5 Januari 2018

Pengganti Ahfazhii

Posted by bianglalabasmah at 1/05/2018 04:26:00 PM
Ahfazhii, sebutan nama yang saya sandingkan untuk ponsel saya di beberapa tahun belakangan ini. Meski ini bukan ponsel pertama saya. Namun ia cukup lama membersamai di kehidupan jauh sebelum bertemu penggenap separuh dien saya. 
 
My Ahfazhii
Ahfazhii, ponsel yang telah hadir sejak zaman saya kuliah tahun ketiga, menikah, dan kala itu masih berlanjut kuliah hingga lulus di tahun ke7. Di antaranya telah hadir duo-A hafizhah, Asma'Aisyah, kemudian tahun berikutnya disusul Afra' putri hafizhah yang ke3 kami hadir dan rupanya saya masih setia dengan ponsel ini.

Belum mau beralih kemana pun apalagi mengganti posisi ponsel ini yang kusebut ia si Ahfazhii. Meski selalu dapat tawaran dan bujukan oleh suami yang merasa kasihan melihat usaha saya setiap kali menghidupkan Ahfazhii dari tidurnya.

"Hapenya udah mau diganti.." Begitu kata Suami ketika melihat saya yang tengah berupaya menghidupkan Ahfazhii dari pingsannya. 

"Masih bisa kok, kak.." Jawab saya sambil menusuk tombol power dengan jarum pentul. "Alhamdulillaah, ini udah nyala lagi." Ujar saya dengan sumringah. Seperti biasa, saya pun mengelus-ngelus layarnya yang mulai tampak dua garis mirip testpack. Hahaha...

Saya mempertahankannya pun juga karena banyak alasan. Di antaranya, tahan banting. Masyaa Allah, Ahfazhii ini kategori ponsel yang super tahan banting di mana-mana. Meski efeknya jadi suka tetiba pingsan sesaat, siuman kemudian tanpa ditekan tombol powernya. Selain itu, saya jadi gak terlalu nempel dengan ponsel ini bila sedang bersama 3A hafizhah kami. Apalagi kalo lagi kemana-mana, ponsel ini berasa hilang ditelan tas. Nyaris tak berkutik kecuali ingin menghubungi suami atau ada panggilan masuk.

Kembali ke Ahfazhii, si ponsel hitam manis nan cetarrrr tahan bantingnya masyaa Allah. Secara keseluruhan, aplikasi ponsel selalu meng-upgrade-kan diri secara otomatis (bila terhubung internet). Sampai pada satu hari, dimana salah satu aplikasi yang saya gandrungi qadarullah tak sanggup digunakan di ponsel saya yang menua alias jadul. Sedang ponsel saya tak lagi sanggup menempa laju OS yang semakin meningkat begitu pesat. 

Awalnya saya berusaha legowo meng-eliminasi satu per satu aplikasi yang saya anggap membebani ponsel yang imut ini, masya Allah demi menjaga eksistensi satu aplikasi tsb..  Mengingat ia teramat memberikan banyak faedah ilmu secara online masyaa Allah.

Hari pun berlalu tanpa si satu aplikasi tsb. Hidup jauh lebih terasa tanpa ponsel, sejatinya. Membersamai 3A hafizhah yang mulai banyak membutuhkan perhatian. Maka pengadaan 'gadget time' saya lakukan ketika anak sedang tidur. Namun tetap ada yang kurang tanpa satu aplikasi tsb. Dengan banyak pertimbangan dan meminta kepada Allah untuk meyakinkan akan keputusan selanjutnya.

Beberapa waktu kemudian.

"Ciee.. yang hape baru. Alhamdulillaah.." Ledek suami atas pengganti Ahfazhii yang membuat beberapa kali saya khilaf. Menekuninya di hadapan anak.
Ledekan suami seperti sebuah teguran keras bagi saya. Maklum, hape canggih sedikit membius saya dengan aplikasi yang lebih up to date. Banyak hal yang baru saya ketahui setelah menimang pengganti Ahfazhii ini.

"Kak, bawa saja hape ini.. Nanti saya pakainya kalo malam saja." Saya pun menyerahkan si pengganti Ahfazhii ke suami mengingat layar ponsel suami retak yang mengganggu layar sentuh ponselnya secara otomatis.

"Nanti mau kumpul tugas sama balas chat teman ta' gimana?" Tanya suami.
"Gak papa. Balasnya bisa malam in syaa Allah. Supaya saya bisa fokus sama anak-anak. Kita' yang lebih butuh."

Beliau pun terdiam dan menuruti keinginan saya. Qadarullaah, setelah saya mengganti Ahfazhii, rupanya suami pun menghadapi kondisi ponselnya yang jauh lebih mengenaskan. Bisa saja beliau menggantinya. Namun mungkin cara ini yang ingin Allah tunjukkan agar kami berbenah. Dan  agar tidak ber-gadget terutama di hadapan tiga putri kami.

Pengganti Ahfazhii sesungguhnya adalah mereka, anak-anak yang tengah menekuni kehidupannya masing-masing. Pada sisi kehidupan mereka ada fitrah yang sejatinya perlu dihadirkan dan ditumbuhkan.

Alhamdulillaah bi ni'matihii tatimmush shaalihaat

4 comments

Anonim
6 Januari 2018 pukul 02.33

Masya Allah, suka dengan tulisannya bund, saya pun masih dilema jika bergadget jika ada anak, ada rasa bersalah meskipun di hp nya lagi belajar sebetulnya.

6 Januari 2018 pukul 06.23

Madyaalloh. keren bunda

6 Januari 2018 pukul 06.30

afwan,typo.
ralat: masyaalloh

6 Januari 2018 pukul 07.49

Iya bun.. Kadang masih dilema saya juga. Berusaha mengaktifkan gadget time. Tapi yaa begitu..

Posting Komentar
 

Bianglala Basmah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea