29 April 2012

Dari Kampus Turun ke Hati

Posted by bianglalabasmah at 4/29/2012 05:56:00 PM


Sesampai di depan kelas, bukannya masuk aku malah menempelkan wajahku ke salah satu pintu kelas. Beberapa teman kelasku yang menyadari keberadaanku di luar berusaha menahan tawa melihatku seperti biasanya sambil memberi isyarat. “Masuk aja, ukh! Ndak papa..” Ujar pelan salah seorang temanku yang posisi duduknya dekat pintu.
Huft… aku menghempaskan nafas. “Bismillahirrahmaanirrahiim.. Maafkan aku, ya Allah!!” Batinku melarat. Dengan langkah berat dan setumpuk rasa bersalah, aku memberanikan diri mendekati ruang kelas itu. Tok.. tok.. tok..
“Assalamu’alaikum, Pak!” Sapaku dekat pintu. “Maaf, saya telat.. Boleh masuk?” Tanyaku sambil membungkukkan tubuhku beberapa derajat di hadapan dosenku. Selanjutnya tetap berdiri dekat pintu menunggu jawaban salam dan respon dosenku. Dosenku hanya menganggukkan kepala dan memasang senyum simetrisnya di hadapanku. Aku membalas memasang senyum serapi mungkin. “Maafkan saya, Pak.. Terima kasih..” Aku bergegas mengambil posisi duduk terdekat.
Gara-garanya sering kuperbuat, sampai-sampai salah seorang dosenku begitu senang melihat keterlambatanku. “Selama perkuliahan yang saya ajar, baru kali ini ada mahasiswa yang meminta izin dirinya boleh masuk dalam perkuliahan atau tidak. Kebanyakan  mahasiswa justru dengan sengaja mereka masuk tanpa dipersilakan walaupun sekedar salam.. ” Dibilang begitu, jelas saja aku malah jadi bingung mau duduk di mana ketimbang memikirkan pujian dosenku.
Waktu itu, perkuliahanku sering berada di salah satu laboratorium, jadi posisi duduk tidak menetap. Karena kikuk, aku jadi keliling-keliling di dalam lab. Alasan lainnya, bingung memilih tempat karena posisi laki-laki dan perempuan yang acak-acakan alias tak karuan. Salah-salah nantinya bisa duduk dekat laki-laki.
Pada mata kuliah yang lain di saat ujian, lagi-lagi aku mengalami keterlambatan yang cukup fatal. Kursi di kelas hampir seluruhnya diisi oleh mahasiswa. Menyadari hal itu, dosenku  tanpa sungkan menghadiahi tempat duduknya untukku. “Basmah, duduk disini saja!” Pintanya. Dosenku memilih berdiri mengawasi ujian kami. Benar-benar merepotkan!
Di lain episode:
Singkatnya, perkuliahan beberapa semester lalu selalu diadakan pagi pukul 07.30 wita. Terotomatis pula, gerakan cepat menempuh perjalanan yang menggebu hingga sampai di kampus bisa sampai tepat pada pukul 07.00 atau sebelum dari waktunya. Bukannya mendapati dosen di waktu yang ditentukan, rupanya kami sering mengalami gagal perkuliahan pagi karena dosen berhalangan. Biasanya pilihan terbaiknya, perkuliahan akhirnya delay sampai selepas ‘ashar. Qadarallah wa maa syaafa’al..
Jika ceritanya begini, orang yang anti galau pun bisa jadi galau akut karena tindakan-tindakan dosen yang begitu diharapkan bisa tepat waktu. “Enaknya jadi dosen, semaunya.” Beginilah lontaran kebanyakan dengan penuh rasa kecewa.
Bagiku yang sering menangkap ekspresi tersebut hanya berusaha memompa semangat “selamat pagi” mereka untuk tetap menjemput perkuliahan senja. “Yah, namanya juga dosen! Punya segudang kesibukan. Kita harus mengalah dan bersabar..” Kataku yang dibuat sebijak mungkin. Padahal, hanya ingin menata hati yang hampir hancur berkeping-keping ketika harus mengingat time schedule sore full dengan jam mengajar, mengisi kajian atau musyawarah. Innaalillaah…
Kalau sudah begini, biasanya respon teman-teman justru kompak menanam niat yang kurang menyenangkan. “Nanti kalo jadi dosen, saya bakalan begitu juga.. Beneran!” Waduh, benar-benar diniatkan dari sekarang ya? Sempat berfikir sih, apakah dosen yang mengulur waktu perkuliahan karena kesibukannya pernah mendapat sikap serupa dari dosen mereka sebelumnya? Wallaahu a’alam. Tetap ambil alih ke positive thinking!!
Akhirnya, kita dibuatkan untuk saling meluaskan hati untuk menerima kondisi yang demikian. Dan seharusnya, sesama pendidik, kita tetap me-list: memasang sebuah pembaharuan sikap yang lebih baik. Bukan malah mempersiapkan sikap diri dengan modus: “Dosen kita dulu juga begitu.”
Ah, selalu begini ceritanya. Perkuliahan selalu didera oleh banyak pelibatan emosi. Cepat atau lambat dalam perkuliahan, benar-benar sesuatu yang selalu diupayakan untuk membelajarkan diri. Itu hal penting. Kita sedang diajarkan dari fluktuasi emosi agar bisa mengukur sikap kita kepada siapapun untuk menjadi yang baik, untuk diri sendiri pun untuk orang lain sekecil apapun.

Terakhir, maaf, tulisan ini terlihat tak karuan semenjak waktu menyita banyak fikiran jelang KKN. Perasaan berkali-kali dibuat kurang kondusif karenanya. Sedikit banyak mempengaruhi kelelahan. Tapi, insya Allah tidak menjadi tanda-tanda galau. Justru ingin menjadi ‘cukup kaya’ dengan selalu meluaskan hati atas cerita-cerita di dunia perkuliahan. Setidaknya, sebelum aku benar-benar meninggalkan kemilau kampus ini. 

***

Dari kampus turun ke hati..
dari kampus naik ke kepala..
dari kampus ke semuanya..
Lalala.. lalala.. (lagu versi iklan "Dancow")

17 comments

29 April 2012 pukul 19.02

Jadi ingat kisah dosen pekan lalu...yang asistennya tiba2 datang dan bilang..."Loh? kok pada nunggu, bukannya pak dosen bilang bakal absen untuk business trip"...Hehehehe...

29 April 2012 pukul 21.49

sapa seperti sang dosen.., aku juga bilang sopan banget mahasiswi satu ini...., aduh ada2 aja

30 April 2012 pukul 17.54

Hehehe..jadi ingat tadi harus berlari-lari menuju tempat kuliah karena nyaris telat, eeh...malah salah ruangan di gedung seberang! lanjut lari2 lagi dan berhasil masuk kelas pas nama saya yang dipanggil di daftar hadir (kalau pas di panggil trus belum datang maka terhitung absen). Hiks..hiks. detik2 yg menegangkan.. >_<

Eh, dinda Basma, buku Jeda Sejenaknya sudah nyampe? :)

5 Mei 2012 pukul 21.21

basmah....
aku merindu..

Anonim
7 Mei 2012 pukul 00.28

Subhanallah...
Adikku Basmah yg sholeha :)
Mbak bangga..
Gini nih yg patut dicontoh, udah telat tapi masih minta izin sama dosen utk mengikuti kuliah.
Mbak salut ama kamu, dek :)

9 Mei 2012 pukul 08.37

hahahahaaaa... hiks2.. senasib mahasiswa :(

14 Mei 2012 pukul 07.27

Pertama, selamat Basmah. Sudah menempuh KKN. Insya Allah sebentar lagi masa studi yang juga merupakan kewajibanmu itu selesai pada levelnya saat ini. Semoga, level selanjutnya bisa engkau capai.

Cerita ini, bisa sangat bermanfaat untuk Basmah ya, dan juga mereka-mereka yang saat ini berada dalam dunia pengajaran. Entah, apa yang membuat dosen terlambat, janganlah terlalu lama kita berprasangka di sana. Justru, bisa mengajak kita untuk menetapkan tekad yang lain. Bukannya "Nanti kalau jadi dosen, saya bakalan begitu juga". Harusnya "Jika begitu, aku akan berusaha untuk tidak seperti itu"

Saya jadi teringat guru matematika waktu SMU dulu. Namanya Pak Jafar. Basmah tahu? Ia lulus dari pendidikan IPS, tapi entah mengapa beliau tersesat mengajarkan Matematika. Saya sangat mengingat bagaimana karakter beliau yang begitu tulus dalam mengajar. Bahkan, beberapa siswa yang terkenal nakal waktu SMU bahkan sampai mengakui bahwa beliau hebat. Mengapa? Karena dengan sabarnya, beliau membimbing siswa-siswanya.. Bahkan, setelah kami lulus, bahkan hingga sekarang, kami dengan senang hati dan penuh kebanggaan menceritakan kebaikan beliau.

Ahhh, beliau cuma mengajar sebentar di SMU kami. Setelah kami lulus, ia memilih untuk mengajar di universitas. Meski cuma singkat waktu bersama kami, namun sungguh sangat berkesan di hati hingga sekarang.. Bukankah itu yang diinginkan para pengajar? Atau,bukankah itu suatu keharusan?

Semoga Basmah bisa mewujudkannya di murid-murid Basmah saat ini.. :)

17 Mei 2012 pukul 10.59

salam gan ...
menghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !

18 Mei 2012 pukul 14.27

@farid maricarHahaha.. ternya dosen selalu begitu.

18 Mei 2012 pukul 14.30

@Insan RobbaniDari pada kita mau nyelonong masuk eh malah diusir ma dosen, mending begitu kan? Kalo pun gak diijinin masuk, tp jauh lebih terhormat karena kita sudah mengakui kesalahan..

18 Mei 2012 pukul 14.34

@Rizki PradanaWah, salam kenal juga!!
Maaf baru sempat menjenguk. Insya Allah akan berkunjung kesana.. Terima kasih udah mau berkunjung kesini..

18 Mei 2012 pukul 14.37

@Rifa'ahWuah, kayaknya perjuangan sekali untuk kehadiran. Eh, 'tadi'? Kakak lanjut S2?
Afwan, bukunya udah sampai, tp sy blum bayar.. T_T afwaaan.. insya Allah sy titip sj di LMCM.. Afwan kakak.. -baru baca-

18 Mei 2012 pukul 14.47

@Rumah Kecil AlFirdausini kak Cahaya-ku?

18 Mei 2012 pukul 14.51

@Sri Efriyanti az-Zahra HarahapGak bermaksud apa-apa sih.. Mungkin untuk menjaga sikap sbg seorang Muslimah dan mengaplikasikan adab-adab yg seharusnya.

18 Mei 2012 pukul 14.54

@Mulki Rakhmawati^^ tetap menyenangkan diri yg berstatus mahasiswi.

18 Mei 2012 pukul 14.57

@Arya PoetraAmazing story, masya Allah! inspiratif..
Aamiin, syukran untuk banyak ceritanya dan doanya.. ^^ ~terharu baca komennya kak Arya.. :')

18 Mei 2012 pukul 15.00

@Outbound di malangSalam juga, gan!! ^^ Aduh, makasih udah sering berkunjung. Insya Allah sy akan berkunjung. Maaf ya..

Posting Komentar
 

Bianglala Basmah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea