Malam semakin larut. Aku keluar untuk mengambil air wudhu. Kusempatkan wajahku tengadah ke arah langit, menangkap kilauan ribuan bintang dengan mataku. Beningnya langit tanpa mendung itu membuatku bergumam, Allahu Akbar. Ah, serasa tak sabar menanti esok.
Di batas akhir pertiga malam..
Dalam malam yang belum hilang
dalam kabut yang teramat sejuk
ada sepenggal malam yang tak pernah berakhir
ada sepotong kata yang tak sampai kuucapkan
sebelum malam itu berakhir
di bawah bulan yang merindukan masih
sembahyang dua rakaat kekhusukan itu lenyap
pada istikharahMu pertiga malam
lalu menangkupkan tangan mengucap doa
atau apa saja yang bisa mengisyaratkan waktu
walaupun langit berurai air mata
satu asa yang kuminta dalam doa
ada hamparan sajadah searah kiblat, menangis
dalam ketermenungan tanpa bayangan dan ragu-ragu
karena rindu kami untuk melihat cintaMu
yang tanpa sengaja atau diam-diam
barangkali akan segera runtuh, meski semestinya
takkan berakhir
Rabbi, sisakan kecantikan dunia dengan keindahan
kami yakin, ada yang luar biasa sesungguhnya di balik
kejernihan wajahMu..
dalam kabut yang teramat sejuk
ada sepenggal malam yang tak pernah berakhir
ada sepotong kata yang tak sampai kuucapkan
sebelum malam itu berakhir
di bawah bulan yang merindukan masih
sembahyang dua rakaat kekhusukan itu lenyap
pada istikharahMu pertiga malam
lalu menangkupkan tangan mengucap doa
atau apa saja yang bisa mengisyaratkan waktu
walaupun langit berurai air mata
satu asa yang kuminta dalam doa
ada hamparan sajadah searah kiblat, menangis
dalam ketermenungan tanpa bayangan dan ragu-ragu
karena rindu kami untuk melihat cintaMu
yang tanpa sengaja atau diam-diam
barangkali akan segera runtuh, meski semestinya
takkan berakhir
Rabbi, sisakan kecantikan dunia dengan keindahan
kami yakin, ada yang luar biasa sesungguhnya di balik
kejernihan wajahMu..