Bismillaahirrahmaanirraahim
Memasuki pekan
ke-5 dapatl Nice Homework tentang Belajar Bagaimana Caranya Belajar. Semacam
membuat peta perjalanan. Ketika ada pelaku, tentu ada cara atau metode dalam
mencapai tujuan dari target. Kemudian diperlukannya evaluasi sebagai hasil
belajar dari setiap perjalanan yang dilalui.
Ya, mungkin
sesederhana "desain pembelajaran" yang sedang disuguhkan kali ini.
Bagi saya dengan background pendidikan, desain pembelajaran tsb tidaklah asing.
Dengan dibuatkan desain pembelajaran, umumnya peserta didik jadi lebih terarah.
*
Di setiap
kehidupan, selalu ada ibrah (pelajaran) dan hikmah yang hakikatnya disadari
sebagai hamba Allah. Setiap apa yang dilakukan di dunia ini, tentu muaranya
untuk mendapatkan ridha Allah.
Menuntut ilmu bukan hanya saat di sekolah, tetapi dapat dilakukan sepanjang hayat kita.
Begitu salah
satu kutipan dari Matrikulasi 5 IIP. Maka, sampai detik ini saya masih terus
belajar. Untuk mendapatkan ridha Allah diperlukan ilmu. Sebagaimana di dalam Al Qur'an dalam surah Al Mujadillah ayat 11, Allah
mengangkat derajat orang-orang yang menuntut ilmu.
Pada keputusan
lalu, ilmu parenting menjadi fokus dalam Universitas Kehidupan. Sebab tertakdir
sebagai istri dan ibu yang dilekatkan pada saya dalam menjalankan amanah Allah, 'alaa bi idznillaah.
Adapun metode
yang umum saya gunakan adalah active learning dan learning by doing. Active learning
adalah proses pembelajaran secara aktif, berusaha langsung mencari referensi yg shahih
untuk setiap amalan yang akan-sedang-setelah dilakukan. Begitupula learning by
doing adalah pembelajaran yang bisa saya dapati ketika sedang melakukan
sesuatu. Kerapkali mendapati metode tersebut ketika berhadapan dengan anak dengan
sejuta progress mereka, masyaa Allah tabarakallaah.
Alih-alih, dou-A
hafizhah bagi saya adalah sumber belajar utama dan bisa menjadi bagian evaluasi untuk saya. Ketika
mereka berkembang dengan baik, 'alaa bi idznillaah maka menjadi tolak ukur sikap kami sebagai orangtua. Tak jarang dari cara bicara dan perilaku serta penggunaan kata-kata yang terlontar dari lisannya sama dengan apa yang biasa kami katakan. Children see, children do. Tentu ini menjadi bahan evaluasi saya (dan suami) saat ini. Kami harus
lebih sabar dalam belajar, sabar dalam mengamalkan di kehidupan keluarga dan
sehari-hari, serta masih akan terus belajar agar anak-anak mampu berkembang sesuai fitrahnya.
Kami belum
membuatkan kurikulum secara tertulis pada dou-A Hafizhah. Meski ke depan kami berencana in syaa Allah akan memilihkan dou-A hafizhah untuk homeschooling. Bagi kami, saat ini dengan melihat usianya, target ada pada dari segi pemahaman dan penanaman
iman, memperkenalkan adab, akhlaq, membiasakan lantunan Al Qur'an serta
doa-doa dalam aktivitas harian itulah yang terpenting.
Kurikulum masih
sebatas menumbuhkan minat dan bakat. Tetap berusaha memfasilitasi apa-apa yang membuat mereka tumbuh dan berkembang. Namun tidak menargetkan mereka untuk berjibaku
pada calistung (baca, tulis, dan hitung) secara dini.
Kurikulum masih sebatas mendengarkan
sederat pertanyaan dou-Asma'Aisyah ketika melihat atau mendengar sesuatu dari
setiap panca inderanya. Fitrahnya sedang ditumbuhkan rasa ingin tahu dengan
terus bertanya dan bertanya. Meski akan mendapati pertanyaan yang sama di
hampir setiap waktunya.
Dan kurikulum hanya sebatas pada ketertarikan tentang sekitar yang seringkali menjadi alarm kecil itu terdengar dari lisan-lisan mungilnya.
Alhamdulillaah,
mereka seperti sumber belajar yang harus kami baca dari fitrahnya. Saat mendengar
bibir kecil si dou-A hafizhah mengucap basmalah kala memasukkan apapun ke dalam
mulutnya, dengan tangan kanan sampai duduk. Saat dou-A hafizhah mengucap bismillahi tawakkaltu 'alallaah saat hendak melangkahkan kaki keluar rumah. Menjawab hamdalah ketika usai bersin. Bergegas mengambil mukena dan sajadah masing-masing ketika saya
hendak menunaikan shalat. Bersegera mengembalikan posisi benda/mainan pada tempatnya, dengan sigap membereskan kembali mainan yang telah
selesai digunakan.
Tentang dou-A hafizhah kami... Semoga fitrahnya menjadikan kami dan mereka dalam keistiqamahan. Dalam keteladanan Rasulullaah shallaallaahu 'alaihi wa sallam, dan selalu ada pada jalan yang haq.
Saat fitrah itu selalu terpancar, ketika melihat wajah polos Asma' mengatakan, "Ummi, mana ji(l)bab? Asma' mau keluar kasih makan
ayam.."
Atau 'Aisyah yang berlari kecil, menunjuk arah jilbabnya dan meminta dikenakan
padanya ketika hendak keluar. Paling semangat dan sigap ketika suara adzan
dikumandangkan dengan ucapan yang seolah menyadarkan kami, "Adzan.." Sambil menunjuk dengan jari mungil ke sumber suara.
Mereka yang
selalu terbangun di awal waktu, jelang subuh.
Mereka yang mendapati saya
selepas shalat berujar, "Ummi, mau ngaji..? Asma' mau juga A(l) Qur'an.." Kemudian 'Aisyah pun turut meminta Al Qur'an seperti kakaknya.
Tak pernah sungkan berucap kata "Tolong..", "Afwan..", dan bahkan "Syukran ummi, syukran abi.. Jazakallaahu khaer sudah
belikan Asma' buku.."
Ketika terjatuh atau terluka, dari lisan mungil Asma' sering mendapatinya
sebaik-baik penyejuk di dalam doanya, "Ya Allah, sembuhkan sakitnya
Asma'" Sembari mengusap luka dengan tangannya. Atau ketika mendapati lecet di tangan abinya, "Ya Allah, sembuhkan lukanya abi.." Dan ada setumpuk doa yang teramat sederhana. Entah hanya gatal-gatal karena gigitan semut, ketika stok cemilannya habis, "Banyak-banyak saja berdoa, supaya abi (dapat rezeki untuk) belikan Asma'.." Dan sebagainya.
Dou-A hafizhah, Asma'Aisyah,
mereka qurrata a'yun bagi saya di kala saya mulai kepayahan, dan kelelahan. Mereka menjadi kekuatan tersendiri. Menjadi pengingat kebaikan yang Allah hadirkan dari kebeningan hati mereka. Dari sosok kecil yang tengah ditempa. Menjadi kaca untuk kami, kedua orangtua. Menjadi pelajaran terbesar akan makna ketaatan, keistiqomahan,
kedisplinan, menahan diri, bersyukur atas apa yang didapat hari ini.
Kami tak bisa menjanjikan apapun. Bahkan tidak berani berjanji setiap keinginan yang mungkin sangat mudah membuat mata mereka berbinar-binar. Memilih membiarkan deraian air mata itu mengalir dari sudut matanya jika ada saja yang memang kami tak bisa janjikan. Maafkan kami ya, nak..
Tentu mungkin
masih banyak celah dari pola tingkah laku mereka. Tapi mendapati dou-A hafizhah
dalam kebaikan merupakan salah satu rezeki yang Allah berikan. Hakikatnya bukan hanya mereka yang sedang belajar. Justru kami-lah orangtua yang
perlu lebih banyak mengejar ketertinggalan. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah..
Barakallaahu
fiikumaa nak, shalehah hafizhah. Maafkan untuk banyaaaaaak-nya kekurangan kami.
Kelalaian kami. Keegoisan kami. Dan kejahilan kami. Semoga selalu dalam ridha Allah di setiap
kesungguhan dalam proses pembelajaran ini..
***
Alhamdulillaah, Nice Homework ini bisa saya tuliskan. Maafkan, bila tulisan ini mengandung banyak curhat. Tapi, sejujurnya, dengan kehadiran Nice Homework ini, 'alaa bi idznillaah, seolah sedang disadarkan tentang apa yang harus dan akan saya lakukan ke depan. Desain pembelajaran yang pernah saya kunyah di bangku kuliah rupanya mengantarkan saya untuk mengamalkan di kelas sesungguhnya, kehidupan berumah tangga. Allaahul musta'aan
Semoga selalu ada berkahNya dalam menapaki Baiti Jannati. Aamiin..
Jazakillaahu khaer Ibu Septi,
seorang Ibu Profesional yang menginspirasi.
Senang bisa hadir di kelas Matrikulasi, alhamdulillaah..
Salam Ibu Pembelajar
Basmah Thariq / Ummu Asma'