30 November 2010

Berserakan

Posted by bianglalabasmah at 11/30/2010 09:17:00 PM 2 comments
Sebenarnya, diri ini sedang membutuhkan energi yang biasa dianugerahi pada orang-orang yang bermental baja dalam mengarungi kehidupan. Membutuhkannya untuk menghidupi hati, membutuhkannya untuk menggerakkan hati. Karena sejauh mana diri ini tak cukup kuat mengalami pergesekan yang begitu hebat. Khawatir jika suatu masa nanti, energiku yang seharusnya menerangi hati ini meredup.

Hm… belakangan diri ini memang tak kunjung benar dalam menumpahkan riaknya emosi, hingga seseorang mampu memberikan inspirasi yang cukup mengetuk dinding-dinding hati. Yah, aku memilih untuk menyisipkan kata-kata penyemangat atas udaraku dalam melakukan beberapa hal. Hanya membiarkan diri untuk lebih ceria dan lebih jujur mendefinisi rasa.

Lalu, mengawali pengumpulan energi dengan memanfaatkan benda-benda yang cukup berperan dengan keseharianku agar memberi energi hidup. Seperti pada sebuah ponsel biru misalnya, yang memang tak jarang lepas dalam genggaman, sengaja aku menyematkan kata-kata yang kutulis sendiiri dan menempelkannya di bagian atas layar ponsel, “La Tahzan, Ukhti!!”. Si Asfaar, sebuah map kuning yang turut andil dalam menghimpun banyak lembaran-lembaran penting dengan menyisipkan sebuah kalimat “Jangan Patah!!”. Pun pada si Afkaar, si laptop yang menjadi teman berfikir dalam menuntaskan amanah dan tugas dengan menyimpan kalimat di sebuah keyboardnya “Hidup adalah rangkuman sahaja.”

Bukan tanpa alasan jika kata-kata ini sengaja terpajang di benda-benda yang sangat erat dengan kehidupanku. Adakalanya diri butuh energi-energi untuk memompa semangat hati ini karena tak ada yang menjamin bahwa diri begitu mudah mengalami kegusaran yang tak terhenti saat berkali-kali harus merasakan hentakan-hentakan tak mengenakkan.

Jujur, terkadang aku terlalu takut mengalami perasaan gusar yang kerapkali menyapa saat harus sering mendapati pesan singkat yang membuat diri terkatup-katup. Takut dengan segala kenaifan yang sebenarnya merasa tak pantas melakukan tersebut. Atau terkadang saat kembali bergelut pada lembaran-lembaran amanah, perasaan yang tak cukup kuat menggenggam amanah karena terlalu banyak menenun kekhilafan yang tak terbendung, hingga berkas-berkas ini seolah menjadi peringatan untuk selalu dalam jalinanNya. Selebihnya, kalimat-kalimat lainnya bisa jadi ekspresi dari kerusuhan hati yang selama ini masih saja begitu abstrak.
Resah yang Dia munculkan lagi ke permukaan hati
Membuatku semakin bersedih..

Syukran wa Jazakumullah khaer atas idenya,.
Dihya Sany Al Qalbi dan Insana Pertiwi
[ Read More ]

29 November 2010

Ingin Jadi Ibu!!

Posted by bianglalabasmah at 11/29/2010 07:37:00 PM 1 comments
Siang itu, tiba-tiba mata ini tertumbuk pada saluran televisi yang sedang menginformasikan kondisi anak-anak jalanan. Potret kehidupan yang mengiris-ngiris sebenarnya jika dengan sangat terpaksa, harus mendapati mereka dalam ketidaksesuaiannya. Bukan hanya sekali duakali mendapati mereka –anak-anak jalanan- itu bertingkah demikian. Tapi, dalam hitungan puluhan, ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan kali memaksa diri-diri kita terbiasa melihat kehidupan mereka. Hanya demi mencari rupiah demi rupiah, akhirnya mereka begitu nekat menjadikan jalanan sebagai tempat-tempat berpijak.

Tiba-tiba, ruang pernafasan pada diri ini seolah menyempit, perasaan bermuruh. Membayangkan mereka terserak tak terurus berkeliaran memadati jalan-jalan. Menjadi pengamen, penjual koran, hingga peminta-minta.“Dik, jalan ini bukan tempatmu untuk tumbuh berkembang. Seharusnya kalian menikmati bermain yang lebih nyaman, bukan berserakan di jalan-jalan. Karena jalan ini terlalu keras untuk menjadikanmu anak yang terdidik. Justru bisa menjadikanmu malah menjadi anak-anak yang ‘keras’dikemudian hari.” Bisikku dalam hati dengan ketidakberdayaan.

Dalam fikiran yang berkecamuk, kembali menatap lembaran lain yang melahirkan perih tak bertepi. Mengingat kondisi remaja perempuan. Saat begitu banyak dari golongan mereka bebas berpakaian yang bagi mereka ‘sangat leluasa’. Dengan rok mini, baju yang dengan sengaja menampakkan lekukan-lekukan tubuh mereka. “Ya Allah, rasanya perjalanan dakwah memang belum boleh terhenti. Karena masih banyak PR yang harus diselesaikan. Juga janji yang harus ditepati, membenah diri, kemudian membenah orang lain. Agar tak terseok berjalan menuju padangMu..”

Hm... Pada detik ini pun, betapa banyak kesyukuran yang ingin kuucapkan. Dan beruntunglah anak-anak yang masih merasakan lembutnya kehidupan. Kasih sayang orang tua, bermanjakan dengan fasilitas-fasilitas yang ada, lingkungan yang ramah bahkan untuk segala kebutuhannya bisa terpenuhi. Ah, semoga aku bisa menjadi ibu yang baik pada anak-anakku nanti. Walau saat ini aku tak bisa mengambil peran untuk menyelamatkan mereka –para anak jalanan-, semoga anak-anakku bisa memberikan yang terbaik.

Pun tak luput dari itu, aku meminta pada Allah, Pemilik Kehidupan, agar menjadikan aku dan anak-anakku nanti menjadi penerang bagi yang lain. Dan mematri harapan semoga kelak anak-anakku terjaga dari hal-hal yang merusak akhlaq. Yah, anak-anakku.. tak hanya terlahir dari rahimku, tapi dari ruas-ruas hatiku, insya Allah.. Allaahumma Amiiin..

Doa yang tengah kususun untuk ku
Pada sebuah SD yang masih mengabu
Juga beberapa muridku saat ini..
[ Read More ]

21 November 2010

Ada Allah di antara Kita

Posted by bianglalabasmah at 11/21/2010 09:57:00 PM 1 comments

Bismillah, segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla, kembali Ia hadirkan sepenggal Jum’at untuk menjadi latar waktu yang indah pada pertengahan November. Meski sempat beberapa pekan terakhir, Jum’at begitu menggugat diri. Dengan segenap keterbatasan yang sempat mengikis semangat heroik, hingga mendapati diri ini dengan langkah sedikit terombang-ambing kehilangan arah. Tapi, tetap saja skenario Allah yang terindah.


Hm… Ukhuwah itu degup penuh makna, mengalir indah bersama aliran darah, berawankan keistiqamahan yang tiap titisannya menembus keras prasangka dalam hati.

Tak ada yang mampu mengingkari definisi ukhuwah jika ia benar-benar mengaplikasikan secara nyata. Senantiasa hidup walau bertatap jarang. Tapi, itulah yang bisa terwakilkan saat mengingat sesosok saudari yang terlahir dari rahim seiman.

Entah mengawali lembaran kisah mana, persaudaraan ini dimulai. Kisahnya memang saat itu tak terasa, karena ketidaksengajaan. Lebih tepatnya sih, Allah mempertemukan dengan naskah yang masih mengabu dalam kisah hidup kami. Yah, karena boleh dikatakan tidak terlalu istimewa namun value dari masterpiece yang sama-sama kami kenali dengan sebutan “ukhuwah” itu tak tergantikan. “Ah, lebih baik katakan saja ‘pertemuan sederhana’, tapi memberi efek luar biasa.”

Bertemu dalam lingkaran kecil secara intens. Aku yang sempat terpantul-pantul mencari persinggahan mengisi ruhiyah karena sekolah dan lingkaran kecil yang memakan jarak, serta waktu membelenggu keterbatasan. Hadirnya pun menyambut hangat untuk bergabung di lingkaran kecilnya yang baru beberapa waktu terbentuk.

Lalu, berganti hari, bulan, dan tahun menemani pertemuan tersebut walau harus bertolak ke arah yang berbeda, kebersamaan memang selalu ada. Atas dasar kesibukan yang kerap kali menjamah diri-diri ini, sehingga pada tiap pertemuan sejenak serasa menjadi pertemuan terindah. Bahkan melahirkan banyak orang mengagumi gaya kami. Karena hubungan ini membuncahkan rindu yang mengait jejalinan harap. Hubungan yang selalu membawa pada haru, membawa pada saling menguatkan satu dengan yang lain.

Hiruk pikuk aktivitas ini, ukhti…

Hingga tak kurasai tangismu,
Hingga tak kurasai letih langkah kakimu yang jauh,
Hingga tak kurasai darah-darah itu mengalir dari tubuhmu,
Hingga tak kurasai duka yang mulai  menggelayut jiwamu…
Dan kini, kembali Allah mengantarkan pertemuan kami di Jum’at tersebut. Saat mengadakan janji ke tempat bermula kisah dimulai dengan sejuta kenangan heroik. Tepatnya mejenguk kediaman SMA yang pernah membesarkan kami dengan warna yang menghiasi hari kami semasa SMA dulu. Selalu, kehadiran kami ibarat mengulangi masa lalu. Menyapa guru-guru di beberapa penjuru, menjelajahi wilayah-wilayah tertentu meski sangat ingin menjamah basecamp kami, asy-syifaa, sebuah perpustakaan Islami yang terletak di sudut masjid.

Melalui nahla yang terhampar dan musyawarah pengurus yang kami jumpai, seolah kembali mengais masa lalu. Kembali menyusun puzzle-puzzle yang sempat terpencar, walau selalu ada guratan perih yang terdengar kembali saat menyusun bersama. Terakhir, aku masih ingin mengukir kisah ukhuwah ini bersamamu..

Bisikku untukmu, ukhti..
Kau mengajari makna yang indah
To: Akhwat Kurma 17 dan Ukhti Tri Aminah
[ Read More ]

16 November 2010

Pesan Idul Adha

Posted by bianglalabasmah at 11/16/2010 07:28:00 PM 0 comments
".. Satajiidunii insyaa Allaahu minash shaabiriin.." ~ Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (Ash-Shaffaat:102)

Subhanallah, kalimat indah yang disampaikan dari lisan seorang anak bernama Ismail saat sang Ayah, Ibrahim menyampaikan mimpinya.
Semoga ekspresi ini jualah yang menjadikan kita tanpa ragu tuk selalu menjemput ketaqwaan padaNya..
[ Read More ]

14 November 2010

Kasih Sayang yang Patut ditiru

Posted by bianglalabasmah at 11/14/2010 08:36:00 AM 0 comments

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha diceritakan bahwasanya dia berkata,
“Aku pernah bermain dengan anak-anak perempuan di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dahulu aku mempunyai teman-teman perempuan yang suka bermain bersamaku. Lalu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk, mereka pun merasa segan kepadanya. Kemudian beliau memasukkan mereka kembali kepadaku, dan mereka pun bermain bersamaku.” (HR. Bukhari)
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita bagaimana ia dahulu suka bermain boneka bersama dengan teman-temannya. Lalu ketika Rasulullah masuk ke rumahnya, mereka pun berhamburan keluar karena merasa malu dan segan kepada beliau. Akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam justru memanggil mereka kembali untuk melanjutkan permainan mereka dengan Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Ini adalah belas kasih yang luar biasa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena beliau lebih memprioritaskan kebahagiaan yang dirasakan istrinya ketika bermain boneka bersama teman-temannya daripada harus menemani beliau.
Ini juga merupakan kasih sayang yang sangat besar, yang menegaskan sikap lemah-lembut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada wanita dan perhatian beliau yang luar biasa dalam menjaga perasaan wanita. Sebuah kasih sayang yang patut ditiru dan diteladani di dalam interaksi kita dengan pasangan hidup kita. Yakni kita bersabar terhadap polah tingkahnya dan terkadang memprioritaskan apa yang disukainya daripada apa yang kita sukai, selama hal itu bukan merupakan sikap memperturutkan hawa nafsu.
Barangkali karena mengetahui betapa besarnya cinta Nabi kepada istrinya, Aisyahradhiyallahu ‘anha, maka kaum muslimin dahulu lebih suka memberikan hadiah mereka kepada Nabi ketika beliau sedang berada di rumah Aisyah. Hal itu mereka lakukan dalam rangka mengharapkan restu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana diceritakan di dalam sebuah Hadits riwayat Imam Bukhari,
“Bahwasanya orang-orang dahulu lebih suka memberikan hadiah mereka pada hari (di mana Nabi berada di rumah) Aisyah. Dengan itu mereka berharap mendapatkan restu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Bandingkanlah hal ini dengan kepongahan para pria yang ketika menyebut istri-istri mereka atau kaum wanita pada umumnya, maka mereka mengatakan, ‘muliakanlah’ atau ‘semoga Allah memuliakan anda’ dan ungkapan-ungkapan lain yang tidak ada landasannya di dalam Islam dan tidak sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Nabi dan para Sahabatnya dalam menghargai dan memuliakan wanita!!
Tidaklah berlebihan jika kita katakan bahwa penghormatan Islam kepada wanita tidak bisa ditandingi oleh undang-undang mana pun di dunia ini. Pesan-pesan untuk kebaikan wanita juga tidak ada yang menyamainya di dalam sistem mana pun di dunia. Dan belas kasih Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada wanita juga tidak mungkin bisa disamai oleh siapa pun.[]
Disadur dari buku “Aku Tersanjung” karya Muhammad Rasyid al-Uwayyid.
sumber: http://wimakassar.org
[ Read More ]

11 November 2010

Catatan Rindu

Posted by bianglalabasmah at 11/11/2010 10:53:00 AM 0 comments
Hm… melihat di layar tv beberapa hari terakhir seputar jelang pelaksanaan haji, aku jadi rindu dan terbawa pada lokasi rumah yang beralamatkan di Fahd Al Syamery St. No.128, Bugdadheyyah, Jeddah. Inilah tempat terakhir aku menyisakan jejak di tahun-tahun terakhir setelah beberapa kali pindah rumah dari Syarafiyyah ke Bugdadheyyah.

Mengingat lokasi rumah saya tepat di belakang sekolah internasional India yang sebelumnya menjadi Sekolah Indonesia Jeddah, bersebelahan dengan Konsulat Jenderal Itali, dan tak jauh dari TPA Al Naashiriyyah tempat aku mengaji. Sangat bertolak dengan posisi rumah saya di Makassar yang jelang bandara Hasanuddin. Hiks…

Tentang masa lalu…
Jadi teringat aksi teman-teman yang tiap kali melemparkan beberapa batu ke AC (air conditioner) di belakang rumah mengingat bel menembus rumah rusak, dan pagar rumah yang berdiri kokoh menjulang tinggi. Atau jeritan-jeritan “Bukaaa pintuuu!!” yang mereka lakukan serentak hanya untuk menembus rumah dan main PS1 atau bermain lainnya.

Pun rindu kembali tertumbuk pada halaman rumah yang sesekali kami lakukan untuk bermain sepeda, sepatu roda, scooter, dan skate board. Atau main petak umpet bersama tetangga yang beda bangsa, Mesir, Tunis, Turki, Palestina, dan Sudan. Hm…

Izzayyek ‘alaikum? Wahasytini awie-awie…*  apakabar kalian? Saya sangat merindukanmu.. (bahasa mesir)

Tiba-tiba aku jadi ingin kembali kesana, menyinggahi kaki sejenak di baqalah madinah, toko yang dekat rumah untuk membeli ice cream bobo atau wals. Membeli susu Jamjoom, mencicipi berbabagai gambari (chiki) dan halawah (permen)..
Sedang menanti jawabanMu… Amiiin!!!!
[ Read More ]

10 November 2010

SENSITIF

Posted by bianglalabasmah at 11/10/2010 10:49:00 PM 0 comments


Aku merasa pertemuan kali ini adalah pertemuan yang paling “hambar” bersama beberapa rekan seperjuangan di siang hari. Entah kenapa, saat hadirku disambut dengan kata-kata tak sedap dari seseorang yang menjadi pemimpin di sebuah amanah yang kugeluti. Awalnya, aku menganggap itu hanya sebuah kepedulian terhadapku. Tapi lama kelamaan, kata-katanya bak serangan yang tepat menghantam dan meluluhlantakkan pondasi yang ku bangun selama ini.

“………… Kalo begitu, sebaiknya gak usah jadi akhwat saja. Dan bla… bla… bla…”

Jdeeer!! Kata-kata yang perih menembus ruas-ruas hati kacil ini. Hanya seulas senyum memaksakan diri ini untuk tampak tegar dengan getir mendengarnya. Aku menyadari, tak sepenuhnya kesalahan berada di pihaknya, karena ia tak mungkin mudah melontarkan kata-kata menyudutkan itu. Tapi, perlu ia sadari, bahwa lawan bicaranya tetaplah manusia lemah, aku, aku yang masih berada dalam fitrah manusia saat aku mengutarakan ego yang bersanding dalam diri dengan apa adanya.

Hanya ingin menetralkan diri dari segala noda yang terjadi hari ini. Sentilan-sentilan ini melahirkan rasa ingin menekuk diri. Ingin menekuk diri. Sekali lagi, ingin menekuk diri. Membiarkan ego membungkam diri agar ia tersadar, bukankah kalimat itu yang pernah ia sampaikan?

Tapi, bukan sanjungan dari siapapun, melainkan ridhaMu, ya Allah.. Dalam waktu yang bersamaan, kerapkali aku berusaha memunculkan kata-kata yang mampu menetralisirkan perasaan yang berserakan ini. Menata kembali langkah-langkah yang sudah kutelusuri. Kontras rasanya jika aku harus berhenti hanya pergesekan seseorang.

Ya Allah, kembalikan aku, genggamlah hati ini...
Dekaplah aku hingga menjumpaiMu kelak...
[ Read More ]

Lagi, Jodoh!!

Posted by bianglalabasmah at 11/10/2010 10:30:00 PM 1 comments
Di suatu pagi, aku dikejutkan berita bahagia (sebenarnya). Seorang teman kecil yang telah lama tak kujumpai setelah sama-sama kami meninggalkan kota kelahiran, dan beranjak ke Indonesia melanjutkan studi masing-masing. Kejutan indah di pagi hari yang akhirnya, berita ini tiba-tiba menjadi objek bahasan yang menarik.
Ibu       : “Si Nida mau nikah tuh, padahal usianya lebih muda dari kamu, nak..”
Aku     : “Kan itu udah qadarallah, mamah..” (Merasa jadi tersangka)
Ayah   : “Ato mau dicariin juga, biar cepet dapet?”
Ibu       : “Iya, biar cepet nikah juga..”
(Tiba-tiba sang kakak mengambil alih kesempatan)
Kakak Farhan: “Iya, sini entar saya cariin. Mau yang mana? Sebut saja kriterianya. Mau guru, atau dokter, atau mau ustad, bla… bla… bla…??” (Cerocos panjang kali lebar bak sales promo barang dagangannya..)
Aku     : “Gak ada-gak ada… sedang tidak menunggu apalagi mencari. Jodoh akan datang kalo udah waktunya. ” (Tolak dengan ekspresi risih melihat promo kakak laki-lakiku.)

Ibu       : (Sepertinya perkataan aku tadi tidak didengar) “Jadi mau yang ustad aja, ya? Kayak kakak-kakak kamu yang lain?”

Hh… Menghela nafas panjang, Lalu kuhempaskan meski berat. Memaksa untuk tetap tersenyum mengingat  Ibu mengira di kalangan berstatus ikhwan itu berprofesi ustad. Kemudian dan akhirnya…

Ayah   : “Iya… iya… ada waktunya tawwa. ” (Ayah membelaku saat tersadar aku mulai goyah di meja makan). “Insya Allah baba sama mama doain supaya diberikan yang terbaik..” (tangannya pun mengacak-acak rambutku dengan kasih sayangnya)

Percakapan ini terlanjur berakhir saat aku benar-benar beranjak dari tempat saat perasaan mulai gerah mendengar tawaran-tawaran yang cukup meresahkan batin.  Berbeda dengan orangtua yang mau memahami kondisiku, Kakak laki-lakiku justru ber-monolog ria tentang indahnya pernikahan.

Saat aku mengundurkan diri dari tempat, aku mengamini kata-kata terakhir ayah yang sangat tahu perempuan kecilnya merasa terusik oleh gertakan-gertakan ini. 

Rabbi, aku hanya butuh sesosok yang memang pantas memiliki simbol heroik dengan sejuta tanggungjawab pada  kelapangan hati. Terlihat kokoh, yang lebih tangguh, memiliki kekebalan tubuh melebihi sesosok rapuh Hawa. Terpatri bahwa bahunya patut kokoh dan patut menjadi tempat bersandar terbaik bagi kepala terkulai Hawa mahramnya. Letihnya pun harusnya terlihat tegar. Tangisnya bukan sebentuk kecengengan melainkan bentuk kepasrahan dan keikhlasan. Dan tetap menjadi pengiring menuju jannahMu kelak.


Ah, aku jadi kepikiran, nih! Hmm. . .
[ Read More ]

9 November 2010

Ada yang Hilang Darinya

Posted by bianglalabasmah at 11/09/2010 04:07:00 PM 0 comments
Kukatakan saja, Alhamdulillah aku memiliki banyak adik meski mereka tidak terlahir dari rahim yang sama denganku. Adik-adik yang terlahir dari ruang hati keimanan yang sama-sama kami genggam selama ini, Islam. Yah, pertemuan dalam ukhuwah islamiyah yang telah terjadi sekitar di masa balutan putih abu-abu.

Di antara mereka, ada seorang adik yang bagiku cukup mengagumkan dan juga cukup memalukan bagiku jika membandingkan aku dengannya. Boleh dikatakan, pada saat itu ilmu yang kumiliki masih sangat minim membuat aku banyak terhenyak dan selalu ingin banyak belajar di tiap perjumpaannya.

Teguh pada pendirian, kritis, dan memiliki semangat juang yang begitu memukau di perjumpaan pertama kami. Masalah-maslah yang selalu menghadangnya begitu kuat ia jalani. Itu yang aku tahu. Saat berbincang dengannya, kami langsung klik. Mulai dari dakwah hingga ke masalah pribadi. Bahkan ada beberapa hal yang sepele menurutku, namun baginya adalah masalah besar yang tak boleh diremehkan.

Ia pernah memaparkan banyak hal yang tak pernah terbersit dalam fikiranku. Satu hal yang masih terekam jelas dalam ingatan, mengapa kita tidak boleh hormat pada bendera, kemudian ia sematkan perbandingan Al Qur’an dan bendera, mengapa harus begini, mengapa bukan begitu, dll. Perbandingan yang tak pernah terpikir oleh seorang aku. Pun ia orang yang tanpa ragu dalam beramar ma’ruf nahi munkar. Meski tak jarang selalu mendapati ia dijauhkan dari teman-temannya. Karena seperti biasanya, aku yang juga dekat dengan beberapa teman-teman kelasnya selalu mendapatkan pengaduan dari mereka jika ada hal-hal yang tak bisa diterima oleh mereka.

Masih ingatkah dik, tentang musik yang kau tentang keras di dalam kelas?
Atau tentang tema lomba mading yang disepakati oleh teman-teman adik dari negara kaum kafir?

Meluap-luap semangatnya sekaligus melahirkan kesedihan sebenarnya. Meski memang semua ini mampu ia lakukan dengan keteguhan hatinya. Sabar terhadap cercaan. Kadang saat aku dilibatkan dalam kehidupannya, aku-lah yang merasa digertak. Karena banyak hal yang masih luput dalam fikiran awam ini. Bahkan aku merasa malu sendiri saat ada sebuah pesan singkat yang ia kirim untukku.

“……… Lebih baik saya dimusuhi oleh teman-teman saya daripada saya harus melukai perasaan Allah..” Dalam bimbang, di sudut mata ini berembun. Betapa banyak yang tak pernah kusadari dalam diri hingga kalimat ini mampu memercikkan hati dalam kesedihan.

Lalu berganti hari, bulan, dan tahun, tak terasa kita sama-sama menekuni dunia perkuliahan. Meski terpisah oleh jarak, karena kita bertolak ke arah yang berbeda. Dan bulan-bulan aku disibukkan dengan waktuku tanpa bersinggungan dengannya. Meski entah kenapa akhir-akhir ini kami sering berbincang secara maya, bertukar sapa, mengurai kisah kampus dan sekitarnya.
Dan aku melihat ada  yang hilang darinya..
Malam itu, kami berbincang secara maya… Saat berkali-kali kudapati kata-kata yang tak pernah kusangka. Aku menemukan sosoknya yang beda. Di banyak hal mungkin. Melalui banyak status yang ia layangkan di jejaring pertemanannya, dan yang mengejutkan tentang ia akan menjadi orang yang sangat bahagia bertemu dengan orang nomor satu di Amerika yang akan berkunjung (meski sebenarnya aku tidak mempermasalahkan dengan orang nomor satu itu berinisiatif akan berkunjung ke Indonesia) di kampusnya. Bahkan ia mengasihani sosok nomor satu dari Amerika itu selalu dikaitkan dengan Palestina-Israel.



Hati terenyuh. Memaksakan diri untuk kembali melayangkan masa lalunya tentang ketegasannya saat ia menolak keras untuk menyepakati negeri kaum kafir sebagai tema lomba mading kelasnya saat itu. Bahkan dengan sikap dinginnya, ia rela dijauhi beberapa temannya hanya demi mempertahankan prinsipnya. Dan hari ini, ia berada di posisi yang bertolak belakang, tak mengingkari apalagi menentang. Saat perbincangan bergulir secara maya, aku hanya membiarkan sisi manusiawinya berkata. Dan aku hanya menyambut dengan “wallahu a’alam” setiap kali meminta pendapat, karena aku tak memiliki hak atas apa yang akan dihadapkan nantinya.
Ya Allah, inikah yang dinamakan kita dimaikan oleh situasi? Pada situasi ini, aku merasa ada yang hilang dari dirinya, dan menemukannya yang berbeda. Berulangkali menegaskan diri, mengingatkan diri bahwa hati ini dalam genggamanNya. Aku tak punya hak untuk men-judgenya dalam kata-kata yang nyata.  Dan aku tak punya kelebihan apa-apa dalam menghardik dan menggugatnya untuk kembali seperti ia di masa lalu.
Dengan segenap harap, doa atas penjagaanNya untukmu sudah kulangitkan. Dan semoga masih tersisa ketaqwaan dan keistiqamahan dalam diri-diri kita.
Dik, aku menginginkan sosokmu yang kemarin...
[ Read More ]

5 November 2010

Simfoni Jum'at

Posted by bianglalabasmah at 11/05/2010 07:10:00 PM 2 comments
Ada rasa yang bergemuruh dalam diri setelah beberapa hari belakangan ini jeda menulis. Mungkin betapa banyak rutinitas yang tak mampu ditepis, hingga begitu banyak tumpukan kata meluap-luap yang kembali ingin digoreskan. Kali ini, aku ingin meluapkan kata-kata tersebut dengan memulai pertarungan bersama imaji. Mengingat hari-hari yang  kujumpai ini tetap saja tak usai menghardik naskah-naskahNya yang tak teduga walau kadang pasrah dengan perasaan terseret-seret.

Hh… ada keluh kesah yang ingin kutumpahkan sebenarnya saat setiap kali menjumpai hari Jum’at. Mungkinkah perasaan ini yang terlalu mendramatisirkan sesuatu, hingga hari ini kutemukan dengan banyak aroma tergugat dari diri?

Ingin rasanya ku katakan pada ketua tingkatku, atau setidaknya perkuliahan yang mengusik hari Jum’at mampu memahami tentang hari Jum’at adalah hari nasional bagi kalangan aktivis dakwah sekolah di manapun. Mengingat waktu-waktu yang cukup luang bagi anak sekolah adalah hari Jum’at, maka kami diupayakan untuk bisa memaksimalkan hari ini terjun langsung ke sekolah-sekolah. Bukan karena ingin dikatakan eksis dalam dakwah atau entahlah apa namanya (jika terbersit dalam pikiran), tapi, das sollen tetap saja membelakangi das sein. Dan inilah yang seringkali naskah yang kerap disuguhkan, bukan? Maka tetap berhusnudzan pada Allah dengan menyadari bahwa kepentingan manusia tidaklah sama, karena tiap-tiap orang punya pola rutinitas yang berbeda.

Dan setiap kali menjemput Jum’at dengan segala keresahan dan kerisauan, aku sangat ingin katakan, “Beri waktu luang di hari Jum’at.”. Kata-kata yang sering kujeritkan dalam hati. Hanya dalam hati. Rasanya gak kuat jika aku harus membolos terus menerus pada mata kuliah yang bersangkutan hanya gara-gara telat 5 menit. “Ya Allah, perjalanan dari sekolah yang kukunjungi cukup memakan jarak menuju kampus!! Kuliah jam 13.00 tepat sedangkan waktu kajian Jum’at di sekolah dihamparkan pada pukul 12.00-13.00.” Lagi, perasaan ini yang kerap kali merayapi ruang hati. Sesak…

Hari ini, dengan mengawali dari sebuah kisah di mata kuliah Studio Seni Musik, ujian siap digelar dengan berbagai ekspresi yang tertumpah ruah dari menyapa awal hari Jum’at. Gagal perkuliahan pagi, Kapita Selekta, dilanjut menghampar BMC, dan akhirnya masing-masing sibuk melakukan persiapan ekstra dengan lagu-lagu, not balok, kres-mol, dsb. Bahkan mencuatnya beberapa status yang kudapati di FB dengan mendeklarasikan “Ingin menghilang”, hingga melahirkan atmosfer ketegangan yang sempat menyeruak efek dari mata kuliah ini.

Pukul 13.00 lewat sekian-sekian ---- The real beauty of symphony.. Virus H2C menjangkiti kelas kami. Aku rasakan di saat ketegangan benar-benar merebak pada detik-detik menanti dosen. Hiruk pikuk teman-teman yang ber-solmisasi dan menekuni not-not balok, serta gelagat ketua tingkat yang sejak tadi lalu lalang keluar masuk kelas, sibuk dengan ponselnya sambil memasang ekspresi abstraknya, yang tak terdefinisi. Senyumnya kadang tak memahami atau bahkan tak bisa mengisyaratkan antara ada dan tiada dosen.

“Ya Allah, aku siap dengan segenap skenarioMu. Apapun kejutanMu. Aku ingin menyelesaikan perasaan ini. Mengakhiri dan cukup dengan hari ini, ya Rabb..” Pintaku dalam hati, ber-tawakkal. Karena tetap saja simfoni ini Kaulah yang susun. Aku tak punya kesanggupan untuk menyusun dan menyelesaikannya seorang diri. Hanya berpinta yang terbaik dariMu. Hanya itu…

Di antara suara-suara yang tak teratur terbentur, membaur karena persaingan suara satu dengan yang lainnya, ada kalimat yang tiba-tiba kutangkap dengan cepat dari jarak yang tidak sampai 2 meter sebelah kananku, “Gak datang dosen!!” Suara yang sangat kukenal, memang nada yang khas selalu standar, tapi mampu membangkitkan pekikan kompak “Hore!! dan Alhamdulillah!!” Suara yang spontan menyatu membumbung tinggi dari berbagai sudut yang sejak awal ber-H2C menanti jawaban. Membahana dan menyatu dalam ruang kelas. So surprised!!

“Ini memang kejutanMu. Tapi, ketegangan masih berlanjut, ya Allah!!” Aku benar-benar tak berekspresi sejak awal menangkap kata-kata itu. Mungkin justru aku menyayangkan adanya celah lagi untuk perasaan ini. Mengingat di awal hari tadi aku telah menolak beberapa job di sekolah demi menjemput simfoni ini. Walau begitu, berharap aku ingin Kau hibur dengan simfoni rintik hujan yang tengah membasuh tempat dimana aku berpijak di tengah perasaan yang semakin gersang. Ku mau apa yang Kau tau…
[ Read More ]
 

Bianglala Basmah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea