21 Februari 2019

Pre-Tamyiz (Part 1)

Posted by bianglalabasmah at 2/21/2019 09:31:00 AM
Tulisan ini pernah saya posted di akun instagram saya @basmahthariq sebulan yang lalu. Hanya kali ini saya sedang kangen dengan blogging, ingin merapikan dan merepost sebagian tulisan saya dari instagram.

***

"Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi."

Semoga kita bagian dari orang yang sangat familiar dengan hadits ini. Mampu meresapi, bahwa setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah (bermakna suci, pembawaan sejak lahir yang belum ada pengaruh buruk apapun).

Adapun fitrah di atas Islam adalah setiap kita ketika masih di dalam kandungan, telah bersaksi di hadapan Allah secara langsung, sebagaimana dalam surah Al A'raf: 172, "Alastu bi rabbikum. Qaaluu balaa syahidnaa" ~~“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”

Sederhananya, ponsel yang kita miliki, jauh sebelum kita beli telah disiapkan aplikasi-aplikasi yang akan menunjang dari penggunaan ponsel tsb. Sisa kita, mau menggunakannya atau tidak.

Seperti itulah kita manusia, yang perlu diupayakan adalah tetap dalam fitrah, hingga kembali menemuiNya. Dan tugas kita sebagai orang tua yang Allah titipkan berupa anak, diharapkan mengupayakan dalam menginstall iman mereka terlebih dahulu bukan yang lain.

Man Rabbuk? Siapa Tuhanmu?
Maa diinuk? Apa Agamamu?
Man Nabiyyuk? Siapa Nabimu?

Mengenalkan ushul tsalaatsah, tiga landasan utama inilah yang perlu disajikan ke dalam kehidupan anak pre-tamyiz (0-7 tahun). Bermula dari bagaimana orang tua menyajikan sendiri. Berupa pemahaman 'ilmu' yang tentunya diamalkan. Melalui pengamalan ini mengiringi kepada pengenalan, penanaman, dan pembiasaan secara berulang kepada anak setiap hari.

Penyajian dalam bentuk dialog iman kepada anak pun dibutuhkan. Tentu penyampaian disesuaikan dengan penguasaan literatur anak.

Sering mendapati orang tua berharap anaknya bisa shaleh/shalehah, hal sepele seperti kalimat thayyibah dilupakan. Lupa mengucapkan alhamdulillaah, masyaa Allah, astaghfirullaah, subhaanallaah, innaalillaah dan masih banyak lagi bentuk dzikrullaah pada setiap perkataan yang sangat berkaitan apa yang tengah kita dialami.

Dari kalimat thayyibah bermula, anak sedikit demi sedikit akan bertanya, Siapa Allah? Kenapa harus alhamdulillah Ummi? Kenapa bilang innaalillaah? Kenapa beristighfar astaghfirullah begitu? Kenapa qadarullaah Ummi? Kenapa syafaakillah? Kenapa dadah-dadah diganti fii amaanillaah? Apa itu barakallaahu fiik? Kenapa kalo ketemu  ato nelpon bilangnya Assalamu'alaikum, bukan halo?

Pertanyaan sederhana pada perkenalan  Rabb (Tuhan) juga mengarah kepada ad-Diin (Agama). Dan masyaa Allah ketika setiap orangtua mampu menguraikannya. Saya dan suami sering takjub dan terharu yang tak terhingga ketika mendapati banyak hal dari fitrah imannya anak yang sejatinya ada tertanam di hati mereka. Sisa kita, mau menumbuhkan atau tidak.


"Ihfazhillaaha yahfazhka, ihfazhillaaha tajidhu tujaahaka. 
Jagalah (agama) Allah niscaya Allah akan menjagamu, 
jagalah (agama) Allah niscaya kamu dapati Dia dihadapanmu. 
Hadits riwayat At Tirmidzi, hadits Hasan Shahih."

Beginilah Asma'Aisyah kala sedang muraja'ah hadits. 1 hadits 1 bulan yang kami terapkan. Meski pada progress mereka, 1 hadits bisa dihafal hanya memakan waktu 3 hari saja. Bahkan meminta hadits tambahan untuk mereka hafal. 

"Ummi, tambah lagi haditsnya." Pinta Asma'Aisyah ketika mereka sudah hafal dengan hadits tsb. 

"Haditsnya untuk diamalkan kakak. Biar lebih berberkah, in syaa Allah." Jelas saya setiap permintaan mereka tambahan hadits.

"Kenapa Ummi?" Tanya Asma'Aisyah yang hampir berbarengan.

"Saya mau hadits lagi." Ujar 'Aisyah seperti biasanya.

"Ya gak papa. Supaya lebih mantap aja in syaa Allah." Ucap saya sambil mengacungkan jempol di hadapan kedua wajah mungil nan shalehah tsb.

Namanya anak-anak, semangatnya luar biasa. Masyaa Allah. Kadang saya harus banyak bersyukur atas kelelahan yang sering menghampiri diri. Lelah yang tak seberapa rupanya.


Terbayang hadits-hadits tsb seperti menumbuhkan fitrah iman mereka. Saya gak perlu bersusah payah semestinya mengeluarkan beribu kata untuk menyampaikan nasehat kepada anak-anak. Melalui hadits yang saya kenalkan kepada Asma'Aisyah, alhamdulillaah bi idznillaah, di sanalah mereka mendapatkan ibrah (pelajaran). Sungguh, agama ini begitu sempurnanya. Sebaris hadist yang tak seberapa jumlah kata, pesannya tersampaikan langsung. Menancap in syaa Allah ke hati seiring ditumbuhkan, diingatkan, dan diamalkan pada anak-anak. Dan tentu ketika orangtua bisa menjadi teladan.

Melalui hadits yang satu per satu diperkenalkan, bi idznillaah, saya menyadari bagaimana pengenalan dan penambahan kosa kata baru kepada anak-anak. Menjelaskan dan mendeskripsikan bentuk pengamalannya. Sampai masuk ke ranah iman dan adab. Bagaimana bentuk penjagaan kita kepada Allah misalnya, dan masih banyak lagi.

Anakku, sebagaimana doa yang Abi Ummi kenalkan padamu. Doa untuk selalu diberikan petunjuk, ketaqwaan, kesucian diri, dan kekayaan jiwa. Allaahu a'lam.


#imansebelumquran
#adabsebelumilmu
#fasepretamyiz
 

Bianglala Basmah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea