3 Juni 2020

Ramadhan Asma' di Fase Pra Tamyiz

Posted by bianglalabasmah at 6/03/2020 11:15:00 PM

Bismillaah.. Sebenarnya ini tulisan tahun lalu. Namun, ingin saya sajikan di ruang blog ini untuk menjejakkan cerita Asma' dalam memulai puasa Ramadhan di fase Pra Tamyiz-nya. Tulisan ini pun sebenarnya sempat saya bagikan di akun instagram pada tahun lalu.
***

Alhamdulillah bi ni'matihi tatimmusshaalihat. Ramadhan 1440 H. Di mana kali pertama menemui Ramadhan bersama Asma' di usia 6 tahun. Tentunya, Ramadhan dari tahun ke tahun menjadi tempat berlatihnya jiwa raga dalam banyak ibadah untuk menemui bulan-bulan selanjutnya. Pengenalan dan penanaman dari salah satu rukun Islam, syariat berpuasa kepada Asma' dan disimak oleh kedua adiknya, 'Aisyah dan Afra'. Memulai dengan dirutinkan dan digaungkan dari bulan Sya'ban jelang bertemunya Ramadhan. Tentu pula, sejatinya pengenalan dan penanaman dimulai dari kami, orang tua, bagaimana melalui hari-hari hingga Allah mempertemukan kami di bulan suci Ramadhan membersamai ketiga putri kami. 

Lalu, kesempatan apa yang kami ingin tumbuhkan dari moment Ramadhan? Apakah membiarkan moment berbuka puasa menjadi yang paling berkesan kah? Atau membangunkan 'ruh' dari berjuangnya dalam berpuasa tersebut? Materi iman yang seperti apa yang ingin kami sampaikan kepada anak tentang Ramadhan ini?

"Ummi, saya haus. Mau minum." Keluh Asma' di jelang siang.

"Ummi, kenapa 'Aisyah sama Afra' makan biskuit? Saya juga mau.." Rengek Asma' lagi. Kadang godaan ingin berbuka selalu hadir dari kedua saudarinya yang belum berpuasa. Tentu menjadi ujian besar bagi Asma' yang sedang mencoba belajar puasa.

"Begitulah kakak, orang yang berpuasa. Bukan cuma menahan lapar. Tapi menahan apa yang kita mau." Jelas saya sambil mengusap-usap kening Asma'. "Ayo semangat! Kita sedang berjuang dengan berpuasa. Masih ada setengah jam lagi adzan dzuhur in syaa Allah." Lanjut saya menyemangati.

Ramadhan tahun ini, memang ia sendiri yang meminta sampai dzuhur. Dan kami sebagai orangtua, tentu memudahkan dengan memenuhi keinginan dalam berpuasanya. Alhamdulillaah, sejauh ini kami tidak mendapati hambatan dalam moment sahur. Pembiasaan dari sejak dini, bi idznillah, Allah mudahkan kami tuk bangun di awal waktu. Menemui sepertiga malam di setiap harinya, dan membiasakan kami dan anak untuk bisa hadir pada malam-malam yang senyap kala yang lain terlelap.

"Tapi saya mau makan biskuit." Lanjut Asma' dengan memulai tangisan yang mengejutkan saya.

"Iya, tapi Asma' lagi puasa. Gak ada apa-apanya biskuit dengan puasa Asma'. In syaa Allah ada kenikmatan yang Allah janjikan dengan amalan puasa." Saya pun tak menyerah dengan tangisan Asma'. "Ummi bisa saja kasih Asma' biskuit lebih banyak dari 'Aisyah Afra'. Tapi, Ummi gak bisa kasih nikmatnya orang yang berpuasa karena Allah yang akan balas. Sami'naa wa atha'naa. Kami dengar dan kami taati." Bujuk saya. Kemudian merangkul Asma', mencoba menguatkan niat berpuasanya hingga tangisnya mulai mereda.

"Kita sama-sama berjuang dengan puasa ini." Saya kembali mengkonfirmasi niat dan ikhtiarnya saat akan sahur. Dan mencoba menjelaskan betapa tak seberapanya perjuangan menahan lapar ini dengan orang-orang yang Allah taqdirkan berpuasa dan berbuka tanpa makanan. "Sabarkan Asma' ya Allaah.. sabarkan Asma' ya Allaah. Sampaikan puasa Asma' ini ya Allaah.." Saya mengusapkan dada Asma' yang sesekali masih terisak sambil terus berdoa dengan men-jahr-kan, memperdengarkan setiap apa yang saya butuhkan atas Asma', putri pertama kami yang sedang berjuang dalam memulai puasanya.

Masyaa Allah tabaarakallaah.. Mengawali mengenalkan anak berpuasa pun butuh perjuangan. Masih jatuh bangun. Kadang lurus dan mulus sampai berbuka di pilihannya di waktu dzuhur. Tapi seringnya ada saja kerikil-kerikil di perjalanan puasa ini.

Sesaat setelah adzan dzuhur berkumandangan, tampak wajah Asma' yang sumringah. "Alhamdulillaah Ummi, saya tadi puasa." Ucapnya lega dan penuh syukur karena telah tersampaikannya puasa, bi idznillah.


Hari-hari Ramadhan dilalui, sepulang suami dari berkantor, ketiga putri kami menyambutnya di depan pintu. Menyampaikan berita gembiranya masing-masing akan ikhtiar puasa di sepanjang harinya.


"Abi saya tadi puasa.." Sorak 'Aisyah gembira. (Maksudnya, menemani kakaknya yang sedang berpuasa sebenarnya. Karena ia memang belum paham secara utuh puasa.)

"'Aisyah tadi tidak puasa. Saya yang puasa. Terus waktu buka, Ummi kasih banyak biskuit." Lapor Asma' tak mau ketinggalan.

"Masyaa Allaah, barakallaahu fiikum. Alhamdulillaah Asma' puasa. 'Aisyah Afra' juga mau puasa nanti in syaa Allah." Sambut sang Abi senang. Memeluk ketiga putrinya sekaligus. "Tapi kalo puasa biasa gak minum 'Aisyah tuu (tuu dibaca: ku)." Koreksi Abu Asma' kepada 'Aisyah yang masih sempat minum di jelang berbuka.

"Ih.. Puasa juga namanya." 'Aisyah membela diri. "Besok lagi saya puasa nah Abi.. In syaa Allah." Kata 'Aisyah.

"Aamiin ya Allaah. Semoga Allah selalu berikan hidayah kepada putri-putrinya Abi. Boleh Abi terharu, 'Aisyah?" Puji dan doa yang sering Abu Asma' jahr-kan kepada putri-putrinya.

"Ayo Abi, siap-siap buka puasa. Ada kurma ta' sudah disiapkan sama Ummi." Ajak Asma'Aisyah, sambil menarik tangan Abinya.

"Masyaa Allah, alhamdulillaah.. Abi wudhu dulu kalo begitu."

Sejak awal, kami memang ber-azzam untuk tidak menyemarakkan berbuka puasa dengan sajian yang berlimpah. Es buah, gorengan dan teman-temannya jarang terhidang di meja makan kami. Kami hanya cukupkan kurma dan air minum. Mewakili sunnah yang diajarkan Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Kesan yang ingin kami sampaikan pada anak-anak ketika berbuka adalah bahwa dengan segelas air dan kurma sudah lebih dari cukup. Bahkan janji Allah bagi yang berpuasa adalah kenikmatan yang dihadirkanNya saat berpuasa ketika tersampaikan puasa ini dan kelak kenikmatan ketika melihat wajah Allah di JannahNya. Maka menyederhanakan menu berbuka puasa, pun bagi yang berpuasa sampai Dzuhur bagi anak-anak atau kami yang sampai waktu maghrib.

Bukan berarti kami tak memberikan reward kepada Asma'  yang sedang berikhtiar berniat menjalankan puasa. Reward hanya apresiasi kami atas ikhtiarnya dalam menyambut syari'at ini dengan suka cita dan cinta kelak. Kami termasuk pantang umbar janji dan melarang keras kepada kakek nenek serta om tantenya Asma'. Sebab erat sekali dengan niat, sehingga seringnya menggaungkan segalanya karena Allah, "Puasa karena perintah Allah. Berjilbab karena perintah Allah. Shalatlah karena perintah Allah. Mengaji karena Allah." agar kelak merasa tak berat atas syari'at yang mereka jalani nanti.

Setelah rasa mahabbah (cinta) bersambut di usia jelang pra tamyiz, in syaa Allah ketika memulai di masa tamyiz nanti ada rasa khauf (takut) hadir atas izinNya bila memulai menjalani syari'at ini. Sehingga ada raja' (pengharapan) dari setiap syari'at yang kelak tumbuhkan ketika rasa mahabbah hadir dan dikawal secara baik di jelang masa tamyiz.

Oleh karenanya, Ramadhan butuh diikhtiarkan dengan banyak pengamalan dan pengawalan dari orangtua. Bukan sekadar puasa dan tarawih saja di dalamnya. Bukan pula dari semeriah dan sesemarak menu berbuka puasa. Ada banyak kesempatan yang sebenarnya perlu kita kenalkan kepada anak-anak agar terbangunnya 'ruhiyah' tsb. Mungkin bagi kami sebagai orangtua adalah membenahi amalan yang masih compang-camping. Memperbanyak ber-mulazamah dengan Al Qur'an, bersedekah, hingga dzikrullaah dan doa-doa yang dipanjatkan di banyak waktu mustajab di Ramadhan yang sering luput oleh sebagian orang. Serta meninggalkan kesia-siaan yang berujung lalainya beribadah.


Menumbuhkan fitrah iman anak butuh keteladanan yang nyata. Melalui teladan langsung dari orang terdekat. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam diri kami. Jika kami melakukan kelalaian ataupun keburukan (wal iyaadzu billaah), maka anak akan melihatnya itu 'baik'; secara sadar ataupun tidak. Begitupun ketika kami melakukan kebaikan, anak akan melihat baik. Dan semuanya akan terpatri pada mereka. Subhaanallaah. .

Maka apa yang ingin kita ikhtiarkan untuk menumbuhkan fitrah iman anak? Semoga Allah tunjukkan hidyaah kepada kami yang masih faqir ilmu terhadap agama ini dan kepada setiap kaum muslimin untuk menjadi baik di sisi Allah 'azza wa jalla. Memaksimalkan amalan Ramadhan dengan amalan baik tanpa berhenti setelah berlalunya Ramadhan. Allaahu a'lam.
 

Bianglala Basmah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea