Di suatu malam yang hening, aku menemukan secarik kertas yang terburai di antara tumpukan buku. Tulisan yang tertera di sana, mengingatkanku pada satu moment yang membuat jiwa ni muak akan segala aktivitas dalam menghadapi UN. Tak terasa, secarik kertas ini memberikan efek pada tangan ini yang akhirnya mampu menari-nari di atas kertas tersebut.
Perlahan jiwa ini melemah
hingga segala asa yang terpendam nyaris padam
hingga langkahku mulai pupus dan terhapus
khawatir diri ini terhempas dan lepas
karena semuanya nyaris buyar dan memudar
aku rapuh.. ringkih.. nelangsa..
saat langkah kehilangan arah
saat raga melemah dan goyah
saat jiwa yang pernah hidup jadi redup
entah rasa apa yang menggerogotiku
menembus gelapnya ruang
menghentak gelora jiwa
mengguncang segenap asa
entah, ia menerangi atau membakar
kini, ia mulai meradang dan mematikan
membekukan akal, menghempas rasa
jika bukan karenaNya,
kemana kan dibawa sekeping hati ini?
hingga segala asa yang terpendam nyaris padam
hingga langkahku mulai pupus dan terhapus
khawatir diri ini terhempas dan lepas
karena semuanya nyaris buyar dan memudar
aku rapuh.. ringkih.. nelangsa..
saat langkah kehilangan arah
saat raga melemah dan goyah
saat jiwa yang pernah hidup jadi redup
entah rasa apa yang menggerogotiku
menembus gelapnya ruang
menghentak gelora jiwa
mengguncang segenap asa
entah, ia menerangi atau membakar
kini, ia mulai meradang dan mematikan
membekukan akal, menghempas rasa
jika bukan karenaNya,
kemana kan dibawa sekeping hati ini?
(makassar, 22 Februari 2009)