6 September 2012

#jleb

Posted by bianglalabasmah at 9/06/2012 10:20:00 AM
(#jleb captured)
 
Setelah beberapa waktu lalu menjauhkanku pada lokasi KKN, rupanya ada ketidaknyamanan di tempat sendiri. Bukan hanya di rumah yang harus mendapati saudara lelakiku yang bertambah hari (maaf) semakin centil, tapi pada banyak pihak yang membuatku terjerembab pada kata ‘jleb’.

Pada buku-buku yang tengah kubaca, pada kalender yang tertempel rapi di mading kamarku, pada layar Ahfadzii dan Afkaarku (si ponsel dan laptopku), pada lembaran mushaf yang ku baca (lagi di surah An Nisaa’ dan hafalan di surah ke-33, jadi mantap sudah! #eh?), dan pada setiap pertemuanku; tetangga, sekolah, kampus, mall -hiks-, sampai dokter. (Maaf pembaca, telah membuatmu ngos-ngosan baca paragraf ini. Hahaha…)

Di satu sisi, bisa menjadi bagian doa dan penyangga harapan untuk terus mematri kebaikan. Namun di sisi yang berseberangan, ada rasa yang tak berkutik karena dibentur oleh sesuatu yang memeriakkan emosi.

Bukan hal yang mengherankan sebenarnya, jika tiba-tiba saja aku langsung ter-jleb oleh keadaan. Bagaimana tidak? Reaksi mereka menggembar-gemborkan satu hal tentangku begitu mengobor dan semangat '45. Kadang aku harus memasang wajah sedatar-datar mungkin, untuk mendinginkan ekspresi mereka.

"Barakallaahu lakumaa, eh, taqabbalallaahu minna wa minkum dulu, ya? Hehe.. Sini dek, dipeluk dulu.." Cegat seorang Kakak yang ku temui di depan pintu mesjid kampus Unhas kemarin. Dengan pasrah, aku membiarkan kakak itu memelukku erat untuk meredam rasa
jleb-ku.

"BASMAAAAAH!!!!" Terdengar jerit payah seseorang karena harus melawan keramaian pengunjung mall. Kemudian berlari kecil ke arahku yang baru saja keluar dari mushallah. Bukan hanya nama yang terpanggil, terperangah. Tapi, sekeliling orang yang berlalu lalang pun rela menghentikan langkahnya hanya untuk melihat ketiga wajah dengan senyuman utuhnya yang pernah ku temui di masa putih abu-abu.

Buru-buru aku menyerahkan tangan kananku dan merangkulnya satu per satu, "Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh.." Salamku lengkap untuk membekap histeria mereka.

"Kumsalaam.." Singkat Ayu yang belum terbendung rasa histerianya. "Arghhh.. Basmah.. Basmah!! Basmah udah gede!" Serbunya lagi gemas. Ditambah dengan beberapa temanku yang lain mulai ingin menjahiliku. Jujur, mengingat kalimat terakhirnya, malah mengembalikan ingatanku pada satu episode disini.

Masih di situasi ke-jleb-anku, saat sedang menelusuri beberapa rak di satu toko buku, tiba-tiba ada yang menarik lenganku. "Hei, Sini! Lupakan dulu masalah pendidikan, sekolah beserta anak SDnya. Tempatmu, disini!" Seret Anti sambil menunjuki papan nama rak yang ia maksud.

Aku hanya melongo, berusaha mencari oksigen cadangan untuk bisa menghirup kembali nafas segar seperti semula. Tapi, sulit rasanya. Mulutku seperti tersumbat, tak berkutik. Ooh,
jleb lagi.

Dan di suatu silaturahim bersama saudari-saudariku, suaraku langsung tercekat pada saat seseorang mempersilakanku untuk mengutarakan sesuatu. Padahal biasanya bisa sangat lancar tanpa text dalam hal berbicara. Setelah saudari-saudariku membuat murabbiyah kami speechless, aku pun akhirnya terseret.

Ziing! 
Hening sesaat. Satu per satu ku pandangi wajah-wajah itu, duduk manis dan setia menunggu kata demi kata yang keluar dari bibirku. Tapi, "Ya Allaah, saya benar-benar gak tau mau bilang apa..?" Imbuhku seketika. Ingin menyerah, dan meminta saudariku lainnya yang berbicara.

Saudari-saudari yang sudah memasang wajah seriusnya memaksaku. "Ayo! Bilang.. Bilang! Kasih tauin, Basmah!!"

Setelah merasa ter-
jleb berkali-kali, sederet kalimatku selanjutnya akhirnya membalikkan mereka ter-jleb serentak.

"Haah? Tunggu dulu.. Apa saya ndak salah dengar..?" Tanya seseorang meyakinkan kalimatku tadi.

Aku mengangguk, membenarkannya.

Beberapa detik selanjutnya, "Kyaaaaa… Basmaaaah!!" Pekik mereka berhamburan.

#
jleb


***


Kadang aku harus mengatup rapat-rapat pada satu garis yang telah disediakanNya.
Membiarkan seberkas cahaya memantulkan garisNya, agar ia menyemburat dengan bentuk sejadinya.

Maafku, untuk semua yang tak bisa terbalaskan: SMS, twitter, facebook, dan aktivitas blogwalking. Memberlakukan silent reader dan meng-aamiin-kan doa sebagai penyanggaku.

Jazaakumullah khaer.. ^^

6 comments

6 September 2012 pukul 11.47

senengnya ukht basmah jleb.hehhe kaget udah gede. eh jleb.. kemana aja jleb hehe Jleb :D
klo aku DEG. Eh deg-deg deg2an jadinya hehe...

wah ukhti rajin haflan surat yg ke 33, masya Allah smoga allah memberkahimu ukh. aamiin.



aslinya mba ukht? oia tulisannya fotnnya terlalu kecil deh hehe.. paling enak 12 hehe itu sptriny 10 yah.

21 September 2012 pukul 08.46

barakallahu lakuma wa baraka 'alaikuma wa jama'a bainakuma fii khair ^^

18 Oktober 2012 pukul 16.34

sukakk dgn kalimat penghujungnya: Kadang aku harus mengatup rapat-rapat pada satu garis yang telah disediakanNya.
Membiarkan seberkas cahaya memantulkan garisNya, agar ia menyemburat dengan bentuk sejadinya

So JLEb:)

23 Oktober 2012 pukul 20.44

@Annur eL KarimahMaaf baru sempat balas.. Setelah ter-jleb! ^^

Iya, ukhti.. Padahal dah berapa kali diedit, tapi gak tau knp..
InsyaAllah akan diusahakan.

Makasih untuk kunjungannya, ukhti.. :))

23 Oktober 2012 pukul 20.46

@CLk7Wa iyyaki, ukhti.. :))

Jazakillah khaer atas doa dan kunjungannya.. ^^

23 Oktober 2012 pukul 20.47

@Ririe Khayannyaris #jleb! Tapi, terima kasih untuk kunjungannya.. ^^
Maaf baru sempat membalas setelah ter-jleb! :D

Posting Komentar
 

Bianglala Basmah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea