29 Januari 2008

Pertemuan di Awal Senja

Posted by bianglalabasmah at 1/29/2008 02:16:00 PM


Langit sore telah menampakkan warna kejinggaannya, buru-buru ia pulang dari sebuah rumah sederhana setelah menyelesaikan beberapa amanah hari ini. Saat itu, macet menghiasi perjalanan pulangnya.
Sepanjang perjalanannya pulang, sengaja kaca jendela angkot yang ia tumpangi dibuka dan membiarkan angin atau debu sekitarnya menyentuh jiwa yang sedang kalut. Jemarinya yang terus memainkan tuts Hp untuk menghibur diri sejak risau tadi yang berpendar dalam hati belum juga terbendung. Mencoba menangkap kembali kata-kata akhwat yang terlontar padanya sebelum mengakhiri perjumpaan tadi.
"Jagalah Allah, niscaya Allah kan menjagamu. Ketika Allah telah memberikan ladang dakwah ini pada kita untuk dikelola dengan baik, maka genggamlah ia dengan erat. Karena inilah bentuk penjagaanNya pada kita. Dan kita tahu, apa bentuk penjagaan kita padaNya?"

Ia merasa benar-benar ternasehati dan mencoba belajar dari kalimatnya. Yah, menancapkan langkah di barisan dakwah ini bukanlah hal yang tabu. Sejak awal kita sudah mampu menganalisa. Ada yang diperjuangkan dan ada yang dikorbankan. Untuk bersikap jujur saja penuh tantangan. Terkadang, banyak yang memicingkan mata karena tak suka. Dianggap sok pahlawanlah, dan lainnya. Kasus serupa bisa kita buktikan: jika salah seorang siswa mengadukan ulah temannya yang menyontek pada guru bersangkutan, lihatlah reaksi si pelaku. Pandangan sinis pun akan terpancar dari sudut matanya. Apalagi untuk menegakkan sebuah kebenaran ini.
Meskipun, kita tak perlu khawatir karena model ini telah ada di zaman para nabi dan rasul yang juga menegakkan kalimat tauhid. Bahkan jauh lebih berat. Kalau saat ini hanya mengalami pergesekan emosi atau korban perasaan, di zaman para nabi dan rasul harus mengorbankan segalanya. Sangatlah berbeda medannya saat ini.

"Lalu, apa yang membuatmu resah?" Hati pun mulai berdialog.
Ia bukan tak mampu menjalani amanah ini. Ia hanya tersentak pengumuman tadi yang terlalu tiba-tiba. Ilmu yang masih minim, amal yang masih pas-pasan, dan kekurangan lainnya membuat ia takut amanah ini tak sanggup dijalaninya dengan baik. Terkadang langkah ini tertatih saat menjemput tiap hidayahNya, dan tak selalu erat tangan menggenggam tiap hidayahNya. Sungkan rasanya menyuruh orang lain berbuat baik, sedang ia masih sangatlah tidak pantas. Tapi, ia tak ingin menampik kesempatan ini. Dan ia tidak sedang mengatakan bahwa diri ini adalah orang baik yang punya kesadaran tinggi. Sekali lagi tidak untuk mengklaim diri sebagai orang baik yang telah terjamin 24 jamnya dalam kebaikan. Ia hanya sedang mencari dan terus mencari kesempurnaan itu.
"Aku ingin memungut sejumput demi sejumput taqwaMu, Rabbi.."

[Makassar, 16 Muharram 1429 / 25 Januari 2008]

Teruntuk: Kepengurusan Akhwat Kurma17, Barakillaahu fiik..

Semoga Allah terus memudahkan tiap langkah-langkah kita dalam menggapai ridhaNya..
Amiin.
 

Bianglala Basmah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea