Ciri-ciri Guru Kreatif:
F - fleksibel
O - optimis
R - respek
C - cekatan
H - humoris
I - inspiratif
L - lembut
D - disiplin
R - responsif
E - empatik
N - ngefriend
Dalam kesempatan ini, saya akan memberikan secuil gambaran tentang guru. Walaupun kata-kata di atas tadi saya kutip dari sebuah buku "Kenapa Guru Harus Kreatif" yang ditulis oleh Kak Andi Yudha, membuat saya semakin positif dengan pilihan saya.
Yah, setelah beberapa bulan yang lalu saya dinobatkan menjadi mahasiswi yang insya Allah akan tetap mengabdi pada pendidikan. Sebelumnya juga, saya akan memaparkan sepelintir alasan kenapa saya begitu terobsesi dengan kegiatan yang mulia ini.
Pasca UN, saya telah disibukkan dengan kegiatan mengajar melalui training yang pernah saya lakukan di waktu senggang menanti pengumuman UN. Sebenarnya, bukan kali pertama saya melakukan kegiatan ini. Mengajar telah melekat pada saya di usia yang masih amat muda. Di usia yang terpaut 12 tahun itu, dibeberapa kesempatan kegiatan mengajar ini dilakukan. Walaupun saya hanya mengajar mengaji di sebuah TPA bernama TPA Al Naashiriyyah (AN), yang berlokasi di Jeddah tempat kelahiran saya, saya amat yakin dengan cita-cita yang pernah terlintas saat duduk di bangku SD Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ). Berawal dari mengagumi beberapa guru kami di sana (SIJ dan AN), hingga akhirnya tertanam pada diri ini untuk ingin seperti mereka. Saya pun berusaha menanamnya dan memupuki cita-cita ini sampai akhirnya Allah 'azza wa jalla menjawab doa saya. Keinginan ini mungkin terkadang dianggap remeh oleh beberapa kalangan, karena saya adalah salah satu siswi jebolan dari SMA Negeri 17 Makassar. Entahlah. Mungkin terlalu banyak dari SMA ini yang menyebar di fakultas-fakultas bergengsi se-nasional, hingga banyak dari kami sendiri menutup mata bahkan jarang sekali untuk melirik cita-cita ini. Atau mungkin luput tentang bahwa tidak ada seorang tokoh pun di dunia ini yang berhasil tanpa peran serta seorang guru. Mereka tidak akan berhasil menjadi seorang dokter yang handal, ilmuwan yang pintar, pun menjadi seorang guru dan sebagainya, kecuali sebelumnya dia belajar banyak dari seorang guru. Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun mengawali masa kecilnya dalam bimbingan seorang guru, sekaligus ibu susunya, yaitu Halimatus Sa'diyah. Halimah-lah yang mengajarkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang cara bertutur kata dan bersikap baik. Hingga Rasulullah tetap dikenal dengan perilakunya yang baik. Subhanallah..
Terkadang orang sering mengira bahwa tugas seorang guru hanyalah mengeja angka. Kelihatannya sederhana..
Namun, pada praktiknya tidak sesederhana itu. Sebagai lapis kedua setelah keluarga dalam perannya mendidik anak, guru mempunyai peran yang sangat besar dalam tumbuh kembang seorang anak. Keberhasilan seorang anak saat dewasa apakah dia akan menjadi orang yang baik atau jahat, pintar atau bodoh, sukses atau gagal, dipengaruhi oleh didikan guru mereka, selain didikan keluarga dan pengaruh lingkungan.
Dengan demikian, seorang guru itu dapat menjadikan mereka sebagai generasi yang hebat dan mampu menjadi generari rahmatan lil 'alamiin. Mereka pun akan menjadi manusia-manusia berkualitas, unggul, dan berdaya tahan tinggi dalam menghadapi perubahan. Insya Allah, dalam proses transfering values and knowledge, guru yang baik akan senantiasa mengajar dan berkomunikasi kepada anak-anak, dan bukan sekadar berkomunikasi terhadap mereka.
Amiin..
Disela-sela mendalami ilmu menjadi seorang guru yang baik, saya ingin mengucapkan jazakumullah khairan katsiran kepada guru-guru saya yang telah mentransfer ilmu untuk menjadi orang.
F - fleksibel
O - optimis
R - respek
C - cekatan
H - humoris
I - inspiratif
L - lembut
D - disiplin
R - responsif
E - empatik
N - ngefriend
Dalam kesempatan ini, saya akan memberikan secuil gambaran tentang guru. Walaupun kata-kata di atas tadi saya kutip dari sebuah buku "Kenapa Guru Harus Kreatif" yang ditulis oleh Kak Andi Yudha, membuat saya semakin positif dengan pilihan saya.
Yah, setelah beberapa bulan yang lalu saya dinobatkan menjadi mahasiswi yang insya Allah akan tetap mengabdi pada pendidikan. Sebelumnya juga, saya akan memaparkan sepelintir alasan kenapa saya begitu terobsesi dengan kegiatan yang mulia ini.
Pasca UN, saya telah disibukkan dengan kegiatan mengajar melalui training yang pernah saya lakukan di waktu senggang menanti pengumuman UN. Sebenarnya, bukan kali pertama saya melakukan kegiatan ini. Mengajar telah melekat pada saya di usia yang masih amat muda. Di usia yang terpaut 12 tahun itu, dibeberapa kesempatan kegiatan mengajar ini dilakukan. Walaupun saya hanya mengajar mengaji di sebuah TPA bernama TPA Al Naashiriyyah (AN), yang berlokasi di Jeddah tempat kelahiran saya, saya amat yakin dengan cita-cita yang pernah terlintas saat duduk di bangku SD Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ). Berawal dari mengagumi beberapa guru kami di sana (SIJ dan AN), hingga akhirnya tertanam pada diri ini untuk ingin seperti mereka. Saya pun berusaha menanamnya dan memupuki cita-cita ini sampai akhirnya Allah 'azza wa jalla menjawab doa saya. Keinginan ini mungkin terkadang dianggap remeh oleh beberapa kalangan, karena saya adalah salah satu siswi jebolan dari SMA Negeri 17 Makassar. Entahlah. Mungkin terlalu banyak dari SMA ini yang menyebar di fakultas-fakultas bergengsi se-nasional, hingga banyak dari kami sendiri menutup mata bahkan jarang sekali untuk melirik cita-cita ini. Atau mungkin luput tentang bahwa tidak ada seorang tokoh pun di dunia ini yang berhasil tanpa peran serta seorang guru. Mereka tidak akan berhasil menjadi seorang dokter yang handal, ilmuwan yang pintar, pun menjadi seorang guru dan sebagainya, kecuali sebelumnya dia belajar banyak dari seorang guru. Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun mengawali masa kecilnya dalam bimbingan seorang guru, sekaligus ibu susunya, yaitu Halimatus Sa'diyah. Halimah-lah yang mengajarkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang cara bertutur kata dan bersikap baik. Hingga Rasulullah tetap dikenal dengan perilakunya yang baik. Subhanallah..
Terkadang orang sering mengira bahwa tugas seorang guru hanyalah mengeja angka. Kelihatannya sederhana..
Namun, pada praktiknya tidak sesederhana itu. Sebagai lapis kedua setelah keluarga dalam perannya mendidik anak, guru mempunyai peran yang sangat besar dalam tumbuh kembang seorang anak. Keberhasilan seorang anak saat dewasa apakah dia akan menjadi orang yang baik atau jahat, pintar atau bodoh, sukses atau gagal, dipengaruhi oleh didikan guru mereka, selain didikan keluarga dan pengaruh lingkungan.
Dengan demikian, seorang guru itu dapat menjadikan mereka sebagai generasi yang hebat dan mampu menjadi generari rahmatan lil 'alamiin. Mereka pun akan menjadi manusia-manusia berkualitas, unggul, dan berdaya tahan tinggi dalam menghadapi perubahan. Insya Allah, dalam proses transfering values and knowledge, guru yang baik akan senantiasa mengajar dan berkomunikasi kepada anak-anak, dan bukan sekadar berkomunikasi terhadap mereka.
Amiin..
Disela-sela mendalami ilmu menjadi seorang guru yang baik, saya ingin mengucapkan jazakumullah khairan katsiran kepada guru-guru saya yang telah mentransfer ilmu untuk menjadi orang.
Ket:
detik-detik Jubel menuju UNM