Betapapun rindunya diri pada kisah-kisah heroik itu, tapi ego masih saja membungkam rasa ini. Seolah tak ingin tergubris oleh apa-apa yang menyapa. Bahkan untuk seulas senyum pun tak bisa kutampakkan. Serasa, ini bukanlah diriku yang kukenal. Ini bukan diriku. Ia tengah hilang bersama langkah-langkah yang semakin menjauh pergi. Ada apa dengan diri ini, ya Rabb??
Dulu, aku menyukai keramaian, kehangatan, sapaan, dan biarkan diri menyengaja melesat ke arah mana yang memanggil. Tapi, hiruk pikuk itu, serasa menjadi tabu dalam diri. Untuk mendengar atau menjenguknya pun enggan. Justru, hal yang bukan ada pada diri ini, hanya ingin terduduk dan terdiam dalam benak.
Bila dulu keheningan bukan ada pada diriku, kini kurasakan menjalari. Jika diamku rasakan, bahwa sekarang keheningan menjadi keseharian dalam kesendirian. Kesendirian yang sebenarnya memenjarakan asa dan rasa. Kesendirian yang sebenarnya mengkungkung kebebasan. Mencoba berlari meski tak sanggup, apalagi berjalan. Lalu, dibawa kemanakah sekeping hati ini??
Sebisaku kini, memilih diam dalam tangis, diam dalam rintih, dan diam dengan cara yang aku tahu. Walau sesak, tapi inilah diamku yang menghentikan jejak.
Aku yang terlelah...
PadaMu, diamku hanya sementara kan??
1 comment
Ihfadzillah yahfadzkum..
Itu jnji Allah.Ttap semangat!