berkhalwat denganmu.

Ada beda …. Persahabatan sebagai saudara dengan hati hati yang sudah terjangkit virus ... beda itu bernama “rasa” dan “pemaknaan”. Bukan seperti itu yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Antum memang buka mushaf, antum juga tak sekualitas Yusuf as, antum bukan Arjuna dan tak perlu berlagak layaknya Casa Nova. Karena islam sudah punya jalan keluar yang indah: “segeralah menikah” atau “Jauhi wanita dengan puasa”.

Antum berusaha untuk menjaga hijab agar datang kepada kami dalam kondisi suci hati, tetapi kami malah menjajakan cinta kepada laki-laki yang belum tentu menjadi suami kami. Atau antum sekarang sudah berani menjamin bahwa antum adalah calon suami kami sebenarnya …? Maaf, wanita itu lemah dan mudah ditaklukkan ! sebagai saudara kami, tolong jaga kami karena kami akan kuat menolak rayuan preman tapi bisa jadi kami lemah dengan surat cinta kalian.

Bukankah akan lebih indah bila kita bertemu dengan jalan yang diberkahi-Nya ..?
Bukankah lebih membahagiakan bila kita dipertemukan dalam kondisi diridhai-Nya ..?
Buka Cuma pada saat menikah, tetapi juga saat pertemuan yang juga bebas dari maksiat. Allah Maha Pencemburu dan Dia Maha Memiliki kami. Jadi … mintalah kepada-Nya sebelum mendatangi kami.

Sumber: dari seorang akhwat [ hamba Allah]
Wassalamualaikum wr wb
[ Read More ]

Langkah Awal di Tahun 2010

Posted by bianglalabasmah at 3/01/2010 09:13:00 AM 0 comments
Setelah bertualang menilik dakwah sekolah dan dakwah kampus yang saling berburu kader, akhirnya ditentukanlah satu tempat yang disetujui dan disepakati oleh kata hati. Dan diamini dan didukung oleh orang-orang rumah, pun dengan saran-saran akhwat yang turut menyertakan dalam sebuah pilihan saya yang insya Allah akan kembali diemban. Apalagi dalam prosesnya memakan waktu yang cukup lama, hingga jeda ini mendapati saya dalam kondisi tersengal-sengal mengikuti irama perkuliahan plus tugas-tugas yang menyita segala hal.

Setelah beberapa bulan yang lalu bergulat dengan kegiatan-kegiatan FUM, entah dalam musyawarah atau kepanitiaanya, maka masa inilah masa untuk lebih kenal dekat dengannya. Setelah mengenalnya jauh saat masa SMA, pun dengan alasan ingin tetap melanjutkan visi masa SMA. Meneruskan dakwah di sekolah. Insya Allah.

Capek? Sudah pasti. Karena terjun di dunia tersebut mencakup secara luas. Apalagi pilihan ini bukan hanya dakwah di SMA tempat saya mengenyam ilmu, tapi hampir semua SMA yang ada di Makassar.

Usai bergulat dengan interview panjang beberapa hari yang lalu dengan mengupas visi-misi, beradu ide, mengobrak-abrik tentang pribadi, hingga mempertahankan argumen dengan sedikit narsis, maka disebutlah pilihan departemen yang sejak awal saya bidik. Walau saat ini saya masih butuh belajar dengan sejuta hal yang bergumul di dalamnya.

Mungkin rasa letih, lelah, jenuh akan siap menyapa di kemudian hari dan akan terbayar semuanya, insya Allah. Sebab kita tak akan terlepas dari manusia berlaber insan dhaif. Dan insya Allah, akan mendapati hikmah dari segala hal. Sebab, kita sama-sama tahu, bahwa kita sedang berjual beli dengan Allah subhanahu wa ta'ala.

Semoga langkah awal ini menyemangati hari-hari selanjutnya, dan bisa berbalas kemanfaatan untuk diri sendiri, orang-orang sekitarnya, serta generasi muda rabbani. Amiin..


[di tengah pikiran melayang pada final kampus]
Makassar, 19 Januari 2010
[ Read More ]

Keistiqamahan

Posted by bianglalabasmah at 3/01/2010 07:13:00 AM 0 comments

KEISTIQAMAHAN bukan karena tidak pernah surut, tapi dari kesurutan itu ada sejuta kekuatan yang bertambah.

Petualang keistiqamahan bukan seperti pemancing ikan yang hanya duduk menunggu datangnya ikan-ikan sambil menggerak-gerakkan tangannya saja. Tapi, dia bagai pendaki gunung ketika terseret oleh akar-akar pohon, dengan tangannya dia selalu mencoba memotong-motong akar-akar itu, dengan kakinya dia terus memanjat tebing-tebing, dengan punggungnya dia membawa bekal-bekal perjalanannya dan tidak berhenti sebelum mendapatkan puncak gunung itu meski membutuhkan waktu yang panjang dan meletihkan.

Dalam fisik yang lemah dan jiwa yang kuat, jangan pernah menyerah karena tidak ada yang mustahil bagiNya.
[ Read More ]
 

Bianglala Basmah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea