18 Mei 2012

"Manisnyaa!!"

Posted by bianglalabasmah at 5/18/2012 02:14:00 PM
“Manisnyaaa!!”
Seseorang tiba-tiba meneriakiku yang baru saja memasuki salah satu pintu gerbang kampus. Semakin dibuat kesal pada saat menyadari suara itu bersumber dari seorang laki-laki yang tak kukenal sedang duduk di atas motornya yang terparkir di depan fakultas. Sepertinya bukan mahasiswa jurusanku yang harus memakai pakaian seragam putih dan celana/rok hitam kain. Bukan ber-jeans seperti dia.
Tanpa berpikir panjang, aku membalikkan langkah untuk menghampirinya. “Maaf, bisa diulang sekali lagi?” Tanyaku dengan penuh emosi dan tatapan sinis.
Brukk!! Belum sempat ia menjawab, kaki kananku lebih cepat menendang ban motor depannya dengan kekuatan ‘lebih’ yang membuat ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
(My Afkaar with my Pict -Muri ni egao o miseru: Senyum terpaksa-)

Huft… Astaghfirullahal ‘adziim.. Astaghfirullahal ‘adziim.. dengan cepat, aku beristighfar sedalam-dalamnya. Seketika aku melepas pikiran aneh yang langsung saja terbersit tadi. Sepertinya pikiranku jauh lebih cepat bergerak ketimbang tubuhku yang berjalan.
Mendengar teriakan itu, sepintas aku membalas si pemilik suara itu dengan tatapan sinis sambil terus mempercepat langkahku masuk ke fakultas.
Riuhan suara mahasiswa mulai beradu di dalam fakultas membuat degup jantungku semakin mempercepat detaknya. Siang ini akan ada “uji coba” seminar proposal di kelas pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Jadi wajar saja sejak awal tiba di kampus aku mendapati perasaan yang sangat tak beraturan.
“Heyy, assalamu ‘alaikum, kenapa cemberut..?”
Lagi-lagi aku dikejutkan dengan suara teriakan. Ditambah penampilan secara fisik terlihat seperti laki-laki. Tapi, aku bisa bernafas lega karena tersadar kalau si pemilik sapaan itu bukan laki-laki. Melainkan Jo, teman dari jurusan lain yang kukenal karena setiap kali bertemu ia pasti orang pertama yang menyapa.
“Wa’alaykumsalam warahmatullah..” Aku menghentikan langkahku yang berencana ingin melesat ke masjid. “Eeh,si ukhti Jo ini ngagetin aja..” Aku pun mengulurkan tangan kananku untuk menyalaminya.
Jo menerima salamku. “Hayoo kenapa cemberut? Pasti gara-gara tadi ya?” Ia mengingatkan sesuatu sambil memamerkan senyum renyahnya.
“Eh, tadi liat ya pas di luar? Kok saya gak liat?”
“Kan saya lewat di pintu satunya..”
“Ooh..” Mulutku membulat. “Kalo tadi ada ukhti di sebelah saya, mungkin udah saya suruh tadi samperin tuh orang..”
“Hahaha.. Memangnya mau kita’* apakan?”
“Mau minta bantuan ukhti buat sumpelin mulutnya pake batu..” Cetusku enteng.
Tawa Jo meledak, “Hahaha.. Memangnya kita’ gak suka dipuji?”
“Bukan gak suka, tapi takut aja kalo gimana-gimana nantinya..” Kataku yang sesekali memandang sekeliling fakultas yang semakin ramai.
“Takut gimana-gimana? Maksudnya?” Jo tak mengerti.
“Pertama, coba kalo tadi lagi kumat ge-er saya, terus pas dia muji, saya langsung terbang. Kan gak lucu kalo entar di kelas dosen saya nyariin, ‘mana si Basmah?’ terus teman-teman pada bilang ‘terbang, Pak! Gara-gara dikatain manis!!’” Jelasku asal-asalan.
Jo tak bisa menahan tawa lagi, “Hahaha.. dasar! Terus kedua?”
“Terus.. Siapa dia? Orangtua saya aja gak pernah bilangin saya manis. Apalagi kata ‘manisnya..’.” Protesku sekenanya.
Jo tertawa melihat ekspresiku yang begitu lepas. “Hahaha… Masih ada lagi?”
“Eh? Masih mau ditambah?” Aku memperbaiki map biruku yang sesekali melorot dari kedua tanganku. “Ketiga, seharusnya kita gak punya hak untuk menerima pujian tanpa diiringi dengan pujian untuk Allah.. Seperti subhanallah, masya Allah, dan lainnya.”
“Lho? Memangnya kenapa kita gak punya hak untuk itu? Kalo dasarnya memang cantik, bagus, atau apalah namanya..”
“Karena tanpa pemberian Allah, kita gak akan merasa jadi apa-apa. Semua hanya titipan yang patut disyukuri.” Tambahku. “Eh, saya ke masjid dulu ya, ukhti. Belum shalat. Ukhti sudah shalat?” Tiba-tiba aku teringat waktu dzuhur.
“Iya sudah..”
“Kalo gitu duluan ya.. Assalamu’alaikum!” Aku pun menyalaminya sebelum meninggalkan fakultas. 

“Wa'alaikumsalam.. Ia pun meraih tanganku. Masya Allah, manisnya!!” Goda Jo.
Aku membalas mengacak rambutnya Jo, “Iya, tapi lebih subhanallah lagi manisnya Jo kalo berjilbab.. ” Kemudian berlalu meninggalkannya pergi.

Masih ada yang paling akhir alasannya. Ya, sebenarnya ada alasan yang selalu terpikirkan: Tak ingin dipuji karena akan merasa diberuntungkan. Sebab selalu ada celah yang kadang membuat aku mengalah tanpa disadari dengan perasaan yang meninggi dan lupa ada hal lain yang perlu dibenahi.

*sapaan 'kamu' untuk formalnya dalam bahasa bugis

13 comments

19 Mei 2012 pukul 08.01

Wuih, si Basmah jago "silat". :)
Orangtua mu, mengatakan dirimu seperti judul tulisanmu kali ini, dalam doanya.. :)

Anonim
19 Mei 2012 pukul 12.17

Membaca paragraf2 awal, ku pikir benar2 nyata yg sempat diceritain ma basmah d kampus *masalah yg nendang ban motorx. Alhamdulillah ia hanya serpihan benak. Klo nggak, sy bakal melewatkan moment itu :)
Manisnyaa senyum terpaksanya ntuh gambar.
Anaa_Pertiwi

Anonim
19 Mei 2012 pukul 23.36

Subhanallah, manisnya...
:)

Bagus Basmah, seharusnya emang puji2an itu diperuntukkan pada yang patut dipuji.
Malah aku pernah tau kisah seorang sahabat yang dipuji oleh yang lain, beliau menampar orang yang memujinya.

Hmmm, kalau zaman sekarang sih, dipuji jadi melayang ya Basmah..

20 Mei 2012 pukul 10.13

Bismillah,,

MasyaaAllah,, tulisan kali ini bikin as-satrah kaget setengah mati!!!

Basmah, nendang???
apppaaaaaa???
Gubrakkkkkkk...
Gak terfikir, bahkan untuk sekedar membayangkan,, gaaak beeeee raaaaa niiiiiiii....wkwkwkwk...

Tapi ngomong-ngomong soal dibilangin manis ma orantua, alhamdulillah as-satrah pernah tuh, ma abaq dibilangin manis, maaf yah bas! hehehhe..

21 Mei 2012 pukul 13.14

salam gan ...
menghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !

22 Mei 2012 pukul 16.44

Subhanallah... menarik sekali tulisannya untuk direnungkan. ^^

28 Mei 2012 pukul 09.36

@Arya PoetraHm, orangtuaku agak pelit memuji.. Palingan bilang "Masya Allah, subhanallah aja.." tapi, saya meng-aminkan doa kak Arya..

28 Mei 2012 pukul 09.38

@AnonimDuh, ukhti Ana Pertiwi :D saya gak mungkin bersikap gegabah.. Jangan sampai saya gak diperlambat kelulusannya gara-gara insiden itu.. Na'udzubillah.. >.<

28 Mei 2012 pukul 09.41

@Sri Efriyanti HarahapIya, ukhti.. Itu makanya alhamdulillah gak sedang kumat penyakit narsis sy. takut aja tiba-tiba melayang.. :D

28 Mei 2012 pukul 09.44

@As-SatrahHihi.. saya juga TIDAK BERANI untuk melakukan itu. Kalau ada pasukan, mungkin bisa terjadi..
Masya Allah, dapat pujian dari abahnya As-Satrah..

Sy gak pernah kayaknya.. haha.. Palingan kata "Masya Allah"nya aja, tapi pujian untuk yg lain.. hihi..

28 Mei 2012 pukul 09.46

@As-SatrahHihi.. saya juga TIDAK BERANI untuk melakukan itu. Kalau ada pasukan, mungkin bisa terjadi..
Masya Allah, dapat pujian dari abahnya As-Satrah..

Sy gak pernah kayaknya.. haha.. Palingan kata "Masya Allah"nya aja, tapi pujian untuk yg lain.. hihi..

28 Mei 2012 pukul 09.48

@Outbound di MalangTerima kasih ^^

28 Mei 2012 pukul 09.54

@ansopiyTerima Kasih untuk kunjungan dan membacanya. semoga bermanfaat.

Posting Komentar
 

Bianglala Basmah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea