Jika bukan karena sebuah penjagaan
Apa jadinya kita, perempuan?
Tertunduk saat banyak mata berusaha curi pandang
Adakah yang salah dengan muka kita, perempuan?
Gerak gerik yang tersorot karena kibaran jilbab yang menjuntai
Perempuan…
Banyak mata yang bertanya-tanya
Apakah senyum kita tak ada?
Karena jarang berbagi pada yang tak pantas
Dan memilih ala kadarnya di tiap wajah sederhana
Perempuan…
Kita tak pernah heran untuk sikap ini dan itu
Karena perintahNya menundukkan hati
Tak ter-rasa-kan beban dan lelah
Hanya pengharapan, Dia ridha pada kita..
Perempuan…
Kita akan bebas pada yang seharusnya
Untuk segala yang sepantasnya
Tak mengenal “ia”, bukan berarti tak akan pernah mengenal
Dan segalanya kan indah pada waktuNya yang kan terjawab
Perempuan…
Sst, hingga nanti tiba hari berjumpa padanya yang tak dikenal nama
tidak aku, tak juga kau
Maka, siapkan saja diri ini
Dan simpan yang memang semestinya..
Naluri perempuan yang bersemi kembali
Saat menjumpai seorang saudari
telah menggenapkan diennya
(^o^)
Baarakallaahu lakuma wa baraka 'alaikuma
wa jama'a bayna kumaa fii khaer..
(Terurai begitu saja pada angkot yang mengantarku pulang)
Aku, Si Bianglala
3 comments
skali-kali,buat tulisan "prempuan" yg awam y.. kasian ajha liatnya.
oke? sngat inspiratif.
mantap...
barokallahufik,...
Sketsa Ilahi: insyaALLAH.. dan syukran atas sarannya. soalnya puisi ini mngalir bgitu aja pas pulang dari walimahan saudari sy..
Mas Budi: wa iyyaka.. syukran!!