Untuk menjadi tulang rusuk
atau bahkan mencurinya darimu,
Padamu,
Pemilik
tulang rusuk yang hilang..
“Hai, tulang
rusuk!”
Aku hanya
mengerutkan kening keheranan mendengar sebutan itu. Kakak laki-lakiku, sebut saja Kak Farhan yang akhir-akhir ini begitu giat menyebutku dengan sebutan itu. Saat pagiku
mulai tersita bersama setumpukan pakaian kotor yang siap dicuci, aku hanya
menahan tawa yang tak karuan mendengarnya memanggilku sebelum pergi kerja.

“Cie.. cie..
yang lagi baca buku itu..” Sambut pun turut menggodaku langsung saat mendapati
tangan kiriku sedang menggenggam sebuah buku bertuliskan Ya Allah, Aku Tak
Ingin Sendiri Lagi.
“Jangan
salah paham dulu, dong!” Cegahku sembari duduk tepat di sebelah kirinya. “Buku
ini terdiri dari banyak cerita, kebetulan aja judul cerita itu yang terpilih
menjadi tulisan di cover. Padahal isinya gak gitu lho!” Sanggahku lagi untuk
memangkas rasa curiganya.
“Ah, gak
apa-apa, kok! Bilang aja..” Ujar Kak Farhan santai sambil terus menatap layar
notebooknya.” Itu novel kan?”
“Iya.. Tapi, based
on true story kok, kak..” Jawabku sambil menunjuk buku itu ke arah
wajahnya. Tapi, ia hanya menatap sedetik pada buku yang kutujukan,
kemudian kembali lagi pada layar putihnya.
“Kakak tahu
tulang rusuk?” Tanyaku tiba-tiba. Entah gerangan apa yang mendasari aku mempertanyakan
hal ini. Padanya pula, kaum Adam.
“Hah? Tulang
rusuk, iga, costae.. Begitu kan?”
“Hh… serius
dong! Tau ceritanya kan kakak, kenapa hawa dibilang bagian tulang rusuk kiri?”
Tanyaku sedikit memaksa dan sedikit kesal karena ia tetap saja lebih memandang
serius pada layarnya daripada adiknya ini.
“Oh ya? Adakah?” Ia
berbalik tanya.
“Lho? Masa’
gak tau, kak? Ah, gak percaya..” Ucapku heran.
“Beneran.. Coba
diceritain dulu..” Jawabnya ikut mendesakku.
Sebenarnya
ada harapan yang bisa aku dengar darinya tentang tulang rusuk itu. Tapi, justru
harapan itu harus terkubur sedalam-dalamya, karena ia memintaku untuk
mengurainya. Aku pun bercerita tentangnya, tulang rusuk dan mengaitkan pada separuh dien
yang terjaga.
“Jadi,
kakak, jangan buru-buru memburu tulang rusuk. Banyak lho kejadian, ikhwan men-tag
akhwat, eh malah ternyata bukan itu jodohnya..” Paparku di akhir cerita. Tak
lupa pula beberapa kisah nyata yang kusematkan di sana.
“Seperti
pacaran, maksudmu?”
“Hm, mungkin
bisa dibilang begitu..” Ujarku kembali sambil menarik nafas panjang. “Kita tak
perlu khawatir dengan sesuatu yang Allah janjikan. Sebab ia takkan tertukar
atau pergi menjauh..” Lanjutku berusaha meyakinkannya.
“Beuuh, syahdunya
adikku ini kalo udah cerita tentang tulang rusuk..” Godanya kembali. Kali ini
ia pun bernada serius. “Makanya, kalo ada yang serius sama kamu, Bas, langsung
hubungin saya ya.. Ok!?” Lanjutnya sambil menyimpulkan senyum.
Aku pun
langsung menepuk lengannya dan memamerkan jempolku ke arah wajahnya. “Sip,
dehh!! Insya Allah..” Aku membalas senyumnya.
Suasananya
semakin berhamburan saat kakak laki-lakiku yang satu lagi, bernama Nabil baru
saja pulang kerja. “Ada apa ini? Tulang-tulang?” Tanyanya yang langsung mode
ON.
Hihihi…
Kakak-kakakku ini begitu semangat sekali.
“Di note ku
juga ada tentang tulang-tulang. Mau baca? Buka FB ku saja..”
“Ahh, Kak Nabil
sih, gak pernah mau add saya di FB,
jadi saya gak update tentang kakak..” Protesku langsung ketika mengingat FBnya. Maklum, kami memang belum berteman di FB.
“Lho?
Harusnya adik dong yang add kakaknya.. Masa’ kebalik?”
“Abisnya,
namanya gak terdeteksi. Pake nama samaran segala, jadi gak bisa ketebak.”
Selepas
berdiskusi panjang, kami pun bubar untuk menyambut maghrib yang tinggal dalam
hitungan menitnya adzan dikumandangkan. Aku menyiapkan makanan untuk berbuka
untuk yang akan berpuasa syawal. Sedang kakak-kakakku berkemas-kemas untuk
shalat nantinya di masjid seusai berbuka puasa.
Alhamdulillaaah,
saat adzan dikumandangkan, rasanya nikmat melepas dahaga walau hanya dengan
segelas air putih dan kurma. Kakak-kakakku yang sedang melahap es buahnya masih
saja sempat berceletuk. “Ayo, kita shalat, baru cari konro* di luar..” Celetuk Kak
Farhan.
Sedang Kak Nabil
masih ngeh dengan kata-kata tadi. “Heh? Apa? Konro?”
“Ish, pura-pura gak tau lagi. Konro, tulang.” Jelasku.
Tawa pun
meledak di antara kami. Ayah dan adikku yang juga laki-laki, Faruq, masih
berkutat di meja makan bersama kami hanya adem ayem menyantap es buah
masing-masing. Tak menghiraukan kami yang masih saja membawa kata-kata tulang.
“Ayo, pada
shalat, gih!” Seruku.
“Jangan
lupa juga berdoa, semoga kalian benar-benar menemukan tulang rusuk yang
hilang..” Kataku lagi mengakhiri candaaan yang sesekali mencoba mengusir dua
kakakku yang masih betah di kursinya masing-masing.
“Hai, tulang
rusuk!” Ujar mereka kompak dan akhirnya keduanya beranjak dari tempat.
Sedikit menghela
napas lega melihat kepergian mereka ke masjid. Yah, semoga saja,
mereka menemukanya yang telah lama hilang. Batinku sambil terus menyimpulkan
senyum.
Adalah ketetapan Allah yang telah terjaga di lauhul mahfudzNya. Allah tak kan mengubah janjinya, jika ia telah datang pada diri-diri kita. Karena, ia takkan tertukar atau pergi menjauh. Tapi, adakah yang telah aku persiapkan untuk menjadi bagian tulang rusuk kiri seseorang? Pikirku kembali melobi diri.
Adalah ketetapan Allah yang telah terjaga di lauhul mahfudzNya. Allah tak kan mengubah janjinya, jika ia telah datang pada diri-diri kita. Karena, ia takkan tertukar atau pergi menjauh. Tapi, adakah yang telah aku persiapkan untuk menjadi bagian tulang rusuk kiri seseorang? Pikirku kembali melobi diri.
PenjagaanNya
yang terbaik dengan menjadi yang terbaik.“Wanita-wanita
yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula).”
(QS An Nur:26)
Aku tak
ingin mendikteNya karena masih menggenggam taqwa seadanya. Hanya meminta
penjagaanNya yang baik menurutMu untukku, keluargaku, saudara-saudara seimanku,
dan agamaku yang akan membersamai ritme kehidupannya nanti dalam kehidupan
“kami” nantinya, insya Allah.. Allaahumma Aamiin..
*Konro dalam bahasa Makassar yang berarti tulang.
10 comments
“Kita tak perlu khawatir dengan sesuatu yang Allah janjikan. Sebab ia takkan tertukar atau pergi menjauh..
sepakat sekali dengan kalimat ini..!
nice post..
saya suka konro :) *eh jgn dibahas
semoga tulang rusuknya dipertemukan di jalan yang di ridohi-Nya :)
jadi teringat sebuah quote dari postingan salah seorang sahabat, bahwa "jadilah pribadi yang siap untuk diperkenalkan oleh Tuhan kepada belahan jiwa kita"....
semoga nyambung dengan 'konro' yang di maksud..... hhhmmmm ngilerrrrr denger kata KONRO....hahahah
jadi ingat, beberapa hari yang lalu ada orang yang nyari tulang rusuknya juga. hahaha. pasti basmah kenal deh orangnya. :D
Hai, tulang rusuk! :) keren >_< sukaa
@Roe : makasih, udah berkunjung.. :)
@Uchank : haha, sop konro..
Aamiin.. makasih doanya..
@sam : wah, keren quotenya..
di makassar emang ada sop namanya sop konro.. :D
@ahmad : hah? siapa sih mad? kok sy gak tw?
@k' maya : -sesama tulang rusuk saling menyapa- :)
“Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS An Nur:26)
wah..wah..kere banget gan artikel ente..tapi kl ane boleh usul, tampilan blognya jgn hitam dong gan..susah bacanya
mampir balik ya gan, ada info terbaru nih klik...Ternyata Khitan Pada Wanita Itu Tidak Ada Manfaatnya
Tulang Rusuk :P lama tak berjumpa kanda... :)
hey tulang..hehehe