Siang itu, tiba-tiba mata ini tertumbuk pada saluran televisi yang sedang menginformasikan kondisi anak-anak jalanan. Potret kehidupan yang mengiris-ngiris sebenarnya jika dengan sangat terpaksa, harus mendapati mereka dalam ketidaksesuaiannya. Bukan hanya sekali duakali mendapati mereka –anak-anak jalanan- itu bertingkah demikian. Tapi, dalam hitungan puluhan, ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan kali memaksa diri-diri kita terbiasa melihat kehidupan mereka. Hanya demi mencari rupiah demi rupiah, akhirnya mereka begitu nekat menjadikan jalanan sebagai tempat-tempat berpijak.
Tiba-tiba, ruang pernafasan pada diri ini seolah menyempit, perasaan bermuruh. Membayangkan mereka terserak tak terurus berkeliaran memadati jalan-jalan. Menjadi pengamen, penjual koran, hingga peminta-minta.“Dik, jalan ini bukan tempatmu untuk tumbuh berkembang. Seharusnya kalian menikmati bermain yang lebih nyaman, bukan berserakan di jalan-jalan. Karena jalan ini terlalu keras untuk menjadikanmu anak yang terdidik. Justru bisa menjadikanmu malah menjadi anak-anak yang ‘keras’dikemudian hari.” Bisikku dalam hati dengan ketidakberdayaan.
Dalam fikiran yang berkecamuk, kembali menatap lembaran lain yang melahirkan perih tak bertepi. Mengingat kondisi remaja perempuan. Saat begitu banyak dari golongan mereka bebas berpakaian yang bagi mereka ‘sangat leluasa’. Dengan rok mini, baju yang dengan sengaja menampakkan lekukan-lekukan tubuh mereka. “Ya Allah, rasanya perjalanan dakwah memang belum boleh terhenti. Karena masih banyak PR yang harus diselesaikan. Juga janji yang harus ditepati, membenah diri, kemudian membenah orang lain. Agar tak terseok berjalan menuju padangMu..”
Hm... Pada detik ini pun, betapa banyak kesyukuran yang ingin kuucapkan. Dan beruntunglah anak-anak yang masih merasakan lembutnya kehidupan. Kasih sayang orang tua, bermanjakan dengan fasilitas-fasilitas yang ada, lingkungan yang ramah bahkan untuk segala kebutuhannya bisa terpenuhi. Ah, semoga aku bisa menjadi ibu yang baik pada anak-anakku nanti. Walau saat ini aku tak bisa mengambil peran untuk menyelamatkan mereka –para anak jalanan-, semoga anak-anakku bisa memberikan yang terbaik.
Pun tak luput dari itu, aku meminta pada Allah, Pemilik Kehidupan, agar menjadikan aku dan anak-anakku nanti menjadi penerang bagi yang lain. Dan mematri harapan semoga kelak anak-anakku terjaga dari hal-hal yang merusak akhlaq. Yah, anak-anakku.. tak hanya terlahir dari rahimku, tapi dari ruas-ruas hatiku, insya Allah.. Allaahumma Amiiin..
Doa yang tengah kususun untuk ku
Pada sebuah SD yang masih mengabu
Juga beberapa muridku saat ini..
1 comment
just wanna say "terharu"