Tiba-tiba dibenakku, ada keinginan menghadirkan sebuah kisah lagi berisikan tentang aku dan orang-orang yang pernah menyapa hidupku. Bermula dari sebuah riakan emosi yang kian membuncah sebenarnya, hingga berkeinginan meredakan emosi ini pada rumah pena ini. Khawatir ide ini mengabur, maka kulayangkanlah ia menjadi sebuah status.
“..kau yang ditakdirkan untuk bertemu..”
Dan seperti biasanya, nama-nama yang pernah menjumpai hari-hari di masa balutan putih abu-abu, mulai menyikapi dengan serius. Nada-nadanya, bak gayung bersambut, entah apa maksudnya. Rasanya sedikit membuatku meringis jengah sekaligus meng-aminkan ekspresi mereka. Hehehe..
Setelah memaksa diri mengadakan konferensi pers pada status yang terlanjur dilayangkan, maka akhirnya status ini seolah kembali menjalin masa lalu kami. Sekalipun, hanya celetukan-celetukan di dalamnya.
Memastikannya, pada status ini memang tak salah jika “..kau yang ditakdirkan untuk bertemu..” sebenarnya ingin mendengar sahutan-sahutan mereka yang sama-sama berserak entah kemana. Mungkin status ini juga bisa menjadi penggantiku dalam menanyakan kabar (tanpa disengaja).
Tapi, teruntuk nama-nama yang pernah hadir dalam kisahku, “..kau yang ditakdirkan untuk bertemu..” bersama mengurai cerita, bersama menorehkan warna, dan bersama menganyam asa.
Aku tak mampu menyangkalnya walau komunikasi hanya secara maya, via jejaring pertemanan ini,. Karena pemanfaatn jejaring pertemanan menjadi hak tersendiri yang sulit untuk diargumentasikan individu secara subyektif.
Akhir dari tulisan ini: Jangan tergesa-gesa dalam mendefinisikan keadaan dari apa yang aku tuangkan, karena sesekali aku memang menyukai dalam meng-ambigu-kan kata-kata.
Thanks to:
Tri, Dian, K’ Ika, Insana, Kiply, Arya, Hasri, dan Yusuf
yang menyengajakan tuk membubuhi respon kalian.
yang sesungguhnya..^^