31 Maret 2018

Episode Hujan

Posted by bianglalabasmah at 3/31/2018 09:28:00 PM 0 comments

#01 Merindukan Hujan
Dua belas tahun meninggalkan kota kelahiran, tapi hujan di masa itu tetap terekam jelas dalam ingatan. Bagaimana hujan di masanya, selalu dinantikan bahkan menjadi keinginan untuk selalu hadir di setiap harapan itu. Bukan saja bagian dari sebab membawa rahmat dan terpanjatkannya doa-doa di antara rinainya. Melainkan, hujan di masa itu hanya datang sesekali dalam setahun. Hujan yang datangnya mengundang kebahagiaan oleh kebanyakan penduduk di sana. Rela keluar rumah hanya untuk bersentuhan langsung dengan butiran-butiran hujan. Membasahi diri sebagai pelepas rindu yang lama tak kunjung.


#02 Hujan Menjadi Pengingat
Beberapa bulan lalu, saya melihat di sebuah unggahan insta story teman saya yang memang masih menempati kota kelahiran saya. Potret kota yang selalu saya rindukan itu sedang dalam genangan air di mana-mana. Rupanya, hujan lebat telah mengguyur kota tersebut. Dan hanya dalam hitungan jam, bisa melumpuhkan aktifitas kota. Mobil, rumah, beserta gedung lainnya terlihat seperti dalam rendaman air.

Beberapa wilayah yang masih saya kenali pun terendam banjir. Qadarullaah wa maa syaafa'al. Lagi-lagi mengingatkan kita, pembangunan gedung yang begitu melejit bisa berakibat fatal. Sesekali mendengar dzikrullah, dari suara perekam yang sempat mengabadikannya via sosmednya. "Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.." Ujarnya berulang kali. Hujan bisa menjadi pengingat atas keangkuhan kita sebagai manusia. Berlomba mendesain kemegahan pada dunia, rupanya apalah daya kita sebagai hamba di mata Allah. Menghalau air yang kadang kita anggap tak seberapa justru membuat kita terpaku akan kejadian banjir ini.

#03 Suka Hujan
Kali pertama menjejakkan kaki di kota Anging Mammiri yang paling berkesan adalah musim hujan. Saat di mana hujan pertama kali, saya tetap di tempat, sebuah tempat terbuka dengan sengaja membasahi diri. Sedangkan teman-teman saya begitu panik dan bersegera mencari tempat berteduh. "Basmah, hujan. Nanti basah.." Panggil seorang teman saya dari kejauhan di tempat berteduh.

Saya: "Gak papa. Sengaja hujan-hujanan, Seru lagi. Hahaha" (Terlihat kan betapa kampungannya saya)
Teman: "Ooohh, karena di sana padang pasir ya?"
Saya: "Hahaha.. Kesannya padang pasir semua. Tapi emang lebih sering hujan debu."
Teman: (Setengah kaget)"Haah? Gimana ceritanya kalo hujan debu?" 
Episode Hujan
Saya: "Hujan debu. Debu yang berterbangan di tiup angin kencang."
Teman: "Jadi?" (Penasaran)
Saya: "Ya jadi hujan debu. Masa' hujan air."
Teman: "Eh, serius...?" (Masih penasaran)
Saya: "Jadi, saya suka hujan air pokoknya. Titik."
Teman: "Kalo hujan debu?"
Saya: "Bikin sakit mata soalnya. Gak bisa liat jarak jauh karena tertutup. Mirip kayak kabut. Lebih seru hujan air pokoknya."

#04 Genangan. Bukan di Kenangan ya!
Pernah berlari dan terjatuh di antara genangan air hujan itu s-e-s-u-a-t-u sekali, masyaa Allah. Sukses membuat pakaian putih abu-abu saya basah kuyup bercampur tanah. Padahal masih di sekolah dan baru saja hendak beranjak pulang. Teman-teman yang melihatnya pun antara miris dan bahagia. Miris karena pakaian saya kotor, bahagia karena saya kalah telak dari pengejaran. "Ciee... Cieee.. ada yang terjatuh dalam kenangan." Bully seorang teman saya dari kejauhan saat melihat saya masih berusaha membersihkan noda di pakaian seragam saya.

"Hei, Genangan. Genangan.." Koreksi teman saya yang lain. 
Saya hanya menatap heran teman saya, sambil berusaha tertawa. Padahal berusaha menyembunyikan rasa malu yang berlipat-lipat akibat terjatuh di kenangan, eh genangan air. Hiks.

#05 Gerimis Romantis
Gerimis. Rimanya selalu terasa romantis. (Ehem!) Maklum, kami baru benar-benar mengenal satu sama lainnya setelah menikah. Tepatnya, ta'aruf setelah menikah. Maka hati saya akan terus menerus berdesir ketika melihat sikap suami yang begitu teramat manis masyaa Allah di hadapan saya. Seperti membaca cerita romantis di kisah 'entah dimanaa' tapi saya menemukan di buku kehidupan bersamanya, alhamdulillaah. Termasuk saat beliau memayungi saya ketika sedang hujan. Padahal saya senang dengan kehadiran hujan dan kondisi saya kehujanan. Tapi, beliau seringnya memegang erat saya demi bisa memayungi tubuh saya agar terhindar hujan. "Biar romantis sepayung berdua. Sambil memperbanyak doa untuk segala harapan kita." Bisiknya di tengah derasnya hujan. Setelah hadirnya anak-anak? Ya, beliau masih seperti pertama kali memayungi saya kok. Bedanya, suami sudah mengamankan anak-anak terlebih dahulu ke mobil misalnya. Agar tidak terlalu basah kuyup. Semoga kita sehidup sesurga ya, kak!

#06 Doa di Kala Hujan
Selain memperkenalkan doa ketika dan setelah hujan, ada beberapa doa yang biasa saya dan suami talqinkan kepada anak-anak. Doa yang berkaitan tentang penguatan dan keistiqamahan pada iman. Doa agar selalu menunaikan shalat sepanjang hidup. Doa kedua orang tua, doa keselamatan dunia akhirat, sampai doa-doa lainnya. Alhamdulillah, doa-doa yang sering kami talqinkan kini menjadi sederet doa yang selalu di lafazhkan ketika hujan. Bak senandung, ada banyak harapan dan pintayang segera di langitkan di kala hujan. Semoga Allah mengabulkan permohonan kita ya, anak-anak hafizhah.

Namun, belakangan ini, tanpa talqin, doa-doa itu jadi bertambah dengan keinginan dari banyak pihak yang membuat saya kesengsem sendiri memerhatikan doa putri pertama kami.

"Ya Allah, Nanti Asma' mau Ummi hamil lagi. Supaya Asma' punya adek laki-laki. Namanya Abdullah. Biar kayak anaknya Abu Bakar" Pinta Asma' khusyuk.

"Ya Allah, 'Aisyah duda (juga)." Doa yang singkat tapi padat oleh 'Aisyah putri kedua kami.

Yah, segala doa bermuara pada kebaikan, Ummi hanya bisa mengamini, putri hafizhah.
[ Read More ]

Ruang Produktivitas Saya sebagai Ibu

Posted by bianglalabasmah at 3/31/2018 05:18:00 PM 0 comments

Bismillahirrahmaanirrahim.
Ruang aktivitas dan produktivitas begitu erat kaitannya, terutama seorang Ibu. Ranah produktivitas Ibu pun sangat memberikan pengaruh pada keluarga, dalam hal ini suami dan anak. Bagi saya, produktivitas tak melulu yang berkaitan dengan material. Namun pada ruang gerak kita dan sekitar kita menuju kebaikan dan ketaatan. 

Jadwal Aktivitas
Hal ini berarti ada tugas saya berusaha mendesain cara rumah dikelola, mendesain cara memfasilitasi anak agar mandiri, mengerjakan apa yang menjadi prioritas, dan membentuk hometeam bersama suami dan anak-anak.

Alhamdulillah, bersyukur dianugerahi suami yang sangat supportif. Ia paham dan mendukung kegiatan yang bisa meng-upgrade saya untuk terus berproses menjadi pribadi, istri, dan ibu yang baik, in syaa Allah. Mengingat kami tidak memiliki ART (asisten rumah tangga). Maka ada beberapa tugas domestik yang beliau handle dengan senang hati. Misal untuk wilayah pekarangan rumah dan sekitarnya ia yang rutin lakukan dengan melibatkan anak-anak. Ia yang berbelanja ke pasar, ia pula yang rutin mencuci popok kain anak-anak, dan menemani aktivitas anak di pagi hari sampai ia akan berangkat kerja.

Secara garis besar, saya berusaha produktiv di setiap waktu. Baik untuk pribadi, sebagai Ibu, dan sebagai istri yang tentunya masih terus belajar untuk menjadi ibu produktif yang baik di hadapan Allah.

#RuangBerkaryaIbu
#Proyek2
#TugasMateriTiga
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
[ Read More ]

26 Maret 2018

Pengalaman Belajar Kreativitas

Posted by bianglalabasmah at 3/26/2018 08:48:00 PM 0 comments
Memasuki caturwulan tiga pada kelas Bunda Sayang dikejutkan dengan munculnya beberapa slide gambar. Di antara gambar, kami diberi kesempatan diskusi mengenai slide-slide yang dimunculkan. Gambarnya tidak hanya berisi materi, tapi juga berbagai tantangan  seperti menebak gambar, menebak tulisan, juga menghubungkan titik-titik dengan garis yang membuat saya terpaku beberapa menit untuk menemukan jawaban versi saya sebelum melanjutkan membaca jawaban dari teman-teman di kelas.


Pada saat diskusi kelas dimulai, saya tidak hadir qadarullah. Namun, saat membaca chat per chat di kelas membuat saya terkesima, terpancing, dan terpaku sejenak untuk turut berfikir sebelum membaca lanjutan diskusi teman di kelas.

Termasuk ketika fasil di kelas mengajukan pertanyaan untuk memberikan kesimpulan terhadap learning point dari tantangan pada setiap gambar yang telah dibagikan. Masyaa Allah, berasa hiruk pikuknya berada di kelas. Jawaban dalam benak saya terasa ingin berloncatan, memunculkan apa yang menjadi bagian dari diskusi tadi dalam kelas. Lagi-lagi hanya bisa membaca hasil diskusi dengan bermain tebak-tebakan sendiri. Huhuhu..

Berbeda dari materi sebelumnya, kali ini memang materinya sendiri disampaikan secara singkat dan padat tanpa banyak uraian. Sehingga diskusi begitu terasa lebih hidup. Sampai pada fasil memberikan sebuah tanya, "Apa yang menghambat Anda selama ini untuk menjadi ibu kreatif, dan bagaimana solusinya?"
  1. Rasa malas dan tidak mau repot.
  2. Terlalu banyak ide. Atau terlalu banyak referensi sehingga seringnya menunda untuk mengeksekusi.
  3. Takut akan banyak hal. Seperti takut mencoba, takut tidak sesuai dengan harapan, takut pada perubahan, takut dianggap biasa/tidak diapresiasi.
  4. Fokus pada rutinitas yang itu-itu saja.
  5. Terlalu perfeksionis.
"Anak-anak secara fitrah sudah lahir kreatif. Kitalah yang harus mengubah diri agar layak mendampingi para creator di zamannya nanti"
Pada dasarnya setiap anak sudah kreatif sejak awal. Buktinya:
  1. Anak-anak punya rasa ingin tahu yang besar.
  2. Tidak mengenal kata tidak mungkin.
  3. Tidak takut salah (selalu berani mencoba).

Sedang yang terjadi justru kadang kita sebagai orangtua memandang apa yang mereka lakukan tidak seperti yang kita harapkan. Kita kerap kali protektif, banyak mengekang segala usaha anak, memaksakan anak untuk bisa menuruti kemauan kita, sampai pada hasil mereka kita remehkan. Menganggap kitalah yang paling tahu karena telah berpengalaman. Dan tanpa kita sadari, telah mematikan kreativitas anak-anak kita. Astaghfirullaah wa atuubu ilayh... Padahal anak-anak butuh kesempatan lebih banyak pada ruang dan tempat untuk mengeksplorasi rasa ingin tahunya. 

Lantas, apa yang harus kita (saya kali) lakukan? Men-support dengan membersamai anak-anak. Menghargai sekecil apapun usaha yang telah mereka lakukan. Seperti itulah perangkat lunak yang Allah siapkan pada setiap anak sejatinya yang perlu kita install. Kita harus mengubah mindset terlebih dahulu. Orangtua-lah yang perlu berubah dan kreatif.

Selama berada dalam ketentuan Allah yang menjadi tumbuh dan berkembangnya kehidupan dan tidak merusak fitrah itu sendiri, untuk maslahat diri dan ummat, itulah kreativitas. (Bianglala Basmah) 
Maka yang perlu dimiliki oleh ibu terkhususnya, sebagai orang yang memiliki peluang begitu banyak membersamai anak adalah:
  1. Ubah fokus dan geser sudut pandang kita dalam melihat aksi anak-anak. 
  2. Don't assume, jangan berasumi. Membuat pernyataan terhadap sikap dan hasil yang tengah dilakukan oleh anak-anak. Terlalu banyak pernyataan ketimbang pertanyaan. Padahal yang perlu adalah bertanya pada anak, agar anak-anak mampu menyampaikan gagasannya secara jelas (CLEAR) dan yang kita butuh dari mereka hanya klarifikasi (CLARIFY).
  3. Thinking out of the box. Biarkan anak-anak bertindak dan berfikir yang berbeda dari pengalaman kita, selama tak menyalahi ketentuan Allah. Kita dan mereka tumbuh di zaman yang berbeda bukan?


Proses dari kreativitas itu sendiri bisa kita lihat:

Sedang berkaca pada diri sendiri tentunya dengan berusaha untuk menahan lisan ini atas apa yang anak-anak lakukan. Memberikan keleluasaan tanpa mendikte atau mencecari segala pola tingkah Asma' dan 'Aisyah. Mengapresiasi segala hal meski hal paling kecil sekalipun. Dan selalu bersyukur, sebab Allah selalu menyisipkan jiwa ibu tentunya pada setiap perempuan, alhamdulillah. Maka selama tak menyalahi kehendakNya, masih dalam jalur fitrah, bereksplorasi apapun adalah suatu kreativitas.

Semoga saya dan suami bisa istiqamah dengan jalan apa yang telah kami lakukan selama ini. Dengan ilmu yang selalu hadir pada banyak kesempatan, seperti ilmu pada Bunda Sayang ini menjadi PR kami para orangtua. Ilmu bukan sebatas menambah pengetahuan. Melainkan menambah pada ketaatan kita di hadapan Rabb. 

Jazakumullaahu khaer IIP, pertemuan demi pertemuan menjadi kesyukuran, alhamdulillaah bi ni'matihii tatimmush shaalihaat (segala puji Allah atas segala nikmat kebaikan)


[1] Materi dan diskusi Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional
[2] Menjaga Anak Tetap Kreatif. Khresna Aditya.
[3] Renungan kami, Abi dan Ummi


#KelasBundaSayang
#InstitutIbuProfesional
#ThinkungCreative
[ Read More ]

22 Maret 2018

(Masih) Dalam Ruang Memantaskan Diri

Posted by bianglalabasmah at 3/22/2018 10:58:00 PM 0 comments

7 Bakat dan 6 Peran Dominan
Bismillah... Masih seputar dalam memantaskan diri. Mengenai bakat dan peran yang perlu diberikan ruang.

Ruang untuk 7 bakat dominan.
1. LEARNER: Senang belajar. Merasa penasaran dengan istilah baru. Sebelum bertanya, lebih suka mencari tahu sendiri sampai benar-benar merasa mentok dan butuh penjelasan secara detail barulah bertanya. Hal yang terpenting ketika belajar, selalu menimbang-nimbang seperti, “Pantaskah untuk saya? Syar’I kah? Sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah?”

2.  INPUT: Senang mengumpulkan informasi. Kadang bisa dikategorikan kepo pada banyak hal. Tapi kembali pada diri saya, kepo-nya itu mencari informasi sendiri sebanyak-banyaknya barulah bertanya kepada yang bisa memberikan penjelasan dengan baik. Selain itu, saya termasuk senang menyimpan dan mengoleksi barang-barang yang bisa suatu hari akan berguna, make over barang lama, dan sebagainya.

3.  RESPONSIBILITY: Dalam hal ini, saya berusaha realistis terhadap apa yang bisa dan saya anggap mampu saya lakukan. Terutama pada anak dan suami juga pada orangtua. Tidak mudah mengumbar janji bila memang saya tak sanggup lakukan.

4.   IDEATION: Selalu menyampaikan apa yang saya anggap unik dan mencari hal-hal baru yang kadang ingin saya lakukan. Ide-ide itupun sampai saat ini masih sebatas cita-cita sebab ingin saya bisa fokus kepada keluarga.

5. HARMONY: Menghindari komentar pada banyak status yang berseliweran di timeline, misalnya. Memilih diam bila berseberangan pendapat. Bukan merasa kerdil di hadapan orang yang kadang terlihat benar atau lainnya. Tapi, menasehati, memberikan masukan, tanggapan dan saran bagi saya adalah sesuatu yang disampaikan bila dipinta. Kalaupun posisinya perlu dinasehati, lebih melihat pada adab bagaimana menasehati seseorang tersebut. Satu hal lagi, meninggalkan perdebatan sekalipun apa yang menjadi prinsip kita adalah benar.

6.  DELIBERATIVE: Senang belajar dan mengenal hal baru bukan berarti ingin merangkul segalanya. Segala informasi misalnya, perlu difilter. Dipilah dan dipertimbangkan secara matang. Balik lagi, segala kehidupan saya dikembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnah. Mengingat segala perilaku kita muaranya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, meggapai ridhaNya.

7. COMMUNICATION: Senang bercerita dengan segala hal yang berkaitan pengalaman kehidupan. Bagi yang kenal saya, umumnya tahu bagaimana saya senang bercerita, berdiskusi, dan diminta untuk berpendapat.

Ruang untuk 6 Peran Dominan

1.   COMMUNICATOR: Sebelum nikah, sering diminta sebagai MC (maaf, narsis), ketua kelompok diskusi, dan sering bercerita banyak hal ketika berada di tengah keluarga. Saat ini, peran sebagai communicator ada pada ranah keluarga. Misal, selalu meluangkan waktu untuk bercerita bersama anak. Menyampaikan segala aktivitas yang kepada suami. 

2.  CREATOR: Senang membuat yang saya anggap bisa saya buat dari barang bekas.  Ala-ala homemade. Contoh: Mainan anak-anak dan perlengkapan belajar anak.

3.  DESIGNER: Senang pada desain grafis dan masih suka desain grafis. Senang menjahit juga. Ke depannya in syaa Allah ingin membuat buku dan pakaian anak-anak dari hasil rancangan saya. Aamiin.,

4.  EDUCATOR: Fitrah setiap ibu in syaa Allah adalah pendidik. Saya termasuk lulusan pendidikan guru sekolah dasar. Tapi pendidik itu perangkat yang Allah ciptakan untuk setiap ibu. Alhamdulillaah..

5.   EVALUATOR: Muhasabah diri. Selain itu, memanfaatkan portofolio anak yang saya siapkan untuk anak-anak bisa menjadi tolak ukur seberapa jauh anak-anak dalam belajar, progress dalam keseharian, serta seberapa jauh target yang telah dicapai.

6.   SERVER: Saat ini fokus sebagai hamba Allah, anak untuk orangtua, saudara kepada ke-6 saudara kandung dan saudari sahabat saya, sebagai ibu kepada anak-anak, dan sebagai istri untuk partener surga saya.

#RuangBerkaryaIbu 
#Proyek2
#TugasMateriDua 
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu 


[ Read More ]

17 Maret 2018

Memahami Diri dalam Memantaskan Diri

Posted by bianglalabasmah at 3/17/2018 04:30:00 PM 0 comments
Jika kita ingin tahu tugas kita masing-masing, maka carilah perangkat unik dalam diri masing-masing.

Pada Pandu 45, 34 Tema Bakat itu merupakan kata sifat yang disebut BAKAT. Sedangkan ST30 atau 30 streght typology itu kata benda yaitu PERAN.

Bakat adalah Jalan.
Peran adalah Cara.

Dalam tugas ini mengidentifikasi bakat dan peran dilakukan dengan cara organik atau natural, tanpa melihat hasil test Talent MappingDari indikator yang tertulis pada pandu 45 dan ST 30 halaman 6-13, saya memilih tema bakat dan peran yang paling pas atau cocok dengan apa yang saya rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Saya juga memasukkan faktor penting pada hal yang saya BISA dan SUKAI. 

Berikut ini hasil yang saya temui:

7 Bakat dan 6 Peran Dominan

Keterangan 7 bakat dominan.
  1. LEARNER: Suka belajar hal baru.
  2. INPUT: Mengumpulkan berbagai informasi/koleksi barang.
  3. RESPONSIBILITY: Memegang teguh janji, pasti ditunaikan.
  4. IDEATION: Selalu memiliki ide-ide baru.
  5. HARMONY: Tidak menyukai konflik, tidak berani konfrontasi.
  6. DELIBERATIVE: Sangat teliti, waspada, hati-hati melihat sebelum melompat.
  7. COMMUNICATION: Suka menyampaikan idenya, pikirannya dengan cara yang mudah dipahami.

Keterangan 6 Peran Dominan
  1. COMMUNICATOR: Bisa menyampaikan informasi secara lisan dengan cara yang mudah dimengerti.
  2. CREATOR: Menemukan imajinasi untuk menemukan suatu rancangan produk atau layanan yang terbaru.
  3. DESIGNER: Membuat gambar dari sesuatu (bangunan atau produk), yang direncanakan untuk dibuat.
  4. EDUCATOR: Mengajar, menyampaikan atau melatih ilmu dan atau keterampilan agar bisa dipahami oleh orang lain.
  5. EVALUATOR: Menimbang atau mempelajari dalam rangka memutuskan sesuatu terkait nilai, mutu, kepentingan atau kondisi.
  6. SERVER: Melayani orang lain sebagai pekerjaan, tugas atau keinginan yang tulus.

Alhamdulillah, sedang berusaha memahami diri dalam memantaskan diri dari  hasil identifikasi bakat dan peran yang saya tulis di atas memiliki keserasian. Semoga dengan jalan yang saya dapati pada diri saya bisa menjadi cara dalam memantaskan dan menggunakan perangkat unik dalam diri. Tak luput meminta pada Allah ta'ala sebaik-baik KehendakNya agar menggapai ridhaNya.

#RuangBerkaryaIbu
#Proyek2
#TugasMateriSatu
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu 
[ Read More ]

3 Maret 2018

Cerita Asma' #5: Ada Halalnya

Posted by bianglalabasmah at 3/03/2018 11:41:00 PM 0 comments

"Ummi, apa ini yang warna hijau bulat?" Saya tak pernah menyangka akan mendapati pertanyaan itu dari Asma'. .

"Oh yang ini.. Ini namanya label halal MUI." Jawab saya sekenanya.

"Untuk apa?" Tanyanya kembali.

"Supaya kita tau kalo ini halal. Boleh dipake sama orang yang muslim kayak Asma', Abi dan Ummi. Juga sama siapa saja."

"Kenapa?" Asma' masih tetap penasaran.

"Karena kita boleh makan, minum, dan apa saja yang bisa kita pake itu yang halal."

"Kenapa?"

"Karena itu perintah Allah." Berharap pertanyaan selanjutnya bukan tanya kenapa. 😅😅 "Jadi Asma' nanti kalo sudah bisa beli apa-apa harus tau atau boleh tanya-tanya sama penjualnya. Ini halal gak? Begitu kakak.." Sambung saya.

"Ooh.." Semoga dengan 'oh'nya ia mengerti. "Jadi, ini halal?" Asma' mulai menunjuk ke arah kemasan tisu basah.

"In syaa Allah. Asma' liat ada apa di sana?"

"Ada halal MUI. Bulat hijau."

"Lipstiknya Ummi juga halal?" Tanya Asma' yang liat Afra' pegang lipstik emaknya pengganti mainan 😂😂

"Iya. Tapi gak ada di sana logonya kak. Di kemasannya waktu Ummi beli. Cuma Ummi udah buang." Jelas saya sebelum dicecar pertanyaan di mana.

"Kalo Asma' beli mainan harus ada logo halalnya gak?" Pertanyaan yang masyaa Allah bagi saya.

"Gak mesti ada kak.. Tapi, uang yang dipake buat beli mainannya harus Asma' tau asalnya darimana. Halal ato gak."

"Dari Abi. Rizki dari Allah."

"Iya. Jadi halal itu bukan dilihat dari logo saja. Tapi caranya dari mana. Misalnya, Asma' ambil uangnya 'Aisyah tanpa izin terus beli mainan. Ato makanan meskipun ada logo halalnya, tapi gak bener caranya itu gak boleh. Nanti gak berkah."

"Gak berkah? Kenapa?"

"Nanti susah taat sama perintah Allah kalo apa yang kita pake dapatnya gak halal."



Tanpa saya sadari, Asma' sering memerhatikan benda di sekitarnya dan mencari si bulat hijau, logo halal MUI. Mungkin ia pun sering memerhatikan kami ketika sedang berbelanja yang tidak asal ambil. "Ummi ini ada bulat hijaunya.." Tukas Asma' melihat saya mengamati satu kemasan makanan di salah satu supermarket.

"Iya.. Tapi Ummi lagi baca dulu."

"Kenapa?"

"Karena biasa ada makanan atau minuman gak cocok untuk Ummi yang lagi menyusui. Mimik adek Afra'."

"Kenapa?"

"Karena Afra' masih mimik di Ummi. Kalo Ummi makan sembarangan, kasian adek Afra'."

"Ada ji halalnya Ummi."

"Iya, tapi halalan dan thayyiban. Halal dan baik. Meskipun halal kalo gak baik ato belum cocok, mending dihindarin."

"Oh.. Karena...?" (Sama aja dengan pertanyaan kenapa 😅😅)

"Karena gak semua orang cocok sama makanan apa saja begitupun minuman. Kayak Asma'. Gak cocok minum susu ult*a. Biasanya kalo udah minum langsung men**et kan? Padahal ada halalnya. Berarti gak thayyib, gak baik buat Asma'."

Semoga Allah mampukan dirimu ya kak. Memilih sesuatu yang bukan sebatas memilih karena nafsu. Apa yang menjadi pilihanmu kelak, itu yang akan menjadi pertanggung jawaban di hadapan Allah. Semoga Allah menjauhanmu, juga pada adik-adikmu dari hal yang diharamkan. Allaahul musta 'an.

Barakallaahu fiik, untuk sederet pertanyaan ajaibmu masyaa Allah. Meski Ummi selalu deg-degan menjawab sambil berdoa dalam hati agar dimudahkan dalam menyampaikan yang haq.

[ Read More ]

Cerita Asma' #4: Bersyukur

Posted by bianglalabasmah at 3/03/2018 11:30:00 PM 0 comments

"Alhamdulillaah, hari ini makannya satu saja dulu ya kak. Kalo habis, ingat bilang alhamdulillaah.." Pesan kami sebelum memberi cemilan.

Asma'Aisyah sejauh ini alhamdulillah manut. No drama-drama. Meski mereka tahu, bahwa cemilan yang mereka punya masih ada. "Yang ini untuk besok ya, Ummi?" Tunjuk Asma' yang melihat saya menyimpan stok cemilan dalam lemari dapur.

"Iya, in syaa Allah." Saya pun tersenyum dan selalu bersyukur karena taufiq dari Allah sehingga putri kami mengerti.

"Kalo nanti habis, Asma' mau berdoa dulu, Ummi. Supaya Allah mudahkan rizki Abi Ummi." Sambung Asma' yang mengulang perkataan saya dan abinya di setiap kesempatan.

"'Aisyah juda (juga) mau be(r)doa." Ujar 'Aisyah yang rupanya menyimak sejak tadi.

"Masyaa Allah.. Barakallaahu fiikumaa kakak Asma' dan 'Aisyah." Saya hanya bisa berbalas doa pada mereka. 

Speechless setiap kali mendapati keteguhan hati mereka.

Hanya butuh kesabaran dalam membersamai mereka, wahai Ummi. Menumbuhkan iman, memelihara dan menggemburkan fitrah mereka sejatinya. Mereka tak lantas seperti ini kalau bukan karena pertolongan dari Allah.

Bukan pula tentang seberapa sanggup kita memberikan kepada anak. Melainkan seberapa mampu menghadirkan sifat qana'ah, merasa cukup atas apa yang ada di hadapan kita. "Harus bersyukur, 'Aisyah.." Ujar Asma' di suatu pagi ketika menghadapi keinginan sang adik yang kadang masih mau meminta jatah lebih dari kesepakatan awal.

Tak jarang kami menceritakan anak-anak di luar sana yang tidak seberuntung mereka 'alaa bi idznillaah. Demi sesuap nasi, mereka harus menempuh jalan panjang menjajaki jualan gorengan misalnya. (Asma'Aisyah sering kami ajak dialog tentang kondisi ini).

Tentang anak-anak di Palestina, Syria, Myanmar dan di bumi Allah lainnya. Bukan saja menahan lapar dan dahaga. Tapi bertaruh nyawa demi mempertahankan keimanan mereka. Maka bersyukurlah. Tahanlah segala keinginan yang berlebih. Infaqkanlah sebagian hartamu dan panjatkan doamu. Allaahul musta'an


[ Read More ]

Cerita Asma #3: Allah Dulu

Posted by bianglalabasmah at 3/03/2018 11:26:00 PM 0 comments

"Syukran abi.. Syukran Ummi.. Jazakallaahu khaer sudah belikan Asma' buku." Kata Asma' dengan senang mendatangi kami seperti biasanya sambil memperlihatkan buku yang ia pegang.


Kami pun tersenyum sambil berucap doa, "Fa anti jazaakillaahu khaer. Bukunya dibaca dan dijaga ya.."

Di usianya ke-empat tahun, sebenarnya Asma' belum mengenal 'jajan buku'. Termasuk dalam hal meminta makanan maupun mainan. Karena setiap ada keinginannya hal utama yang kami sampaikan padanya adalah, "Berdoa dulu ya kakak. Minta sama Allah. Supaya Allah mudahkan rizki abi dan ummi."

Allah dulu. That's the point.

Konsep tauhid yang perlu diperkenalkan dengan membangunkan fitrah iman pada anak. Tidak menjanjikan apapun tentang keduniaan dalam hal ini tentang keinginan. Sehingga sebagian orang akan beranggapan bahwa kami begitu selektif. Semisal makanan, seringnya tidak boleh. Kalau pun ada, kami tetap membatasi. Mengajarkan bahwa makan tak boleh berlebihan, terutama yang terlalu manis, terlalu berminyak, mengandung MSG, dll yang kami rasa masih bisa dihindari. Selain sedang belajar mengedepankan pola hidup sehat, kami pun selalu berusaha agar senantiasa bersyukur lagi bersabar untuk di setiap kondisi.

Bersyukur atas apa yang diberikan dan bersabar atas apa yang kadang mereka perlu menahan diri dari hal-hal yang belum saatnya.



[ Read More ]
 

Bianglala Basmah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea