Pangeran menatap mata Cinderella. Ia jatuh cinta padanya. Kemudian... mereka menikah dan bahagia selamanya.
Sebenarnya, buku ini telah cukup lama memenuhi lemari ku. Menulis tentangnya karena berawal dari Demam SD (baca: Separuh Dien) yang merekah di hati kaum muda-mudi yang begitu tampak dari banyaknya status yang terlayangkan di beberapa jejaring pertemanan. Hm, adakah yang salah dengan SD ini? Oh, tepatnya sih pada impian ingin seperti pernikahan Cinderella. Hm..
Indahnya hidup menjadi seorang Cinderella!! Hanya modal paras yang cantik dan kebaikan hatinya ia mendapatkan Pangeran yang langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Tanpa melihat sisi lain, ia bisa hidup bahagia di istana yang mewah nan megah. Walaupun masa lalunya pernah mengalami kepayahan dalam hidupnya, rasanya telah terbayarkan saat pangeran datang menjemput dengan membawa sebelah sepatu kaca sebagi bukti bahwa ia adalah Cinderella yang pernah ditemui di pesta beberapa waktu yang lalu.
Ya, pernikahan yang (sebenarnya) diimpikan oleh kaum muda-mudi, hidup serba ada tanpa mengalami kepayahan memikirkan harga-harga sembako dan BBM yang terus melejit . Hanya duduk manis di istana tanpa ba-bi-bu karena serba ada. Dan pertanyaannya adalah, “Maukah kita hidup seperti Cinderella?”
(menunggu jawaban dari pembaca)
Buku ini based on Islami, kok. Karena mas Iwan Januar, sang penulis buku Bukan Pernikahan Cinderella ingin mengajak kita belajar memahami dan mendefinisi terjal dan lika-liku dalam berumah tangga. “Meskipun hal-hal itu tidak dirasakan di awal pernikahan, kalau tidak segera diantisipasi, maka akan menjadi bom waktu yang dapat meluluhlantakkan monument cinta sejak ikrar ijab Kabul dilantunkan.” Ungkapnya dari pengantar buku ini. (He.. salintempel -red)
Tapi, bukan berarti buku ini membuat kita yang belum menikah menjadi berciut hati untuk menggapai separuh dien. Sebaliknya, justru menambah pada pendewasaan dan kesadaran kita akan hikmah penyempurnaan separuh dien ini.
Seperti yang kita ketahui, Cinderella tidak pernah memperlihatkan tentang cara membangun rumah tangga idaman, hubungan baik antar tetangga, serta dakwah. Lho? Berdakwah juga? Ya, rumah tangga yang baik bukanlah yang sekedar menciptakan cinta bagi penghuninya. Tapi juga bisa menebarkan kebaikan pada lingkungan. Mulai dari membentuk individu yang shaleh(ah), keluarga yang sakinah-mawaddah-wa rahmah, masyarakat madani, hingga membentuk negara yang insya Allah tegak atas hukum Allah.
Belum lagi, buku ini cukup romantis dalam menyajikan. At all, buku ini cantik. Tak sekedar hard cover yang biru memikat dan membuatku teriring untuk terus membaca, tapi buku ini dikemas dalam kata-kata yang bersahabat beserta dalil-dalil yang insya Allah shahih, mengangkat beberapa kisah kehidupan Rasulullah dalam berumah tangga, kehidupan di dalam dan di luar rumah tangga, serta tips dan trik disetiap permasalahan yang ada.
Yang paling disayangkan mungkin dari buku ini adalah mas Iwan Januar tak mencantumkan bagaimana cara mendidik anak. Dan aku pun berbaik sangka karena kisah Cinderella yang pernah kita tonton belum dikaruniai anak, maka buku ini pun memang hanya disajikan hanya kalangan pasangan muda-mudi. Pra nikah? Silakan juga.. :)
6 comments
heu... mba' ini ngarep ada bhsan anak2ny toh.. bilangin gih mas Iwan, buat bikin buku
"Anak Sholeh/ah tdk dr rahim Cinderella"
n_n hhe..
gak usah bilang ke mas Iwan, insyaALLAH sy aja lgsg yg nulis..
idenya bagus, cuma kepanjangan klw d jadiin judul Buku..
^^ huhuhu
sejujurnya aku malah pengen cinderella muslimah. hehehe
ps. pinjem ya bukunya dinda^^
yah, boleh-lah jd versi ala Cinderella Muslimah.. gak ada yg larang..
siapa tw kk insyaALLAH yg akan jd crita Cinderella Muslimah yg ssuai dg sunnag Rasulullah? -amiiin-
insyaALLAH.. boleh untuk kk..^^
kpn sy ksih?
Basmah...
diriku juga mau...
Eh, kemarin ada daurah pernikahan..
ikut nggak????
insyaAllah uhkti... tp pas mau nikah aja ya.. hhe..^^
gak ikut ukhti.. -___-"