Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Ada hal-hal yang tidak
pernah terlintas dalam benak atau belum terpelajari di kehidupan sebelum
menikah. Namun tidak ada kata terlambat untuk belajar, mengambil hikmah dan
sisi terbaik dari setiap peristiwa.
Membelajarkan diri,
melalui banyak pengalaman yang bisa dipetik, terutama dari seorang ibu saya
yang masyaa Allah begitu mandiri dan telaten dalam mengemban
tugas sebagai ibu rumah tangga. Tak bermodalkan ijazah berjenjang pendidikan
tinggi. Namun bagi saya, beliau adalah sosok yang bisa menjadi teladan, mampu
me-manage dengan baik. Yes, she is my Mom. My
first teacher. Barakallaahu fiiha.
Di Nice Homework
kali ini berjudul Menjadi Manajer Keluarga yang Handal.
Berbekal dari ibu, saya (sedang berusaha) membentuk pola di dalam keluarga
untuk tumbuh dan berkembang dari manajemen yang sedang saya upayakan. Tentunya
setelah terjadi kesepakatan dan keputusan bersama suami akan seperti apa
rumah tangga ini.
Di
Matrikulasi IIP 6, terdapat prinsip dalam mengelola aktivitas, yaitu: Put
First Things First, One Bite at a Time, and Delegting.
Hal ini berarti ada
tugas saya berusaha mendesain cara rumah dikelola, mendesain cara memfasilitasi
anak agar mandiri, mengerjakan apa yang menjadi prioritas, dan membentuk hometeam bersama
suami dan anak-anak.
Alhamdulillah, suami sangat supportif. Ia paham dan mendukung kegiatan yang
bisa meng-upgrade saya untuk terus berproses menjadi pribadi,
istri, dan ibu yang baik, in syaa Allah. Mengingat kami tidak
memiliki ART (asisten rumah tangga). Maka ada beberapa tugas domestik yang
ia handle dengan senang hati. Misal, untuk wilayah pekarangan
rumah dan sekitarnya ia yang rutin lakukan dengan melibatkan anak-anak. Ia yang
berbelanja ke pasar, ia pula yang rutin mencuci popok kain anak-anak, dan
menemani aktivitas anak di pagi hari sampai ia akan berangkat kerja.
Sebagai penganut
kaum multitasking, saya mengambil bagian pada aktivitas memasak,
mencuci pakaian, menjemur, melipat, dan menyetrika. Sebab, beberapa aktivitas bisa dilakukan dalam satu
waktu. Alhamdulillah...
Adapun pekerjaan rumah
yang sedang saya delegasikan kepada dou-A Hafizhah kami, Asma’ dan
‘Aisyah adalah merapikan buku dan mainnya. Bahkan dou-A Hafizhah
kami mulai menyapu sesuai kemampuannya tanpa dipinta. Hal itu sangat berarti
bagi saya. Saya dan suami berkeinginan agar dou-A Hafizhah kelak
menjadi anak-anak yang mandiri, menyadari tugas-tugas tanpa diperintah.
Itulah
sebabnya, ketika saya memasak, mencuci pakaian atau piring, menjemur dan
melipat baju, serta menyetrika, saya cenderung membiarkan dan melibatkan dou-A
Hafizhah. Mengingat usia masih di bawah 4 tahun, maka saya mengizinkan meski
sebatas melihat-lihat dan memperkenalkan apa yang sedang saya lakukan.
Tentunya, kelekatan anak-anak di bawah usia 4 tahun yang masih mendominasi, sehingga
kemanapun saya sebagai umminya melangkah, tentu ada dou-A
Hafizhah yang akan selalu mengikuti.
*
Dan ini Nice Homework di pekan ke-6 pada kelas Matrikulasi:
Tuliskan 3 aktivitas
yang paling penting, dan 3 aktivitas yang paling tidak penting!
Awalnya saya menganggap semua penting, tapi mencoba memilah yang penting dan yang tidak penting
Tiga aktivitas paling
penting di rumah adalah:
- Ibadah (Shalat fardhu dan
tilawah AlQur’an)
- Melayani kebutuhan suami dan
mendampingi aktivitas dou-A Hafizhah
- Belajar (Membaca, menulis, dan
menyimak kajian)
Tiga
aktivitas paling tidak penting adalah:
- Mengecek gadget dan stalking di Social
Media
- Membuat kegiatan secara tak
terduga untuk mengisi waktu (tetiba ingin menjahit, ingin membuat
prakarya, mem-permak barang-barang yang kemungkinan masih digunakan, dll
padahal masih ada kegiatan domestik yang belum terselesaikan)
Waktu anda selama ini
habis untuk kegiatan yang mana?
Sejauh ini baik aktivitas penting maupun (yang
dianggap) tidak penting, sama-sama menyita waktu. Namun melihat dari sisi
produktiviasnya mungkin masih kurang optimal.
Jadikan 3 aktivitas
penting menjadi aktivitas dinamis sehari-hari untuk memperbanyak jam terbang
peran hidup anda, tengok NHW sebelumnya ya, agar selaras.
In syaa Allah, sedang mengoptimalkan pada aktivitas penting. Terutama fokus
pada aktivitas anak-anak yang berpeluang melakukan aktivitas “multitasking”.
Kemudian kumpulkan
aktivitas rutin menjadi satu waktu, berikan “kandang waktu”, dan patuhi cut off
time.
Saya memberikan warna
kuning pada kolom di amal yaumi. Di sana, ada waktu yang sangat kondusif dalam
melakukan dan menyelesaikan aktivitas-aktivitas tsb. Meski bagi saya sifatnya
fleksibel. Namun sejauh ini menjadi kegiatan rutin saya dan ‘alaa bi
idznillah, bisa saya lakukan selama ini. Alhamdulillah..
Jangan ijinkan agenda
yang tidak terencana memenuhi jadwal waktu harian anda.
(Beraaat instruksinya. Tapi in syaa Allah..) Mengingat saya sedang
meminimalisir (sebatas menerima telpon atau menelpon bila ada keperluan) dan
bahkan puasa gadget di pagi sampai dou-A Hafizhah tidur malam.
Karena gadget bagi saya meski memberikan manfaat, namun tak jarang memberikan
mudharat (kesia-siaan) yang cenderung membuat saya secara pribadi kurang fokus
dalam menyelesaikan amal yaumi. Semoga saya bisa istiqamah
Setelah
tahap di atas selesai anda tentukan. Buatlah jadwal harian yang paling mudah
anda kerjakan.
Amati
selama satu minggu pertama, apakah terlaksana dengan baik? Kalau tidak segera
revisi, kalau baik, lanjutkan sampai dengan 3 bulan.
Bismillaah.. In syaa Allah..
***
Alhamdulillaah... Semoga dengan menjadwalkan aktivitas/amal yaumi bisa mengatur
batasan-batasan untuk mendisiplinkan diri agar bisa menjadikan hari-hari ke
depan lebih produktif. Bismillaah…
Salam Ibu Pembelajar
Basmah Thariq / Ummu Asma'