: Menjenakkan jari untuk 30 Hari Menulis Cerita
Menyambut Ramadhan dengan sejuta kehangatan yang tak terlupa. Jelang 1 Ramadhan, lagi-lagi sepenggal senja menjadi latar indah menyapa Ramadhan. Pada event Mini Camp Welcome Ramadhan yang terhampar di sebuah rumah adat di benteng Somba Opu dengan segala warna yang menyeruak. Ada riang yang tak henti menyemburat. Entah sejak kapan, tiba-tiba saja kami –penghuni MCWR- tak khawatir di jeprat-jepret oleh seorang atau dua orang paparazzi yang siap meng-shoot sesukanya.
Sesekali juga kita berpinta, “Kak, foto ka dulee..” Pinta seseorang seraya berebut posisi untuk siap di jeprat-jepret oleh seorang kakak.
“Lagi, kak..” Pinta salah satu di antara kami yang merasa belum cukup.
“Kak, lagi..” Kembali meminta salah satu di antara kami.
“Lagi.. Lagi.. Kak!!” Nah lho, semakin meningkat permintaan untuk dijepret.
“Eh.. eh.. khusus angkatan ’09, sekarang!”
Hatiku berbisik ngengir melihat aksi mereka dan aku yang jelas gak mau kalah nimbrung, “Ckckck… ternyata gak kalah narsis. Di luar adem ayem, di dalam hebooh juga..” Dan beberapa celotehan lain yang menyimpulkan banyak senyum di wajah yang tak ingin terlepas dari pandangan mata.
Pun pada sebuah kenangan yang pernah menyimpan cerita di masa lalu serasa terulang kembali di sini. “Main sepeda yuk..” Ajak seseorang padaku.
“Emangnya ada yang bawa sepeda?” Tanyaku. Sudah sejak lama keinginan bermain sepeda ingin tersalurkan. Dan akhirnya, kesempatan itu ada di hari ini, di waktu yang indah ini.
“Iya, ada akhwat yang bawa.. Baruka juga ini mau belajar..” Ucapnya lagi yang masih terus sibuk dengan benda-benda elektroniknya.
“Oh, masa’ sih baru mau belajar?” Tanyaku yang terus bertanya-tanya sendiri. Aku terheran sendiri. Pikirku, hidup di negeri bebas ini ternyata masih ada yang belum bisa bersepeda, ya..Ya sudahlah, pasti ada alasan tersendiri. Jangan pikirkan itu..
Tanpa berfikir panjang, aku pun menikmati secuil waktu di bagian cerita ini dengan bersepeda.
1st Day on Ramadhan..
Ramadhan tiba…Ramadhan tiba…
Marhaban ya ramadhan
Marhaban ya ramadhan
Marhaban ya ramadhan
Marhaban ya ramadhan
Ramadhan tiba…
Marhaban ya ramadhan
Marhaban ya ramadhan
Marhaban ya ramadhan
Marhaban ya ramadhan
Senandung nasyid Opick memang selalu hits di bulan Ramadhan. Alhamdulillah, seiring pergantian Sya'ban menuju Ramadhan, dengan sejuta asa yang ingin langsung ku terbangkan, aku tak ingin lengah, walau sedetik pun. Walau saat ini, kondisi suaraku agak parau, nyaris tak terdengar. -Flu menerjang-
Tak terasa, ternyata ini Ramadhan di tahun ke-5 di Indonesia. Meski sedih, tapi selalu ada rasa syukur dan merasa beruntung teramat dalam karena di negeri ini masih mudah menemukan nuansa Islam. Bersyukur karena peluang mengenal dan mengakrabkan diri dengan nilai Islam telah jauh lebih mudah dibanding di negeri-negeri yang hambatannya bahkan datang dari kultur paksaan yang akhirnya mewarnai jatidiri. Alhamdulillah..
Teruntuk Saudara/i-ku di Bumi Allah di manapun,
Semoga Allah menautkan hati-hati ini dalam iman dan taqwa padaNya..
2nd Day on Ramadhan..
Semangat yang tak ingin melewatkan ternyata sedikit lumpuh di sini. Qadarallah, harus alpa, karena ia datang lebih cepat dari yang ku harapkan.
Masih menikmati atmosfer awal Ramadhan, walau dengan cara yang berbeda. Salah satunya, ber-silaturrahmi dengan beberapa saudari yang belum pernah ku kenal sebelumnya. Hm..
Tak tahu harus darimana cerita ini bermula, tak ingin menyalahimu.. Tapi, kau telah mengekang kuat tali silaturrahmi ini. Syukran untukmu, MZS.. Aku ingin mendengar uraian ceritamu dengan kisah heroikmu.. Pasti cukup tertantang bukan?
3rd Day on Ramadhan..
Pagi ini, aku menemani kakak ku yang tengah hamil besar ke salah satu rumah sakit bersalin di Makassar. Kakakku yang juga dokter, bisa bebas masuk ke kamar bersalin mana saja. Dan aku membuntutinya sampai pada kamar dimana ada dua orang ibu yang tengah siap dalam persalinan, hanya untuk menyapa beberapa rekannya.
Di sanalah, kali pertama aku melihat salah satu dari mereka sedang menjerit kepayahan demi kelahiran buah hatinya. Buru-buru aku menutupmata dan telinga sambil terus berdoa agar ia dimudahkan dalam proses persalinannya.
Duuh, mata ini mengembun.
Tiba-tiba, aku ingat ibu di rumah. Ah, perjuangan ibu memang tak tergantikan oleh apapun. Kasih sayang yang tak pernah lusuh, meski usia semakin keruh memakannya dan memupuskan sedikit demi sedikit keberdayaan. Zaman yang mulai memangkas banyak makna pada nilai “birrul waalidain”, tapi doa-doa untuk putra-putrinya selalu membersamainya di setiap desahan nafas dari seorang ibu.
Jadi ingat, betapa seringkali kita alpa dihadapannya hanya karena berbenturan dengan letupan-letupan emosi. Betapa sering kita melupakan kebaikan dan kasih sayangnya, hanya ego yang membelenggu diri. “Aku sayang mama..” :')
Betapa keinginan menjadi seorang ibu itu, adalah bagian dari cita-cita. Meski terasa sulit, tapi aku tak ingin kehilangan status ini tersemat, di suatu hari nanti insya Allah. Terus mematri dengan berusaha menjadi bidadari dunia –mar’atush shaalihah-, dengan menberi bibit melalui ilmu dengan tarbiyah, dan persiapan lainnya. #abaikansaja cerita ini..
4th Day on Ramadhan..
Tentang nama..
Ahfadzi –nama ponsel biruku- menderit-derit. “Oh, ada pesan masuk!” Saat aku melihat di layar Ahfadzi tertulis, “1 Messages FUM touya_midori” yang berisikan;
Bismillah..
Ukhti. Mulai skrg pggl nmaq humairah nh.
Sykrn
Hm, tak sedikit rupanya saudari-saudariku mulai memiliki nama hijrah yang terkadang sampai aku tak mengenal nama aslinya.
Yah, pada lembaran masa lalu, salah satu cerita, Kak Fashihah namanya.. Bagus kan? Di saat keakraban menyebut nama beliau, tiba-tiba ada seorang akhwat bertanya, “Pembina rohista’ itu namaya Kak Citra Rosita toh?”
“Bukan, kak.. Pembina rohis saya itu Kak Fashihah..” Jawaban itu membuat seseorang yang bertanya padaku hanya mengulas senyum.
“Cocok mi dek, Fashihah itu nama hijrahnya..” Jelasnya dengan terus tersenyum.
Ah, aku! Serasa bodoh dan memalukan sekali..
Tapi, sungguh aku menginginkan nama hijrah, meskipun juga aku menyukai namaku sendiri. “Kamu orang yang paling gak pernah berhenti tersenyum di setiap saat.. Jadi, gak usahlah pake nama-nama hijrah..” Ucap Ayah pada putri kecilnya ini yang terus merayu minta dicarikan nama hijrah.
Akhirnya, aku tetap menyepakati nama pemberian orangtuaku dengan alasan apapun, yang dengan menyebut nama itu, menjadi harapan dan doa untuk diriku dan orang-orang sekitarnya.
Hm.. Teruntuk ukhti-ukhti yang baru memasang nama hijrah, barakallaahu fiikunna..
Ukhti Hilyah, Ukhti Qonitah, Ukhti Muflihah, Ukhti Adzkia, dan Ukhti Humairah..
Pun teriring doa dan rinduku pada adik-adikku di jubel, dik Azizah (Amel), dik Masyitah (Widi), dik Hafshah (Mega), dik Shafiyyah (Bani), Kiki, Aisyah, Firah, Zahrah, dan adik-adikku yang tak bisa ku sebut satu per satu.. Semoga nama-nama itu menjadi bagian dari keinginan yang tulus dalam diri-dirimu yang tak ingin luput dari perjalanan panjang ini.. –Uhibbuki fillah-
Seraya tersenyum, aku menulis sesuatu pada Ahfadzi;
insyaALLAH,ukhti humairah.. :)
kemudian, ku tekan send..
3 comments
ASSALAMU'ALAIKUM...
WAH yg udah punya keponakan ...sama dibulan ramdhan ini aku dapat keponakan cewe... masih nyari2 nama heheehe... byak kok nama2 yg islami di search google....
SALAM UKHUWAH YAH UKHTI... aku suka baca tulisanmu yg curhat online sederhaana ... mudah2an kita bisa berjabat tagn lebih dkat Amin...
Barokallahu Lakum Fii Ramadhan...
Keep HAMASAH ! ! !
Mbak Annur:
wa'alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh..
syukran udah mw mnyisakan jejak di rumah saya.. :)
dan baarakallaahu fiik atas kehadiran keponakan baru..
iya, semoga Allah menautkan hati-hati kita dalam lingkaran ukhuwah atasNya..
Mas Dimas:
Wa iyyaaka.. Syukran atas kunjungannya..