Sesak kembali menyeruak di sudut hati ini saat berkali-kali sering memelihara ego dalam diri. Hingga SMS beruntun yang kerap menyapaku di pagi hari tak kuhiraukan.
“Saya belum cukup ilmu untuk mengisi di sebuah kajian..” atau “Ada kuliah di waktu yang tak tepat” atau “Saya juga punya kepentingan lain di waktu yang sama..” Beberapa alasan yang bisa menepiskan diri dari SMS beruntun itu.
Boleh diselidik, betapa ego ini benar-benar membelenggu diri, hingga tak menyadari betapa ada satu masa di mana kita benar-benar dibutuhkan. Siapa lagi yang akan menjenguk adik-adik di sekolah kalau bukan alumninya? Siapa lagi yang akan meneruskan dakwah sekolah kalau bukan dari diri-diri kita? Tanyaku saat mulai menghardik dari kekakuanku sendiri.
Apakah ini hal yang wajar?
Sebuah kewajaran yang tiba-tiba mengambil alih??
Tapi, kata-kata yang kumunculkan saat itu, spontan membuat aku terkesiap pada hati yang perih ini. Entah karena ini adalah amanah yang memang sudah sejak awal aku pilih, atau karena kekhawatiran lainnya. Allahu a’lam.
Maka, kembali menegaskan diri bahwa dengan amanah inilah juga menjadi wasilah dalam keistiqamahan seseorang. Sesak rasanya pada pertemuan sejenak saat sesampai di sekolah seorang adik mengatakan, “Kalau gak jadi datang kakak ………, itu artinya nahlanya batal.”
Rasanya ingin menangisi diri sendiri. Karena terkadang ada kesah yang sering menyesaki dada. Yang timbul dengan perasaan tergugat. Dakwah atau kuliah. Kuliah atau dakwah. Pada akhirnya aku lebih memilih bungkam membaur , dengan ketidakberdayaan.
Serasa ingin memiliki mesin waktu untuk berjalan mundur ke belakang agar bisa mengulangi segala kejadian lalu yang terabaikan. Begitu naif kah diri ini? Belum ada musuh menghadang saja sudah ingin mundur. Bagaimana jika nantinya ada musuh?
Pun terbesit dalam pikiran bahwa yang memilih jalan ini sudah sedikit. Tidak sepatutnya yang sedikit ini melemah-lemahkan diri. Sekarang kumengerti bahwa hidup adalah masalah pilihan bagaimana kita menjalaninya.Dan kini aku sedang memacu kedua kaki untuk menjemput. Menjumpai kembali karena ia adalah hal yang terindah.
Ya Rabbi, seharusnya bibir ini terus mengucap syukur karena Engkau selalu menyadarkanku dikala lemah. Karena mauku padaMu. Maka, tetaplah di sampingku, ya Allah..
Jazakumullah khaer untuk adik-adikku di 17..
Mengenangmu pada pertemuan sejenak..
Jum'at, 29 Okt 2010