(Sebuah PUISI* yang sempat terpendam oleh riuh putaran waktu yang telah digores oleh seseorang..)
: 18 December 2008 at 12:05 @ SMAN 17 Makassar
Gejolak yang membuncah membuatku tergelepar
Hampir tak sanggup kuhadang badai yang menampar
Menggoyahkan pondasi istiqamah yang terhunjam dalam
Meliukkan mahkota ridha yang bertengger di awan
Tergetar tanah tempatku berpijak
Remuk kapalku di terjang ombak
Meninggalkan ribuan keping berserak
Putus asa membuat dada serasa sesak
Dunia serasa gelap
Jalanan terlihat kabur oleh asap
Tertatih menyusuri lorong tanpa tentu arah
Sementara luka yang diterima kian menganga
Sungguh manusia tak berdaya
Untuk menolak bala’ dan bencana
Hanya keluh kesah dan air mata
Lupa akan semua nikmat yang selalu di banggakan
Berganti ratap pilu tak terkira
Hanya kesabaran yang menjadi senjata
Berbekal ridho, sempitnya bencana akan sirna
Karena pada setiap zaman ada penderitaan
Di setiap tempat ada kesedihan
Di setiap sudut pernah ada tangisan
Di setiap lembah ada kematian
Dan di setiap bukit pun tak luput dari ratapan
Karena memang begitulah dunia di ciptakan
Ya Allah...
Tuntunlah lisanku tuk selalu menyebut kata terindah,
Nama-Mu
Bimbing bibirku tuk selalu melantunkan istighfar
Jadikan ratapku, harapku, takutku
Hanya pada-Mu
Karuniakan kesabaran seperti yang Engkau
Berikan kepada Nabi-Mu
Binalah cinta dalam hatiku untuk
Kupersembahkan bagi-Mu
(seorang adik, AR)
*Bukan menyengaja menyimpannya, tapi "ia" masih tersemat secara maya saat kembali terjenguk.
1 comment
Bismillah
Ya Allah...
Tuntunlah lisanku tuk selalu menyebut kata terindah,
Nama-Mu