Ahfazhii, sebutan nama yang saya sandingkan untuk ponsel
saya di beberapa tahun belakangan ini. Meski ini bukan ponsel pertama saya.
Namun ia cukup lama membersamai di kehidupan jauh sebelum bertemu
penggenap separuh dien saya.
Ahfazhii, ponsel yang telah hadir sejak zaman saya
kuliah tahun ketiga, menikah, dan kala itu masih berlanjut kuliah hingga lulus
di tahun ke7. Di antaranya telah hadir duo-A hafizhah, Asma'Aisyah,
kemudian tahun berikutnya disusul Afra' putri hafizhah yang ke3 kami hadir
dan rupanya saya masih setia dengan ponsel ini.
Belum mau beralih kemana
pun apalagi mengganti posisi ponsel ini yang kusebut ia si Ahfazhii. Meski
selalu dapat tawaran dan bujukan oleh suami yang merasa kasihan melihat usaha
saya setiap kali menghidupkan Ahfazhii dari tidurnya.
"Hapenya udah mau
diganti.." Begitu kata Suami ketika
melihat saya yang tengah berupaya menghidupkan Ahfazhii dari
pingsannya.
"Masih bisa kok,
kak.." Jawab saya sambil
menusuk tombol power dengan jarum pentul. "Alhamdulillaah, ini udah nyala
lagi." Ujar saya dengan sumringah. Seperti biasa, saya pun mengelus-ngelus
layarnya yang mulai tampak dua garis mirip testpack. Hahaha...
Saya mempertahankannya
pun juga karena banyak alasan. Di antaranya, tahan banting. Masyaa Allah, Ahfazhii ini
kategori ponsel yang super tahan banting di mana-mana. Meski efeknya jadi
suka tetiba pingsan sesaat, siuman kemudian tanpa ditekan tombol powernya.
Selain itu, saya jadi gak terlalu nempel dengan ponsel ini bila sedang
bersama 3A hafizhah kami. Apalagi kalo lagi kemana-mana, ponsel ini berasa
hilang ditelan tas. Nyaris tak berkutik kecuali ingin menghubungi
suami atau ada panggilan masuk.
Kembali ke Ahfazhii,
si ponsel hitam manis nan cetarrrr tahan bantingnya masyaa Allah. Secara
keseluruhan, aplikasi ponsel selalu meng-upgrade-kan diri secara
otomatis (bila terhubung internet). Sampai pada satu hari, dimana salah satu
aplikasi yang saya gandrungi qadarullah tak sanggup digunakan
di ponsel saya yang menua alias jadul. Sedang ponsel saya tak lagi sanggup
menempa laju OS yang semakin meningkat begitu pesat.
Awalnya saya
berusaha legowo meng-eliminasi satu per satu aplikasi yang
saya anggap membebani ponsel yang imut ini, masya Allah demi menjaga eksistensi
satu aplikasi tsb.. Mengingat ia teramat memberikan banyak faedah ilmu
secara online masyaa Allah.
Hari pun berlalu tanpa
si satu aplikasi tsb. Hidup jauh lebih terasa tanpa ponsel, sejatinya.
Membersamai 3A hafizhah yang mulai banyak membutuhkan perhatian. Maka pengadaan 'gadget
time' saya lakukan ketika anak sedang tidur. Namun tetap ada yang kurang
tanpa satu aplikasi tsb. Dengan banyak pertimbangan dan meminta kepada Allah
untuk meyakinkan akan keputusan selanjutnya.
Beberapa waktu kemudian.
Beberapa waktu kemudian.
"Ciee.. yang hape
baru. Alhamdulillaah.." Ledek suami atas pengganti Ahfazhii yang
membuat beberapa kali saya khilaf.
Menekuninya di hadapan anak.
Ledekan suami seperti
sebuah teguran keras bagi saya. Maklum, hape canggih sedikit membius saya
dengan aplikasi yang lebih up to date. Banyak hal yang baru saya ketahui
setelah menimang pengganti Ahfazhii
ini.
"Kak, bawa saja
hape ini.. Nanti saya pakainya kalo malam saja." Saya pun menyerahkan si pengganti Ahfazhii ke
suami mengingat layar ponsel suami retak yang mengganggu layar sentuh ponselnya
secara otomatis.
"Nanti mau kumpul
tugas sama balas chat teman ta' gimana?" Tanya suami.
"Gak papa. Balasnya
bisa malam in syaa Allah. Supaya saya bisa fokus sama anak-anak. Kita' yang
lebih butuh."
Beliau pun terdiam dan
menuruti keinginan saya. Qadarullaah, setelah saya mengganti Ahfazhii,
rupanya suami pun menghadapi kondisi ponselnya yang jauh lebih mengenaskan.
Bisa saja beliau menggantinya. Namun mungkin cara ini yang ingin Allah
tunjukkan agar kami berbenah. Dan agar tidak ber-gadget terutama
di hadapan tiga putri kami.
Pengganti Ahfazhii
sesungguhnya adalah mereka, anak-anak yang tengah menekuni kehidupannya
masing-masing. Pada sisi kehidupan mereka ada fitrah yang sejatinya perlu
dihadirkan dan ditumbuhkan.
Alhamdulillaah bi ni'matihii tatimmush shaalihaat
4 comments
Masya Allah, suka dengan tulisannya bund, saya pun masih dilema jika bergadget jika ada anak, ada rasa bersalah meskipun di hp nya lagi belajar sebetulnya.
Madyaalloh. keren bunda
afwan,typo.
ralat: masyaalloh
Iya bun.. Kadang masih dilema saya juga. Berusaha mengaktifkan gadget time. Tapi yaa begitu..