2 Januari 2013

S P A S I

Posted by bianglalabasmah at 1/02/2013 03:05:00 PM 9 comments

Adakalanya kita harus mengerti perihal sekecil apapun. Bahkan sesuatu celah yang tak pernah kita bahasakan. Pun dengan kekosongan yang membuat kita tak menaksirkan maksud dan tujuan. Entah ada sikap abai, atau sikap menghindar untuk sesuatu yang selalu ada dalam hidup. Baik secara tersirat maupun tersurat untuk kita saling memahami.

S P A S I
Ini selalu menjadi waktuku membuat spasi di setiap tulisanku, terutama ketika harus menyusun kata demi kata. Menganggap itu semua tak pernah lengah tentang spasi-spasi yang ku selipkan di sana. Agar yang membaca mudah mengerti.

Seperti yang selalu terlihat, spasi ada di antara setiap kata yang tak pernah berhenti. Spasi, sesuatu yang memang diperuntukkan pada ruang nafas ketika setiap kita mengeja kata demi kata. Mengisi cerita tentang kehidupan yang dihembuskan dari masing-masing rasa. Untuk waktu-waktu yang disesuaikan, agar bisa mengisi hening di antara kata-kata.

Adalah spasi yang menjadi perantara, yang ditempatkan di antara untuk mengantar tiap-tiap kata yang tersusun. Kemudian mengutuh menjadi suatu kalimat, paragraf, hingga cerita.

Meski di satu waktu, aku pernah menginginkan setiap tulisanku tak ber-spasi, agar kau datang kepadaku dan bertanya, "Apa maksud dari tulisanmu ini?" Lalu membiarkanmu tetap dalam ketidakmengertian hingga benar-benar mengering.

Ah ya, setelah detik-detik yang selalu membuatku bergetar karena spasi menyertai, mengisi untuk menyelaraskan. Namun, aku tak ingin jika spasi ini berlanjut dan ia tak menyediakan ruang untuk tulisan-tulisanku hingga tak sedikitpun menyisakan makna yang sejatinya. Kemudian, haruskah ku beralih meminta pada petik, koma, dan titik menspesifikasi agar menjadi suatu tulisan yang sempurna?

Maka, demikianlah spasi hadir untuk setiap kata, setiap cerita, dan setiap kita bahwa hidup tak selalu terus menerus berjalan. Melainkan ada saja celah yang sengaja hadir untuk setiap yang akan ingin beranjak bersamanya. Bersama spasi, cerita kita akan lebih meneduhkan setelah kata demi kata tersusun panjang menarik kita untuk mengerti.

Oh Allah, spasi membuat setiap kita tuk selalu ingin membaca setiap kata-kataMu, perlahan demi perlahan..
Bukankah hidup yang sejatinya berjalan, sesungguhnya ia mengenal henti?

[ Read More ]

23 Oktober 2012

Leave and Go

Posted by bianglalabasmah at 10/23/2012 08:37:00 PM 5 comments
Berkali lipat, kutemui wajah sekitar dengan  penuh kesembaban. Satu orang, dua orang, tiga orang, … entah sampai angka berapa harus ku hitung hingga tak lagi menemukan wajah-wajah yang dipenuhi kesenduan. Ah, meninggalkan dan ditinggalkan; rupanya, suasana ini akan memberikan suasana yang berbeda memeriakkan ruang hati seseorang.

Agaknya, di antara siang nan terik ini tak mampu mengeringkan kesembaban. Sedang aku, hanya bisa menarik diri dari kerumunan wajah-wajah itu. Kepayahan memang, saat harus berbalik dan melawan arah dari arus orang-orang yang menuju ke beberapa orang yang akan meninggalkan mereka. Setidaknya mencoba melesap pergi, agar tidak menarikku ke rasa yang sama, sendu.

Meninggalkan dan ditinggalkan. Entah berapa banyak cerita ini terkumpul dari mereka yang meninggalkan. Kemudian tak sedikit pula menyisakan rasa terserak dari yang merasa ditinggalkan. Baik sementara, atau mungkin selamanya. Tetap saja tak bisa mengalihkan perasaan yang sejatinya memang ada.

“Kakak Basmah, di mana Kakak Fadli?” Terdengar suara Akram, seorang adik yang juga sepupu dari Kak Fadli, sejak tadi turut bersamaku menelusuri hampir sebagian pekarangan masjid.

Aku menatap Akram lekat. Kemudian menarik lengan Akram dan menggenggamnya erat, “Mungkin Kakak Fadli masih belum naik bus. Soalnya dari tadi kakak gak liat Kakak Fadli di dalam bus yang disini..” Jelasku menunjuki beberapa bus yang siap beranjak. Dan pandanganku terus saja menyapu pekarangan masjid Al Markaz, tempat di mana wajah-wajah sendu itu ada.

Setidaknya, pertanyaan Akram tadi mengembalikan kesadaranku. Bahwa bukan aku seorang yang ‘merasa’ ditinggalkan pergi. Tapi, ada Akram, juga Akram lainnya, yang serasa bagaimana kita kami ditinggalkan pergi. Mengantarkan jejak-jejak mereka yang mulai beranjak satu per satu pergi, meninggalkan.

Kepergian. Suatu sikap yang justru menjadi satu harapan besar bagi yang ditinggalkan untuk kembali, dalam keadaan yang dikehendakinya. Dan bagi yang ditinggalkan seharusnya memasrahkan kepergiannya untuk tetap bisa kembali dalam keadaan yang dikehendakiNya, Allah ta’ala. 

Jika setelah pertemuan yang kita lewati karena kehendakNya, maka bersiaplah untuk menyambut perpisahan dalam bentuk apapun. Entah sesuai keinginan, pun bisa jadi yang bertolak dari kita. Sejatinya, kita akan bertemu keduanya; pertemuan dan perpisahan, yang diperuntukkan kepada kehidupan. Maka, nikmatilah!

Saat riuh rendah orang-orang di pekarangan masjid dan sekitarnya menyentuh selaput pendengaranku, jiwaku bergetar. Ya, Allah! Panggilan memenuhi rumahMu sungguh menjadi lirikan hati di setiap muslim dunia. Adakah aku bisa kembali memenuhi rumahMu?

Waktu, ia akan mengantar dan menjemput
Sedang kita, hanya menjumput di antaranya
Maros, 14 Oktober 2012
[ Read More ]

6 September 2012

#jleb

Posted by bianglalabasmah at 9/06/2012 10:20:00 AM 6 comments
(#jleb captured)
 
Setelah beberapa waktu lalu menjauhkanku pada lokasi KKN, rupanya ada ketidaknyamanan di tempat sendiri. Bukan hanya di rumah yang harus mendapati saudara lelakiku yang bertambah hari (maaf) semakin centil, tapi pada banyak pihak yang membuatku terjerembab pada kata ‘jleb’.

Pada buku-buku yang tengah kubaca, pada kalender yang tertempel rapi di mading kamarku, pada layar Ahfadzii dan Afkaarku (si ponsel dan laptopku), pada lembaran mushaf yang ku baca (lagi di surah An Nisaa’ dan hafalan di surah ke-33, jadi mantap sudah! #eh?), dan pada setiap pertemuanku; tetangga, sekolah, kampus, mall -hiks-, sampai dokter. (Maaf pembaca, telah membuatmu ngos-ngosan baca paragraf ini. Hahaha…)

Di satu sisi, bisa menjadi bagian doa dan penyangga harapan untuk terus mematri kebaikan. Namun di sisi yang berseberangan, ada rasa yang tak berkutik karena dibentur oleh sesuatu yang memeriakkan emosi.

Bukan hal yang mengherankan sebenarnya, jika tiba-tiba saja aku langsung ter-jleb oleh keadaan. Bagaimana tidak? Reaksi mereka menggembar-gemborkan satu hal tentangku begitu mengobor dan semangat '45. Kadang aku harus memasang wajah sedatar-datar mungkin, untuk mendinginkan ekspresi mereka.

"Barakallaahu lakumaa, eh, taqabbalallaahu minna wa minkum dulu, ya? Hehe.. Sini dek, dipeluk dulu.." Cegat seorang Kakak yang ku temui di depan pintu mesjid kampus Unhas kemarin. Dengan pasrah, aku membiarkan kakak itu memelukku erat untuk meredam rasa
jleb-ku.

"BASMAAAAAH!!!!" Terdengar jerit payah seseorang karena harus melawan keramaian pengunjung mall. Kemudian berlari kecil ke arahku yang baru saja keluar dari mushallah. Bukan hanya nama yang terpanggil, terperangah. Tapi, sekeliling orang yang berlalu lalang pun rela menghentikan langkahnya hanya untuk melihat ketiga wajah dengan senyuman utuhnya yang pernah ku temui di masa putih abu-abu.

Buru-buru aku menyerahkan tangan kananku dan merangkulnya satu per satu, "Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh.." Salamku lengkap untuk membekap histeria mereka.

"Kumsalaam.." Singkat Ayu yang belum terbendung rasa histerianya. "Arghhh.. Basmah.. Basmah!! Basmah udah gede!" Serbunya lagi gemas. Ditambah dengan beberapa temanku yang lain mulai ingin menjahiliku. Jujur, mengingat kalimat terakhirnya, malah mengembalikan ingatanku pada satu episode disini.

Masih di situasi ke-jleb-anku, saat sedang menelusuri beberapa rak di satu toko buku, tiba-tiba ada yang menarik lenganku. "Hei, Sini! Lupakan dulu masalah pendidikan, sekolah beserta anak SDnya. Tempatmu, disini!" Seret Anti sambil menunjuki papan nama rak yang ia maksud.

Aku hanya melongo, berusaha mencari oksigen cadangan untuk bisa menghirup kembali nafas segar seperti semula. Tapi, sulit rasanya. Mulutku seperti tersumbat, tak berkutik. Ooh,
jleb lagi.

Dan di suatu silaturahim bersama saudari-saudariku, suaraku langsung tercekat pada saat seseorang mempersilakanku untuk mengutarakan sesuatu. Padahal biasanya bisa sangat lancar tanpa text dalam hal berbicara. Setelah saudari-saudariku membuat murabbiyah kami speechless, aku pun akhirnya terseret.

Ziing! 
Hening sesaat. Satu per satu ku pandangi wajah-wajah itu, duduk manis dan setia menunggu kata demi kata yang keluar dari bibirku. Tapi, "Ya Allaah, saya benar-benar gak tau mau bilang apa..?" Imbuhku seketika. Ingin menyerah, dan meminta saudariku lainnya yang berbicara.

Saudari-saudari yang sudah memasang wajah seriusnya memaksaku. "Ayo! Bilang.. Bilang! Kasih tauin, Basmah!!"

Setelah merasa ter-
jleb berkali-kali, sederet kalimatku selanjutnya akhirnya membalikkan mereka ter-jleb serentak.

"Haah? Tunggu dulu.. Apa saya ndak salah dengar..?" Tanya seseorang meyakinkan kalimatku tadi.

Aku mengangguk, membenarkannya.

Beberapa detik selanjutnya, "Kyaaaaa… Basmaaaah!!" Pekik mereka berhamburan.

#
jleb


***


Kadang aku harus mengatup rapat-rapat pada satu garis yang telah disediakanNya.
Membiarkan seberkas cahaya memantulkan garisNya, agar ia menyemburat dengan bentuk sejadinya.

Maafku, untuk semua yang tak bisa terbalaskan: SMS, twitter, facebook, dan aktivitas blogwalking. Memberlakukan silent reader dan meng-aamiin-kan doa sebagai penyanggaku.

Jazaakumullah khaer.. ^^
[ Read More ]

3 September 2012

Terperangkap!

Posted by bianglalabasmah at 9/03/2012 02:45:00 PM 8 comments
“Saya tidak pernah menyangka, ternyata saya bisa rajin shalat juga! Padahal malasnya ampuun deh, kalo disuruh shalat dulu..”
“Yaa.. Islamnya saya kan karena dari kakek nenek saya yang udah dari sananya Islam! Saya sih, ngikut-ngikut aja..”
“Kalo inget dulu bagaimana jahiliyahnya saya, duh maluu..”

“Lho kok bisa ya, saya milih ekskulnya kayak Rohis? Padahal waktu SMP saya anak cheersleaders!”

(Kutipan dari mereka yang kini telah menerima Islam secara kaffah)
*
Pernah merasa seperti kutipan-kutipan di atas? Ah, ini belum seberapa yang pernah kita dengar. Simple, tapi ‘ada’ yang merasa terheran-heran dengan dirinya sendiri. Sebab masih ada yang lebih jahil (baca: bodoh) yang bisa jadi kita akan tercengang berkali lipat kemudian hanya bisa berucap mengagungkan asma-Nya.

Apakah kita benar-benar butuh alasan untuk menelusuri takdirNya? Mencari tahu, kenapa tiba-tiba kita berada di sini, di jalan ini dan (menganggap) terperangkap, meski keterperangkapan ini berupa dalam ketaatanNya?

Memilih kata ‘terperangkap’ sebenarnya hanya menuliskan bentuk kata yang berarti ‘yang telah direncanakanNya’. Hanya saja, merasa kata ‘terperangkap’ ini disuguhkan disini, ketika kita sebagai manusia, baru bisa merasakan atau melihatnya setelah terjadi apa-apa yang belum pernah terbersit sebelumnya. Ya, tiba-tiba saja kita merasa meng-iya atau tidak-kan diri kita pada sesuatu (atau seseorang). Kemudian akan terlihat ke arah mana kita melaju. Begitu kan?

Tahukah? Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberikan kecenderungan dalam hati-hati manusia untuk melihat, mendengar, dan merasakan dengan cahayaNya. Sejauh mana seseorang memberikan kecenderungan di antara dua pilihan yang telah ditetapkanNya sejak awal; baik atau buruk, maka kecenderungan ini akan mengikuti ke arah mana ia akan pergi. Kembali lagi, bergantung pada amaliah seseorang.

“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah*, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya.”(QS Az Zalzalah (99): 7-8)

Begitulah memang, rencanaNya begitu cantik untuk sekadar dipahami oleh indera manusia. Bahkan sekuat apapun rencana kita untuk mengerahkan kita ke tempat yang lebih, Allah dengan segala kemahaanNya akan memberikan kecenderungan berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan dari sang hamba.

Dan sekali lagi, kesyukuran tetap perlu ditanamkan dalam setiap diri kita atas nikmatNya yang tak pernah lengah. Sebab, adakalanya ia bagian dari anugerah dalam kemudahan untuk (me)ngenalNya, dan melihat kenyataan bahwa ada pula yang harus (di)kenal(kan)Nya dengan berbagai bentuk kehendakNya.

Merasa terperangkap dalam ketaatan? Ya, ucapkan alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin..
***

~Fiuh, di ujung tulisan ini, aku harus menghindar dari kakak laki-lakiku yang ingin tahu adiknya ini sedang menulis apa. Tentu saja, ada banyak faktor yang menyebabkan ia seperti itu. “Kak, bisakah engkau berhenti mengintaiku? Aku tak sedang menuliskan tentangmu.. Tentangmu nanti sajalah, setelah saya benar-benar terperangkap sesuai kehendakNya!”

(Merasa diajari lagi oleh Allah perihal takdir yang bermuara
pada keikhlasan, kesabaran, dan kesyukuran untuk menggapai keridhaanNya)

*Kata dzarrah, berarti debu yang berterbangan di antara cahaya matahari. Atau debu yang menempel pada suatu benda. Sebagian ulama pun menafsirkan, bahwa dzarrah adalah semut yang paling kecil.

[ Read More ]

29 Agustus 2012

Surat Perpisahan

Posted by bianglalabasmah at 8/29/2012 07:58:00 AM 15 comments

:dari Negeri bernama KKN

Saudara… Hari ini, jiwa dan naluri kita kembali terluka atas adanya sebuah kata perrpisahan. Namun, percayalah wahai Saudara, hati kita akan selalu terikat. Jalinan ini akan semakin erat, semakin jauh ragamu melangkah maka akan semakin hati kita mendekat.
Saudara… Perpisahan itu akan selalu ada, karena kita pernah berjumpa, bersama dalam tangis, luka, kecewa, marah, benci, canda tawa dan bahagia. Setiap tetes air mata yang tertumpah di hari ini, akan menjadi saksi atas jalinan yang selama ini kita simpul bersama.

Saudara… Biarkan aliran air mata ini jatuh sesukanya, biarkanlah dia mengalir, mengucap kata seindah-indahnya. Biarkan dia, wahai Saudaraku.. Karena air mata tak berarti sedih, air mata ini tak berarti duka. Tetapi, air mata ini juga adalah lambang bahagianya hati. Biarkan dia menemani kita di hari ini. Biarkan!! Karena dia memang hadir untuk saat seperti ini, untuk sebuah perpisahan yang begitu menyayat hati.

Perkuatlah langkahmu, wahai Saudaraku!! Yakinkan diri dan hatimu, hari esok pasti akan lebih cerah, hari esok adalah harapan yang harus kita raih. Pandang senyumannya yang lebar, tatap wajahnya yang ceria, sebab hari esok adalah bahagia. Yakinlah, Saudara! Cinta dan cita kita akan selalu bersatu selamanya, dalam cahaya persaudaraan ini.
Saudara… Segala rindu yang akan muncul, segala nafas yang akan berhembus, segala harapan yang akan kita raih. Di sana akan selalu ada keberkahan. Dan di sana pasti akan selalu ada cinta.

Saudara… Selamat melanjutkan kembali langkahmu. Selamat berjumpa lagi di tangga kesuksesan di masa yang akan datang, dalam senyum yang lebih indah dan dalam pelukan waktu yang cukup lama, agar kita bisa kembali tertawa, mengingat kembali indahnya kebersamaan ini.

di kutip dari Surat Perpisahan oleh Saudara Ardyanto, Sekretaris Kecamatan Batang
sekaligus menjadi bagian teman posko di Desa Maccini Baji
-Terima Kasih-

 
*** 
Setelah gerimis mengantar pergi, ada perasaan yang terdesak disana..
Jeneponto, 26 Ramadhan 1433 H / 15 Agustus 2012 M

[ Read More ]

26 Agustus 2012

Potret di Lokasi KKN (part II)

Posted by bianglalabasmah at 8/26/2012 04:14:00 PM 2 comments
 
Captured #1: Menjelajahi desa sebelah, Desa Kaluku

Captured #2: Aktifitas mengajar di SD Negeri 091 Panrang, Desa Maccini Baji

Captured #3: Menyaksikan pertandingan Futsal sekaligus pertemuan anak KKN
antar Kecamatan Batang dan Kecamatan Arungkeke
~sungguh! Ini keterpaksaan yang mendesak.. :'(

Captured #4: Kordinator Kecamatan Batang, Sang Nasionalis!

Captured #5: Koordinator desa Maccini Baji

Captured #7: Mengajar Baca Tulis Al Qur'an 
di Masjid Taqwa Panrang, Desa Maccini Baji :))

Captured #8: Ehem!! Jadi 'dewan juri' di MTQ yang kami adakan ^^
Ada lomba Qasidah, ckckck..
Captured #9: Pertandingan Sepak Takraw, 
salah satu Program Kerja kami

Captured #10: Hm.. *iseng!!

 Captured #11: Persembahan dari kami, Anak Ka-Ka-eNg U-Neng..

Sebenarnya masih banyaaaak, masya Allah!! 
Tapi tidak sanggup berlama-lama di depan layar laptop. 
Ceritanya? Entahlah, bisa disegerakan atau tidak.
Tapi, insya Allah diusahakan.. ^^

Dan terima kasih telah menjadi 'model' di Lokasi KKN
baik secara sengaja maupun tidak disengaja..
[ Read More ]

19 Agustus 2012

Sebab Semua Beriringan

Posted by bianglalabasmah at 8/19/2012 10:04:00 AM 8 comments
Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Sebab semua beriringan. Seperti halnya purnama yang tak bisa selamanya utuh. Ia yang akan berkurang dan bertambah seiring waktu yang terus menuju..

Sebab semua beriringan. Seperti manusia yang tak melulu baik dan tak bisa sempurna. Karena kadar imannya yang naik turun sesuai kebaikan dan keburukan yang mengikutinya..

Sebab semua beriringan. Untuk setiap niatan, ucapan, dan tindakan yang tak pelik mengantar pada kehidupan. Selalu ada khilaf yang menyertai dan alpa yang tersemat hingga dosa terus saja tertenun.

Sebab semua beriringan. Untuk banyak doa yang bisa terselip di sana, di sini, dan di hati kita masing-masing. Harapan dan cinta meraih ridha Allah, menjadi pemenang, sebagai orang yang bertaqwa.

"Taqabbalallaahu minnaa wa minkum, semoga Allah menerima amal kami dan kalian." Aamiin..


Ahad, 1 Syawal 1433 H / 19 Agustus 2012 M
menyapa dua rasa yang terkuak, di satu waktu..

[ Read More ]
 

Bianglala Basmah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea