(Beribu maaf, tuk jemari seseorang yang ter-captured >.<)
Sebab anak, sang Ibu
setia..
Melimpahi kesetiannya dalam
hikmah dan cinta padaNya
Sore yang lengang. Sambil menikmati
senja penuh gerimis, aku terduduk di depan TV. Awalnya sih, agak ngeh juga untuk menyimak tayangan
tersebut karena tidak mengikutinya dari awal. Seperti biasanya, aktivitas memindahi dari
satu tayangan ke tayangan lainnya. Tapi, saat mendengar satu kata “anak” yang
menjadi bagian dari pembicaraan tersebut, sinyal rasa ingin tahuku pun meninggi,
kemudian mencoba memberikan perhatian penuh padanya.
Rupanya yang menjadi topik
pembicaraan itu adalah tentang gerakan
peduli lagu anak yang belakangan ini menjadi sebuah himbauan di kalangan
pemerhati pendidikan dan dunia anak. Selain Kak Seto dihadirkan di sana, adapula
beberapa pencipta lagu anak saat ini (meski masih kurang familiar menurutku), seorang
psikolog anak, dan beberapa komunitas giat cipta lagu anak yang dilibatkan
dalam diskusi ini.
Pada dua sesi yang kulihat, menghadirkan
pencipta lagu anak, memberikan kesannya bahwa hari ini, para orang tua patut merasa
dilema di saat anak-anak mereka tak lagi mengenal dekat lagu yang sepantasnya
dengan kehidupan mereka. Dimana lagu anak, katanya, berfungsi sebagai alat komunikasi
efektif, baik dari segi pelafalan dan pemaknaan yang menyertai di dalamnya
secara berulang-ulang. Dalam sumbangsihnya secara tak langsung memang untuk
memberikan kesan dan pesan yang mempengaruhi kehidupan anak-anak dari lirik-lirik
lagu.
Ketika membahas kondisi anak zaman sekarang,
sepertinya era Joshua, Sherina, dan Tasya mungkin menjadi akhir dari episode
lagu anak-anak di saat aku SD dahulu. Saat ini, anak-anak begitu dekat dengan
lagu-lagu yang jauh dari usianya. Aku pun langsung teringat pada beberapa murid
privatku. Mereka dengan mudah menyanyikan beberapa lirik lagu yang sebenarnya tak
pantas diucapkan dan diperdengarkan, terlebih dinyanyikan. Sebagai contoh, lagu
keong racun, dengan sangat lancar terlisankan dari seorang anak yang masih
berusia 4 tahun. Masya Allah, perasaanku langsung terhempas sangat kuat. Walaupun
apa yang ia nyanyikan sebenarnya tidak sepenuhnya dimengerti makna dari lagu
tersebut. Dan kasus ini ternyata bisa dialami di hampir seluruh orang yang
dekat dengan lingkungan anak.
Di satu sisi, aku bisa menanggapi keefektifitas
dalam memperkenalkan kosa kata mereka. Seperti, “Bun, keong itu apa?” Begitu pertanyaannya Iza pada bundanya setelah
menyanyikan lagu keong racun tersebut. Semisal yang tadinya anak tersebut tidak
mengenal kata “keong”, maka ini menjadi satu kesempatan bagi orang tua untuk semaksimal
mungkin memberikan penjelasan tersebut lebih ke ilmiah. Perasaanku yang sempat
terhempas tadi, bisa terkembalikan atas pertanyaan polosnya si Iza. Duh, si Iza-ku..
Dalam sesi selanjutnya, penuturan
dari beberapa komunitas giat cipta lagu anak menyisakan satu spirit yang menjadi
visi mereka. Mengembalikan keberadaan lagu anak untuk menjadi bagian dari
kehidupan anak semestinya. Dengan memfasilitasi secara cuma-cuma dengan hanya
men-download gratis dan menyebarluaskan.
Serta beragam usaha lainnya yang dikerahkan demi sebuah pengembalian tempat
semestinya.
Sebagai salah seorang yang insyaa Allah tak lepas dari dunia anak,
aku pun ingin memberangkatkan hal ini dari sisi positif. Ketika lagu anak pada topik
ini yang kiranya dianggap menjadi penyampai sesuatu hal positif, maka aku pun
ingin meminjam spirit tadi melebihi mereka. Agar bisa pula menumbuhkembangkan kecintaan
anak pada sesuatu yang mulai diabaikan banyak kalangan. Yaitu, Al Qur’an.
Al Qur’an, satu peralihan peran
secara verbal yang terbentuk dari kesempurnaan pelafalan huruf hijaiyyah yang
mewakili pelafalan alphabet dari berbagai negara. Mungkin, banyak orang yang
tidak tahu. Tapi, ini berdasarkan fakta secara langsung yang sering kita temui
di lapangan. Kemudian secara nonverbal terletak
pada isi dari Al Qur’an yang jika dipahami merupakan dari sebuah bacaan yang dilantunkan
dan pesan-pesan di dalamnya yang diamalkan.
Sebagaimana yang dikemukakan pada salah
seorang psikolog anak pada acara tersebut, bahwa aktivitas anak tak sekedar
berujung pada kognitif (knowledge) semata.
Melainkan ada afektif (attitude) dan psikomotorik
(skill) yang saling menunjang dalam
pertumbuhan anak. Hal tersebut, sangat mewakili dari apa yang ada pada Al Qur’an.
Sekalipun, aku bukanlah salah seorang hafizhah
(penghafal Al Qur’an). Dan untuk setiap orang yang memelihara lisannya dari
kalamNya, semoga Allah memberikan keberkahan atas penjagaannya terhadap Al Qur’an.
Terakhir, Sebab anak! ketahuilah, jiwa anak harus dibangkitkan dengan hal positif agar tetap bersemangat setiap menghadapi kehidupannya dan masa depannya. Memberikan sesuatu
yang positif akan menghasilkan yang positif bukan? Wallaahu a’laam..
*Disetiap tulisan selesai diketik, aku selalu tersendat pada judul. Karena mengantuk (check waktu post tulisan ini), Sebab Anak dibuat karena menonton hanya alasan kata "anak". Pantas? -semoga-
2 comments
kunjungan gan,bagi - bagi motivasi
Hal mudah akan terasa sulit jika yg pertama dipikirkan adalah kata SULIT. Yakinlah bahwa kita memiliki kemampuan dan kekuatan.
ditunggu kunjungan baliknya yaa :)
numpang belajar om..saya bloger cilik tulung agung